CHAPTER SIX

67 3 1
                                    

(Ryo Naruse story)
Selasa, 27 Agustus 2014. 2 hari menjelang kematian...
Ryo memandangi surat yang baru saja diberikan oleh fujioka tadi siang.
"Apa benar dia tidak merasakan apapun?"
Bunyi dering telepon menyadarkannya. Shiori.
"Halo!" Jawabnya.
"Ryo-san, apa terjadi sesuatu? Biasanya jam segini kan sudah pulang." Ucap suara di seberang sana dengan nada khawatir.
"Aku...hanya sedang membuat BAP untuk sidang besok lusa. Sebentar lagi selesai kok." Jawab Ryo.
"Aku sudah ada di apartemenmu sejak sejam yang lalu. Aku sudah membuatkan sup asparagus kesukaanmu. Nanti kita makan bersama ya!"
Ryo tersenyum. "Hmmm...aku akan segera pulang. Sampai jumpa ya!" Ucapnya lalu menutup telepon.
~~~
"Aku pulang!" Sahut Ryo dari depan pintu. Shiori datang menyambutnya dengan senyuman.
"Selamat datang!" Jawabnya.
Ryo pun melonggarkan dasinya dan duduk di kursi meja makan. Shiori menuangkan sup asparagus ke dalam mangkuknya dan menaruh potato salad di piringnya. Ryo pun mengucapkan terima kasih. Shiori lalu duduk di seberangnya.
"Selamat makan!" Ucapnya gembira.
"Selamat makan!" Balas Ryo.
Mereka hanya makan dalam diam. Shiori lalu meletakkan sendoknya. Ryo lalu menengadahkan kepalanya.
"Ada apa?" Tanyanya. Shiori menatapnya lekat.
"Entah kenapa akhir-akhir ini kau lebih banyak diam. Apakah ada masalah?" Tanya Shiori. Ryo menggeleng.
"Sama sekali tidak ada."
Shiori menghela napas. "Setidaknya jika ada sesuatu yang mengganggumu, ceritakanlah padaku. Jangan dipendam sendiri!" Ujar Shiori.
"Sungguh! Tidak ada apa-apa kok." Jawabnya.
"Sungguh?" Tanya Shiori. Ryo mengangguk lemah. Mereka pun melanjutkan makan.
"Shiori-san." Panggil Ryo. Perempuan itu menatapnya.
"Jika saja aku mati...kau akan bagaimana?" Tanya Ryo. Shiori mengerutkan dahinya.
"Jangan bicara yang tidak-tidak ah! Tidak baik tahu! Kenapa tanya yang begituan sih?!" Jawab Shiori.
Karena aku...akan mati dua hari lagi...
"Aku hanya bertanya saja kok. Setidaknya berikan aku jawaban yang memuaskan dong!" Ujar Ryo. Shiori lalu mendongakkan kepalanya lalu menatapnya lekat.
"Hmmm...mungkin aku akan merasa kehilangan...menangis sejadi-jadinya...sedih...ya mungkin seperti itu!" Jawabnya. Ryo meletakkan sendoknya, meletakkan kedua tangannya di meja dan menatap Shiori lekat.
"Shiori-san..." panggilnya.
"Hmm?"
"Jika seandainya aku mati...maukah kau tetap melanjutkan hidupmu seperti biasa? Maksudku ya...seperti sekarang ini!" Jawab Ryo. Shiori mengerutkan dahinya.
"Sudah ah! Jangan membicarakan hal yang aneh! Habiskan makananmu lalu mandi. Setelah itu aku akan memijat kepalamu. Kurasa kau sangat lelah akhir-akhir ini." Ujar Shiori panjang lebar. Ryo pun melanjutkan menyantap makanannya dalam diam.
~~~
Ryo duduk sembari terpaku menatap laptopnya. Pikirannya benar-benar campur aduk sekarang.
"Belum tidur?" Tanya Shiori sembari memunculkan kepalanya dari balik pintu ruang kerjanya.
Ryo menggeleng. "Kau duluan saja!" Ucapnya. Shiori mengangguk.
"Selamat malam!" Ucapnya sembari menutup pintu.
Ryo memandang keluar jendela ruang kerjanya. Terlihat gemerlap cahaya lampu gedung-gedung pencakar langit Tokyo di malam hari. Terlihat seperti bintang-bintang kecil di langit malam.
"Dua hari lagi ya?" Gumamnya pada diri sendiri.
"Masih saja memikirkan hal-hal yang tidak perlu, Naruse-san?!"
Ryo menoleh. Si shinigami itu lagi.
"Ck, jangan suka ikut campur seenaknya!" Tukas Ryo.
Shinigami itu memperbaiki letak topinya. "Sebagai penanggung jawabmu, tentu saja aku berhak ikut campur urusanmu. Ayolah! Waktumu hanya tersisa sampai lusa. Sebaiknya lakukanlah sesuatu yang lebih bermanfaat. Ya misalnya membuat suatu perpisahan yang layak untuk orang-orang di sekitarmu." Ujar shinigami itu. Ryo menghela napasnya dengan berat.
"Waktu dua hari bahkan terlalu singkat untuk melakukan apapun!" Jawabnya. Shinigami itu mendengus kesal.
"Kau ini pesimis sekali sih! Sebenernya aku juga heran sih kau itu antara pesimis karena hidupmu sisa sebentar lagi atau realistis karena kau adalah seorang 'calon mati'. Aku heran deh! Sungguh!" Uajrnya. Ryo tertawa mengejek.
"Orang normal mana sih yang senang jika kematian mendekatinya? Tidak ada! Itulah realita kehidupan, Shinigami-san!" Balas Ryo. Shinigami itu meletakkan kedua tangannya di kepala.
"Terserah kau saja deh!" Jawabnya. Ryo pun menatap shinigami itu.
"Hey, Shinigami-san!" Panggilnya. Shinigami itu menoleh.
"Menurutmu...kematian itu...apa?" Tanyanya. Shinigami itu mengerutkan dahinya.
"Untuk seorang shinigami sepertiku, kematian adalah...tujuan akhir setiap manusia." Jawab shinigami itu mantap.

DOPPLEGANGERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang