Breichled

54 5 0
                                    

Balik lagi dengan Iyas dan Abim nih. Ini mau dibikin short story dengan episode yang berbeda tapi gak berseri, gitu. Ngerti kan readers semua? Hehe. Bingung jelasinnya soalnya.

***

Abim memainkan kunci motornya di atas meja kuliahnya. Temannya, Tika, menaikkan sebelah alisnya melihat betapa kurang kerjaannya dia. Sebab sudah dari 30 menit yang lalu Abim sibuk sendiri dengan kunci motornya tanpa memerhatikan sedikitpun penjelasan dari dosen.

"Heh, Bim, udah jago lo?" Tika akhirnya menjawil lengan Abim. Abim terperanjat kecil sebelum akhirnya menoleh. Cengirannya timbul seakan mengiyakan pertanyaan Tika. Tika sendiri akhirnya hanya bisa geleng-geleng kepala dan melanjutkan mencatat materi yang diberikan dosen mereka.

"Tika..." pelan Abim memanggil Tika. Tika menoleh sekilas lalu langsung berpaling ke arah depan sebelum Abim selesai bertanya padanya. Abim belum menyerah karena Tika mengacuhkannya. Kini Abim menarik-narik pulpen milik Tika demi mendapatkan perhatian teman sejurusannya itu.

"Apa deh, Abim? Resek," umpat Tika pelan di telinga Abim yang kini cengengesan.

"Mau nanya nih, Tika," ujar Abim pelan agar dosen tidak memerhatikan mereka. Tika hanya mengangkat alis kanannya.

"Gua mau ngasih hadiah buat cewek gua," kata Abim tidak memedulikan tatapan mebunuh dari Tika.

"Elah, gue kira apaan. Ngapain sih lo pake pamer ke gue kalo mau ngasih hadiah buat cewek lo?" Tika memberengut ke arah Abim lalu kembali sibuk mencatat. Abim kembali menarik-narik pulpen milik Tika. Tika menggeram pelan dan menatap Abim dengan sebal.

"Apaan sih?" Tika berbisik sambil mengerucutkan bibirnya. Ia sebal kerena kegiatan catat mencatatnya terhenti karena ulah Abim. Abim malah menampilkan smirknya, membuat Tika semakin kesal.

"Gua gak tau mau ngasih apa. Itu sih masalahnya," dengan santainya Abim menceritakan sebab ia tidak memerhatikan dosen yang tengah mengajar. Tika menghembuskan napas agak keras dan menjawab Abim dengan berbisik,"kasih aja boneka."

Tika berpikir dengan jawabannya itu Abim tidak mengganggunya lagi. Namun ternyata Abim sekarang malah merebut catatan Tika yang belum rampung.

"Abiiiiiiiim. Apalagi deh?" Tika hendak berteriak memarahi Abim. Tapi apa daya dosen di depan kelas membuatnya hanya menggeram pelan.

"Gua udah pernah ngasih boneka," kata Abim polos. Tika menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Kasih cincin kalo gitu," Tika menanggapinya dengan setengah hati sambil menatap buku catatannya dimonopoli oleh Abim.

"Gua belom mau kawin, Tika," kata Abim sok serius.

"Ckk.. Kasih gelang kalo gitu," suara Tika semakin pasrah.

"Ide bagus. Tika, lo brilian banget," Abim menyerahkan buku catatan Tika secepat ia mengambilnya tadi lalu mulai mencatat di bukunya sendiri. Gerakan itu membuat Tika terbengong-bengong.

***

Iyas mondar-mandir di depan rumahnya sambil sesekali melihat jam di ponsel hitam miliknya. Sudah hampir 2 jam ia menunggu kedatangan Abim. Semalam Abim mengatakan akan tiba di rumahnya jam sembilan pagi. Namun sekarang sudah jam sebelas kurang lima belas menit. Iyas masuk ke dalam rumahnya lalu menatap jam dinding di ruang tamunya.

Abim lama.

"Assalamualaikum," teriak seseorang dari luar rumah. Iyas buru-buru membukakan pintu setelah menyadari itu adalah suara Abim.

Iyas-Abim: BreichledWhere stories live. Discover now