Happiness is Simple [Completed]

1.4K 59 11
                                    

Bahagia itu sederhana. Sungguh! Aku mempercayai satu kalimat yang berisikan tiga kata itu. Bahagia sangatlah sederhana. Meminta mu untuk tetap berada di sisi ku adalah kebahagian luar biasa yang ada di hidup ku. Tapi sayang, meraih kebahagian yang sederhana itu tidak sesederhana yang kalian pikirkan. Butuh pengorbanan yang panjang. Butuh hati yang rela terluka. Butuh kesabaran yang tidak akan pernah berhenti. Butuh waktu untuk menunggu kebahagian itu datang walaupun belum pasti.

Senyuman mu bagaikan candu untuk ku. Gigi mu yang rata bewarna putih selalu menghiasi senyuman indah mu yang mampu membuat ku jatuh cinta sedalam-dalamnya kepada mu. Lesung pipit yang terletak di sebelah kiri menambah pesona mu. Belum lagi kerutan di sisi kanan dan kiri mata mu. Kau adalah pria yang sempurna. Memang, tidak ada manusia yang sempurna di muka bumi ini. Namun bagi ku, kau adalah sempurna. Bagaikan malaikat yang tersesat di bumi.

Kau sulit untuk diraih. Kau terasa dekat, sangat dekat. Namun apa daya, tangan ku seolah-olah tidak sampai untuk menggapai mu. Menggapai hati mu yang dingin kepada ku. Menggapai rasa cinta mu yang jelas-jelas bukan untuk aku.

Aku hanya bisa memandang mu dari kejauhan. Ikut tersenyum di saat kau tertawa dan bahagia bersama dengan teman-teman mu. Aku iri dengan mereka yang bisa menghabiskan waktu dengan mu sepanjang hari. Aku iri dengan mereka yang bisa berbagi kebahagian bersama mu setiap saat. Lalu, apa lah aku ini? Hanya seorang gadis yang tidak pernah kau lihat, yang memaksa masuk ke dalam hidup mu. Hanya seorang gadis yang tidak penting untuk mu. Tapi, apakah kau tahu kalau aku benar-benar mencintai mu?

"Berhentilah melukai perasaan mu sendiri. Bicaralah kepada kedua orang tua mu untuk membatalkan pertunangan antara kalian berdua. Ia juga butuh kebahagian. Mencoba selama 2 tahun tapi belum membuahkan hasil. Waktu mu terbuang sia-sia, Naura."

Aku menatap Regina tidak semangat. Ia selalu memaksa ku untuk menyerah. Aku belum akan menyerah sebelum ia menyuruh ku untuk pergi. Aku belum akan menyerah sebelum ia muak dengan ku. Walaupun aku bisa membaca gerak-geriknya yang benar-benar tidak menginginkan ku, tapi, aku tetap akan bertahan sebelum ia menyuruh ku pergi dengan menggunakan bibirnya.

Suara tawanya bak musik indah yang mengalun di telinga ku. Suara tawa yang renyah dan tawanya adalah favorit ku. Aku kembali memperhatikannya yang kini beranjak dari duduknya. Merangkul pinggang gadis berambut pirang itu dengan senyum dan tawa yang tidak kunjung padam dari wajahnya. Aku meringis. Bisakah Tuhan menukarkan posisi ku dengan Sophia?

Pandangan ku kini teralih kepada Regina yang memandang ku dengan miris. Aku membalasnya dengan senyuman tipis sesekali menghela napas panjang. Bukankah aku sudah mengatakannya kalau perlu hati yang rela terluka? Aku sudah sering berada di posisi ini. Aku rasa waktu selama 2 tahun bukanlah waktu yang singkat untuk merasakan patah hati berkali-kali.

"Laki-laki tidak hanya dia."

"Aku tahu."

"Lalu, untuk apa kau masih menunggunya?"

"Aku akan dengan setia menunggunya sampai ia menyuruh ku untuk pergi, Gina."

"Bukankah semuanya sudah jelas? Ia tidak menginginkan mu. Apakah kau tidak peka dengan sikapnya?"

"Aku masih memiliki kesempatan. Aku yakin itu! Buktinya Tuhan masih mengizinkan ku untuk duduk di tempat ini dan mencintainya."

"Bagaimana jika kesempatan yang Tuhan berikan agar kau pergi dari hidupnya?"

Aku hanya menghela napas. Regina memang pandai adu mulut. Aku mengaku kalah jika beradu mulut dengannya. Pemikirannya dengan ku sungguh bertolak. Pemikiran kami sangat berbeda. Karena Regina pandai mendominasi, aku selalu kalah jika adu mulut dengannya.

"Kalau kau tidak ingin mencari pengganti Noah, biar aku yang membantu mu."

"Demi Tuhan, Gina. Kau tidak perlu susah-susah untuk melakukannya. Apakah kau tidak belajar dari kesalahan masa lalu? Aku berkali-kali menolak laki-laki yang kau sodorkan kepada ku."

Happiness is Simple (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang