07. Unreal - Nathasya (nathellaa)

138 11 0
                                    

Made by @nathrielle, October 18th 2015

Night Changes - One Direction

Setelah membaca pesan teks yang masuk ke ponselku, kedua sudut bibirku terangkat. Kecenganku a.k.a Marvel mengajakku jalan-jalan. Entah ada angin apa. Marvel bilang ia akan menjemputku jam tujuh. Aku segera menengok ke arah jam dinding dan terkejut karena sudah pukul setengah enam.

Tanpa pikir panjang, aku langsung menyambar handuk lalu masuk ke kamar mandi. Sepuluh menit kemudian, aku keluar dari kamar mandi menggunakan bathrobe.

Lalu, aku mengubrak-abrik lemariku. Aku mencari pakaian yang pantas aku pakai untuk kencanku dengan Marvel. Akhirnya pilihanku jatuh pada sebuah dress selutut berwarna navy.

Selesai berpakaian, aku berjalan menuju meja rias. Aku memoles wajahku dengan make-up tipis. Sebenarnya aku hanya memakai bedak, eye-liner, dan lipgloss. Rambutku aku buat curly di bagian bawah. Aku tidak menyangka bahwa yang sedang berdiri di depan cermin saat ini adalah aku.

Tak lama, terdengar suara klakson mobil. Aku segera turun ke bawah lalu mengambil flat-shoes putihku. Setelah berpamitan pada orang tuaku, aku berjalan ke luar rumah lalu memasuki mobil Marvel.

"Hai," sapanya.

"Hai juga," jawabku. Sumpah ini akward moment banget.

"Kamu cantik," pujinya, membuat pipiku bersemu merah.

"Makasih. Kamu juga kok," jawabku.

"Juga cantik?" protesnya.

"Maksudku, kamu juga ganteng." Aku menundukkan kepalaku.

"Makasih." Dia tertawa pelan. "Ya udah, jalan sekarang aja. Nanti kemaleman," ucapnya lalu melajukan mobil.

Sudahkah aku bilang ke kalian bahwa hari ini Marvel tampan sekali. Ia mengenakan kemeja berwarna navy --kami tidak janjian soal warna-- yang lengannya ia gulung sampai sikut dan celana putih.

"Udah sampe," ucap Marvel sambil menarik rem tangan.

Saat aku ingin membuka pintu, Marvel menahan tanganku. "Biar aku bukain." Marvel segera turun dari mobil dan mengitari bagian depan, lalu membukakan pintu untukku. "Silakan Tuan Putri," ucapnya sambil terkekeh pelan.

Mau tidak mau, pipiku kembali merah karena perlakuan manisnya. Kenapa aku gampang sekali blushing sih?

Aku dan Marvel memasuki cafe yang suasananya sangat romantis menurutku. Pengunjungnya saja kebanyakan adalah pasangan.

"Meja atas nama Marvel di mana ya, Mbak?" Marvel bertanya pada seorang waitress.

"Mari saya antar," ucap waitress itu lalu menunjukkan kami di mana meja yang sudah Marvel pesan. Ternyata Marvel memesan sebuah private room untuk kami berdua.

Sebelum sang waitress berlalu, Marvel berkata, "Pesanannya tolong diantar sekarang ya, Mbak."

Lalu Marvel mengajakku duduk. Ia menarikkan kursi untukku lalu duduk di hadapanku.

Untuk memecah keheningan, aku bersuara, "Kamu tau dari mana cafe ini, Mar?"

"Waktu itu aku pernah kebetulan lewat sini," katanya. Aku mengangguk paham.

"Ehm, Fel, sebenernya ada yang mau omongin sama kamu," ucap Marvel. Ia tampak gugup.

"Ngomong aja," jawabku.

"Se-"

"Permisi, ini pesanannya." Perkataan Marvel terpotong oleh seorang waitress yang mengantarkan pesanan kami --sebenarnya pesanan Marvel yang mungkin dipesannya saat memesan meja--.

Rhythm of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang