"CALVINNNNN" teriakan itu memenuhi kelas 10 MIA 3 yang terletak di lantai 2 SMA JAYA BERSINAR. Para siswa yang melintas di depan kelas itu hanya mampu menggelengkan kepala dengan heran, berharap suatu saat pertemuran antara Calvin dan Calista akan berakhir dengan damai.
Seorang pemuda yang bernama Calvin hanya mengangkat bahunya dengan acuh "Apaan sih, gue tau lu ngefans sama gue tapi sekarang bukan waktu yang tepat buat lu fangirling"
Gadis itu mengerjap, ia mengibaskan rambutnya "Cih, pede banget lo. Sampai ketek gue gondrong juga gue gak bakalan sudi ngefans sama lo" katanya dengan berapi api.
Calvin duduk ditempatnya dengan santai "Yaudah gue tunggu ampe ketek lu gondrong, nanti gue kepangin kalo perlu, hahaha"
Calista mengerucutkan bibirnya lalu mengatur nafasnya dengan baik. "Sar, rambutannya buang gih. Sumpah gue jijik banget. Ih" katanya kepada seorang gadis yang sedari tadi melihat perkelahiannya dengan 'cogan sekolahaan'.***
Bel istirahat telah berbunyi, Calista menghela nafas dengan kasar. "Finally" gumamnya.
Calvin, you're so cute i wanna punch you in your face. Dasar kunyuk terong terongan.
"Ngelamun terus, woy" perkataan Sarah membuat Calista sadar dari lamunannya. Ia memberi tatapan 'kenapa?' lalu Sarah yang membalas "lo nya yang kenapa? Dari tadi diam mulu"
"Bodo" ucapnya lalu membenamkan wajah dilipatan tangan, berusaha untuk tidur tapi tak berhasil.
"Lo sama Calvin gak bisa ya, sehari aja gak berantem? Pening kepala gue, tau gak"
"Lo tau kan kalo yang selalu nyari ribut itu si kunyuk itu."
"Ya ya, dan respon lo yang kayak orang kesetanan." oh ayolah, siapa yang tidak kesal tiap hari selalu dijahili dengan orang yang sama?
"Dianya rese kayak iblis, Sar"
"Udah tau gue geli banget sama rambutan, dianya ngisi loker gue dengan berpuluh puluh buah berbulu itu. Kan jijik."
"Sarah, mau kemana?" teriak Calista kepada gadis berambut dark chocolate itu. "Kantin, mau ikut gak"
"Tungguu"
***
Calista merebahkan dirinya diatas kasur, lalu meniup poninya yang menghalangi matanya.
Sesaat setelah hampir melayang dalam mimpi, suara ketokan di jendela kamarnya membuatnya meringis. Bukan ketokan, lebih tepatnya suatu benda yang melempar jendelanya.Yaelah, gak disekolah gak di rumah selalu aja ada makhluk aneh ini.'Ketokan' yang awalnya pelan berubah menjadi lemparan keras. "APAAN SIH CAL?" kata Calista sambil membuka jendelanya. Angin yang berhembus di sore hari langsung menerpa wajahnya.
"Gue bosan, bonyok lagi pergi ke Bandung jengukin Rey" Calista memutar matanya. Rey, tepatnya Reynaldi, kakak tertua Calvin dengan jarak 3 tahun. Rey memilih kuliah di Bandung karna ingin belajar mandiri, dan mungkin menjauh dari dari adiknya terlaknat ini. yang terakhir mungkin hanya pikiran Calista.
"Yaudah, itu sih urusan lo" Calista menghela nafas dengan berat.Ya, ya, Calvin Raditya, tetangga yang merambat ke teman sekolahan lalu teman sekelas dan musuh dalam daging Calista.
"Ta?"
"Hmm"
"Jatuh cinta itu rasanya gimana?"
Deg
Calista memutar matanya, memandangi seorang anak laki laki yang berjarak 2 meter didepannya tengah menopang dagu.
"Mana gue tau!"
"Jadi lo belum pernah ngerasain?"
"Emang lu pernah?"
"Ditanya malah balik nanya"
"Yaudah jawab aja sih"
"On the way kayaknya?"
Deg deg
"Sama siapa?"
"Sama si Vina anak Mia 5"
"Lo yakin?"
"Maksud dari 'lo yakin?' itu apa?"
"Tau ah bodo"
Calista hendak menutup jendela kamarnya. Saat suara Calvin memenuhi pendengarannya, lagi.
"Calista?"
"Apa?"
"Gapapa"
Hening. Calista sibuk dengan pemikirannya yang melayang, begitu juga Calvin.
"Cal?"
"Jangan panggil gue 'Cal' deh"
"Kenapa emang?"
"Nama lo juga ada 'Cal' nya gitu."
"Yaudah, Vin?"
"Hmm"
"Lo kenapa selalu banget sih jailin gue" lirih, seperti orang menangis di dalam kepedihan tak berujung.
Hening, lagi.
"Karena lo lucu"
"Apaan deh lucu"
"Yaudah, karena gue suka liat hidung lo kembang kempis karena nahan greget"
"Babi kali, ah"
"Babi sebut babi"
Setelah itu suara telfon menginterupsi pembicaraan mereka.
Calvin tersenyum tipis saat melihat siapa yang menelfon."Ta?"
"Apa lagi?"
"Vina nelfon"
***Calista melempar tasnya dengan sembarang, membuat gadis yang hampir terkena tasnya meringis. "Kenapa lagi, Ta?" tanya Sarah dengan alis yang menaik.
Calista meniup poninya. "Kenapa apanya?" tanyanya heran.
"Yah lo datang mukanya udah kayak kanebo kering, kusut, kaku dan tegang"
"Apaan deh, tegang. Beha baru kali, ah" Calista memutar matanya. Ia juga tidak tahu setelah obrolannya dengan Calvin yang berakhir Vina menelfon laki laki itu Calista tak tenang, ingin marah tapi tak tahu karena apa. Ingin teriak tapi nanti di kira kesurupan sama Bundanya.
Calista memutar badannya menghadap Sarah mengguncang lengan gadis itu dan memberikan tatapan 'puppy eyes'.
"Apaan?"
"Sar, jatuh cinta itu gimana rasanya?"
"Gimana apanya?"
"Ditanya malah balik nanya"
"Pertanyaan lo aneh"
"Rasanya pas ditembak Bima gimana?"
"Yah gitu"
"Gitu 'Yah gitu' itu apa?"
"Hmm" Sarah tampak berpikir keras. Baru kali ini sahabatnya bertanya hal seperti ini. "Gue gatau rincinya gimana, tapi jantung lo kayak mau bungee jumping"
"Maksudnya?"
"Jantung lo kayak berdebar lebih cepat dari biasanya"
"Udah gitu doang?" tanya Calista dengan sarkastik.
"Sepele emang tapi sensasinya, Ta"
"Kenapa emang?" Calista kembali menaikkan alisnya.
"Lo gak bisa tidur, karena satu hal yang sepele yang buat jantung lo abis dikejar setan"
"Noh, setannya datang" kata Calista sambil melirik Calvin yang baru datang.
"Setan nyebut setan" kata Calvin memutar mata.
"Ibli---" suara Calista hilang seiring bunyi bel yang memulai pembelajaran.Calvin menjulurkan lidahnya, mengejek. Lalu bergumam "Devil" disusul seringaiannya.##