1. Prolog

344 36 20
                                    

Seorang pria paruh baya memasukan kode aman dari sebuah apartment berplakat '614' tersebut tanpa ragu sedikitpun.

Bunyi 'Piip' pun terdengar, menandakan bahwa pintu apartment tersebut telah bisa dimasuki. Ia pun memasuki apartment tersebut sembari memperhatikan sekelilingnya yang tampak lenggang.

"Baekhyun?" Panggil pria paruh baya tersebut dengan aksen khawatir dan sedikit waspada. Namun, sama sekali tak ada jawaban, bahkan suara dari orang yang dipanggil pun tak ada. 

Pria paruh baya tersebut panik dan segera masuk ke dalam kamar yang diketahui milik putranya tersebut. Nihil. Ia tak ada menemukan putranya tersebut di dalam kamar, tetapi kamar putranya tersebut tampak rapi.

Ia pun beralih ke pintu kamar mandi  dan membukannya dengan cepat, takut terjadi sesuatu yang tak diinginkan, karena biasanya putranya tersebut akan menyahut saat ia memanggilnya. Tapi, sama seperti sebelumnya, Nihil. Tak ada tanda-tanda dari putranya tersebut.

"Ayah, jika ayah tetap memaksaku untuk menjalani operasi sialan itu, maka ayah tak akan menemukan aku di apartment esok hari!"

Yah, pria paruh baya itu ingat perkataan terakhir yang dilontarkan putranya malam lalu. Malam lalu, mereka bertengkar hebat dan sebelum putranya tersebut pergi dari ruangan kerjanya, ia melontarkan perkataan tersebut.

"Baekhyun?!" Ia berlari ke arah lemari sang anak, kemudian membuka kedua daun pintu tersebut. Kosong. Tak ada satu helai pakaian pun yang tersisa di dalamnya, kecuali sebuah amplop putih polos yang terletak di salah satu rak lemari yang berada di sisi kanan lemari.

Untuk ayahku tersayang,

Mungkin, jika ayah membaca ini, aku sudah tak berada di apartment. Mau ayah mencariku sampai di pelosok Korea Selatan pun ayah tak akan bisa menemukanku. Tapi, ayah tenang saja, aku baik-baik saja dan jangan coba-coba ayah mengacaukan liburanku!

From your son, Byun BaekHyun

"Baekhyun-ah, kenapa kau malah pergi, Anakku. Kondisimu itu... ahh!" Pria paruh baya itu mendesah cemas. Ia merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponselnya dari sana, menghubungi Baekhyun, Anaknya. Namun, yang menjawab sambungan teleponnya adalah suara operator.

Di tempat lain, seorang pemuda cantik lengkap dengan kaca mata hitam yang bertengger di hidung mungilnya keluar dari pintu keluar bandara. Ia merentangkan tangannya, menghirup udara musim gugur yang tengah terjadi di Switzerland.

Tunggu?! Switzerland?

"Welcome to Switzerland, Byun BaekHyun!" Serunya pada dirinya sendiri. Ia tersenyum lega, lalu memanggil taxi untuk membawanya pergi dari bandara tersebut.
.
.
.
.
.
.
TBC

Adakah yang ingin kulanjuti? ^^~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 18, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Million PiecesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang