Truth revealed (Wendy's POV); chp 4

473 47 3
                                    

"Jadi? Bisa berikan alasan kenapa kalian berkelahi di dalam toilet wanita?"

"Aku mengambil kamera Wendy. Dan dia marah padaku."

Joshua menjawab dengan wajah penuh penyesalan, dia melirik padaku mengisyaratkan agar aku ikut menundukkan kepala dan memasang wajah menyesal.

Laki-laki muka dua sialan memang.

"Kenapa kalian bisa berakhir di toilet wanita?!" bentak Boa-gyojangnim sambil geleng-geleng kepala lalu dia menunjuk Joshua. "Dan kamu, Hong Jisoo! Kamu tau kan dari jaman purbakala kalau laki-laki tidak boleh masuk toilet cewek tanpa alasan yang jelas kan?!"

"Saya punya alasannya." potong Joshua cepat-cepat. "Jadi, Wendy marah dengan saya dan mengancam tidak akan membantu saya lagi dalam pelajaran bahasa asing lalu saya berusaha membujuknya agar mau memaafkan saya. Saya mengikutinya terus bahkan sampai ke toilet wanita. Saat di toilet wanita, dia memukuliku lalu akhirnya kami berkelahi." jelas Joshua panjang

"Eh-eh, saya tidak memukul Wendy sama sekali. Lihat kan dia gak luka-luka sama sekali? Masa saya mukul perempuan. Saya kan laki-laki sejati." Joshua cepat-cepat menambahkan sebelum disemprot lagi oleh kepala sekolah perempuan kami yang memang perfeksionis.

"Sekali lagi maafkan kami." Aku dan Joshua berucap bersamaan sambil membungkuk. Berharap dapat lepas dari jeratan kepsek kami.

Boa-gyojangnim menghela nafas keras. "Joshua, jangan mengerjai temanmu lagi. Dan untuk Wendy, kamu itu perempuan, jangan main pukul-pukul saja. Kalau ada apa-apa laporkan saja ke guru BK"

"Baiklah kalian boleh pergi tapi sebagai hukuman, kalian rapihkan buku-buku di perpustakaan."

----------------------------------------------------------000000000000000---------------------------------------------

"Akting muka duamu bagus sekali, tuan psikopat berdarah dingin." ketusku sambil mengenakan masker lalu mulai memilah buku-buku yang berserakan di lantai.

Waktu Minhyuk dan Joshua akan berkelahi, tiba-tiba Boa-gyojangnim masuk ke toilet karena saat itu dia tengah lewat dan mendengar keributan di dalam toilet. Entah insting dari mana Nahyun dan Minhyuk langsung melesat bersembunyi ke dalam salah satu bilik saat mendengar suara pintu terbuka dan berakhir dengan aku dan Joshua yang dituduh berkelahi di toilet.

Aku menyempatkan diri juga untuk mengirimi Hyejeong pesan supaya dia bisa menolong Irene dari dalam bilik toilet. Hyejeong sangat ahli dalam bongkar-membongkar, dia bisa membobol kunci otomatis Nahyun dengan mudah. Aku bersyukur mempunyai teman seperti dirinya.

Saat disuruh membereskan perpustakaan, aku menyanggupi saja tanpa banyak protes. Ternyata perpustakaanya bekas dipakai anak kelas satu! Aku heran mereka semua dari sekolah mana saja sih sampai setiap ruangan yang mereka gunakan seperti terkena angin topan.

"Kenapa pake masker?"

Bukannya membalas ocehanku, dia malah bertanya heran.

"Aku alergi debu, aku bisa bersin-bersin terus." jawabku, memang benar, aku tidak kuat menghadapi debu dan kawanannya.

"Maaf telah melibatkanmu dalam urusanmu." celetuk Joshua sambil merapihkan rak berisi buku-buku sains, wajahnya terlihat menyesal.

Aku menghela nafas pelan. "Setidaknya beritahu aku apa yang terjadi, sampai sekarang aku tidak tau apa-apa selain kau yang membunuh temanku."

Joshua menunduk, terlihat enggan menjawab.

"Apa yang terjadi, siapa dirimu sebenarnya, siapa mereka tadi, kenapa mereka menyusup kemari?" celotehku sambil memasukkan buku-buku non fiksi ke dalam rak. "Setidaknya aku harus tau karena kamu sudah melibatkan aku."

Death the kidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang