It's Fine, Kise-kun.

909 105 1
                                    

Angin berhembus. Seorang pemuda tengah menopang dagu, menghadap ke arah jendela. Ia tak menghiraukan rambut pirangnya terelus oleh angin. Iris topaz-madunya sesekali berkedip dalam jangka beberapa detik. Entah apa yang ia pikirkan saat ini, ia tampak melamun dengan tatapan menerawang.

Satu hal yang pasti; ia sedang tak memikirkanku.

.
.
Fine
Kuroko no Basuke © Fujimaki
Tadatoshi
Author: Anonim-san13 / Megane13
Warning: OOC yang sangat OOC /?,
typo(s) lepas dari kandang
(karena berkeliaran terlalu
menstrim), EYD tak tepat guna.
Cover by Natsu_Roku
.
.

READERS POV

Aku melangkahkan kakiku di koridor sekolah.

Sudah lebih dari satu tahun aku bersekolah di sini, di SMA Kaijou.

Alasan aku bersekolah di sini adalah karena fasilitas yang
memadai, prestasi dari SMA Kaijou yang tak diragukan lagi, serta satu alasan pribadi.

Aku tersenyum miring, kembali
melangkahkan kakiku dengan gontai. Aku mendapati pemuda dengan watak ceria nan cerahnya tengah asyik menjawab pertanyaan dari berbagai gadis.

Ia tertawa kecil dan tersenyum cerah, ditambah parasnya yang menawan-memperkuat kesan bahwa ia manis.

Kise Ryouta, salah satu alasanku untuk bersekolah di sini.

Model terkenal, bisa dibilang pandai, parasnya yang menawan, dan oh-jangan lupakan kemampuan copy dalam basketnya.

Ia dengan mudah dapat
mempelajari gerakan basket dan menirukannya. Siapa yang tak tertarik dengannya?

Aku menggaruk pipiku, mengintip papan pengumuman. Aku ingin tahu apa kelas yang akan kupakai selama satu tahun ke depan.
Setelah kutelusuri, aku mendapat kelas 2-A.

Bersama Kise- kun.

Iya, Kise Ryouta.

Aku menarik kedua ujung bibirku, tersenyum. Menuju kelas 2-A, dan memilih tempat duduk. Aku memilih tempat duduk di urutan bangku nomor tiga dari depan,
deret kedua dari kiri. Dan ternyata,
Kise- kun duduk di bangku deret kiri dengan urutan bangku nomor dua dari depan.
Tak jarang, aku mendapatinya melamun menatap keluar jendela.

Bahkan, sampai jam pelajaran
berakhir. Sampai Sensei keluar, ia tak menyadarinya. Ia bahkan tak menyadari bahwa di kelas hanya tersisa aku dan dia.

"Ano, Kise-kun, waktunya pulang," regurku, memberanikan diri.
Ia terkejut, tampaknya
lamunannya buyar. Ah, aku merasa bersalah karenanya. Andai aku tak menegurnya.

"Eh? [Surname]cchi?"
Aku memiringkan kepala, sungguh terkejut. Aku bahkan belum mengajaknya bicara hari ini, dan ia sudah mengerti namaku.

Muncul semburat merah tipis di kedua pipiku. Tak sadar, aku tersenyum.

"Etto, Kise-kun, kau tahu namaku dari mana?"

Kise-kun tersenyum cerah seperti biasa.
"Kau pernah menyebutkannya dulu."

Senyumku pudar. "Oh, begitu."

Aku bisa mengingat saat kelas satu dulu aku pernah mencoba mendekati Kise-kun dan menyebutkan namaku. Ia hanya membalasku senyumannya seperti biasa, seperti yang ia tunjukkan pada orang lain.

"[Surname]cchi ..."

Aku menoleh. Kise tersenyum
kembali-bahkan terkadang aku berpikir mengapa ia tak lelah menarik otot di wajahnya-ke
arahku. Jantungku berdegup kencang menanti kelanjutannya.

"Ganbatte, ne. Kau terpilih sebagai wakil SMA Kaijou dalam lomba antar-sekolah, kan?" Begitu
rupanya.

Aku tersenyum palsu. "Ya. Kalau begitu aku pulang dulu, Kise- kun."

Aku membungkuk hormat, kemudian menyandang tasku dan bergegas menuju keluar kelas. Aku menyandarkan tubuh ke satu
dinding.

Aku tak tahu harus senang atau
sedih. Senang karena Kise-kun bisa dibilang memperhatikanku-atau sedih karena ... ia memperhatikanku karena aku adalah wakil lomba SMA Kaijou. Itu
saja.

Dari sikapnya itu, kusimpulkan bahwa ia tak menganggapku lebih dari sekedar fans. Ia memang tahu bahwa aku mengidolakannya (sudah
kubilang, aku pernah berusaha
mendekatinya saat kelas satu!).

Memang susah, memang terlalu tinggi untuk berharap seorang Kise Ryouta takluk di hadapanmu, di
hadapan orang lain.

Seorang model, apabila jatuh cinta atau hubungan asmara, pasti gosip mudah tersebar. Sedangkan tak pernah ada rumor bahwa ia jatuh
cinta. Mungkin ia gay? Tidak.

Aku tahu aku tak bisa
mendapatkanmu, Kise- kun.
Biarlah hanya aku yang tahu
perasaanku sendiri.

Tak apa-apa aku sakit, karena
akulah yang memberi keputusan sendiri.

Biar kau menganggapku tak lebih dari fans atau apa, tak apalah.

Yang penting, itu berarti kau sudah menganggapku hadir dalam hidupmu.

Yah, meski hanya sebagai kerikil, sih.

Nyata, tapi tak dianggap.
Terabaikan.

Tapi, kerikil juga ... harus
bersyukur, bukan--?

--karena dibuat nyata, bukannya tak terlihat atau invisible?

... ya. Aku harus bersyukur.
Bersyukur, bersyukur, dan bersyukur.

Jadi ...

Terima kasih, Kise-kun.

.
.
END.
Boleh saya ngakak? :''3
Ini fic buatan dulu--pada jama kerajaan--/salah.
Yang penting, fic ini absurd. (Terus ngapain dipublish? Ya biar nambah fic di watty gitu /?) :v.

Terima kasih sudah membaca ~

F I N E [Kise x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang