Didepan sudah ada wadah besar berisi nomor urutan bangku yang akan menenutkan siapa yang akan menjadi teman satu mejaku untuk satu tahun kedapan. Aku menatap horor wadah berisi angka-angka ketika namaku dipanggil kedepan. Aku berdoa sebentar, merapalkan harapan semoga mendapatkan teman semeja yang baik.
Aku mengambil kertas yang tersangkut di tanganku. Aku membukanya dengan hati-hati seolah itu adalah hidup dan matiku. Aku menemukan nomer sepuluh di kertas. Wali kelasku berdehem padaku untuk menyebutkan aku mendapatkan nomer berapa.
"Sepuluh, berarti kamu duduk sama Keenan Saputra" aku melihat Keenan tengah melambaikan tangannya padaku. Aku tak tau harus senang atau biasa saja bisa satu meja dengan Keenan.
"Hei semoga satu tahun kedepan kita bisa berteman baik" ucapnya dengan ramah membuatku mengangguk setuju.
"Lo gak sakit kan karena kemaren gue ajak hujan-hujanan?" aku menggeleng kemudian bilang aku punya daya tahan tubuh yang baik hingga tak sakit meski ia mengajakku untuk hujan-hujanan.
"Oke anak-anak sekarang buka buku kalian halaman dua puluh lima" ucapan wali kelas kami membuat kami berhenti bercakap-cakap. Kami sibuk dengan pemikiran kami masing-masing. Aku sibuk dengan suara wali kelasku yang nyaring tengah mengajarkan kami mengenai logaritma sementara Keenan aku tak tau apa yang ia pikirkan.
***
"Selamat ulang tahun" ucap seorang perempuan berambut panjang yang membawa sebuah kue mejaku. Aku melirik Keenan tampak tersenyum tak menyangka jika temannya atau mungkin pacarnya memberikan kejutan padanya.
Setelah make a wish laki-laki itu meniup lilin dengan angka enam belas yang ada diatas kue. Perempuan yang membawa kue itu kemudian memberinya selamat sambil mengecup pipi kiri dan pipi kanan Keenan. Kemudian perempuan itu mengeluarkan sebuah kotak yang dibungkus rapih kepada Keenan.
Beberapa orang yang melihat itu bersorak menggoda perempuan yang kini kuketahui bernama Kesha. Orang-orang pun berkerumun di meja kami dan memberi selamat pada Keenan yang tengah merayakan hari bahagianya. Beberap orang teman laki-lakinya juga ternyata memberi hadiah pada Keenan yang berulang tahun keenam belas.
Setelah semua orang menghilang menyisakan aku dan Keenan. Aku menatapnya menimbang-nimbang antara memberinya selamat atau tidak. Bukankah keterlaluan jika aku tak meberinya selamat tapi aku bukan salah satu dari teman dekatnya. Tapi tak ada salahnya memberinya selamat ikut dalam kebahagian yang ia rasakan.
"Selamat ulang tahun" ucapku mengulurkan tangan yang langsung disambut olehnya. Ia kemudian mengucapkan terimakasih karena aku mengucapkan selamat padanya.
"Gue gak tau kalo lo hari ini ulang tahun" ucapku berbasa-basi karena aku tak tau harus berkata apa lagi terlebih kini di dalam kelas tinggal kami berdua. Orang-orang sudah keluar untuk mengisi perut mereka.
"Karena lo gak pernah nanya kapan ulang tahun gue" ujarnya santai dan ada benarnya juga. Aku tersnyum kemudian meminta maaf karena tidak memberinya hadiah.
"Ah ya gue harus kekantin" ucapku pamit untuk pergi dan baru satu langkah aku berjalan keluar meja ia sudah memanggil namaku.
"Natasya" panggilnya membuatku berhenti berjalan dan menoleh kearahnya.
"Buat lo, teman baru gue" ia menyerahkan sepotong kue dengan krim strawbery diatasnya. Aku sebenanya tak suka strawbery tapi Keenan memberiku tulus tak mungkin aku menolaknya. Aku mengambilnya kemudian pamit padanya harus menemui temanku di kantin.
Di lorong kelas sudah ada temanku yang setia menungguku. Dengan muka masam ia bertanya apa yang membuatku begitu lama keluar dari kelas. Setelah aku jelaskan akhirnya mengerti dan memakluminya.