Pertemuan Dengannya

5.8K 269 10
                                    

KRIIIIING
Deringan keras sebuah alarm itu membangunkan tidur Yuki.
"Ya allah udah jam 7" ucapnya kaget saat melihat jam bekernya. Ia bergegas mandi dan bersiap berangkat kuliah.
"Maa.. Yuki berangkat kuliah dulu yah"ucapnya terburu-buru sambil mencium tangan Twinawati Kato, ibundanya.
"Teh.Bawa ini yah, mama udah siapin buat kamu" ucap sang mama memberikan kotak makan berisi nasi goreng. Yuki menerimanya dan tersenyum, ia kemudian mencium pipi Mamanya dan berlalu pergi.

Sementara ditempat lain.. "Sayang,, entar sore temenin aku pemotretan yah" ucap seorang gadis cantik bernama Natasha Wilona, seorang model terkenal. "Hmmm.. Kayanya ga bisa deh, kamu kan tau aku sekarang dikasih tanggung jawab sama Papa buat ngehandle salah satu station radio milik papa. Aku harus sering ngontrol kesana" ucap Stefan menolak halus keinginan kekasihnya itu. Natasha terlihat kesal, manyun. "Nanti aku usahain, aku jemput kamu selesai pemotretan yah" ucap Stefan menenangkan Natasha seraya mengusap-usap rambut Natasha lembut. Natasha tersenyum dan memeluk kekasihnya itu

"Yuk.."teriak seseorang dari kejauhan sambil melambaikan tangannya. Yuki menoleh kesumber suara, dan ternyata Al Ghazali yg memanggilnya tadi. Al mengamhampiri dan menyodorkan selembar kertas semacam pamflet berukuran kecil kepada Yuki. Yuki membacanya dengan serius."Lowongan sebagai penyiar radio" Yuki membaca iklan yg tertulis di pamflet itu.
Al tersenyum "Lo kan suka banget tuh nyanyi nyanyi, apalagi lo ikut ekskul radio di kampus, pokonya yang berhubungan sama seni seni gitu kan, kayanya lo cocok deh Yuk. Lagian kan partime. Lo bisa ngambil jam siar malem kan" ucap Al pada Yuki yang masih melihat pamfpet itu serius.
Yuki tersenyum. "pengen banget sih Al nyoba, tapi kan lo tau sendiri kemaren gue abis dapet surat peringatan dari restoran tempat gue kerja gara-gara gw ga masuk 3 hari berturut-turut kemaren, kalo gue bolos lagi bisa-bisa gue bakalan dipecat" ucapnya tak bersemangat.
AL tersenyum seraya menepuk bahu Yuki "tenang aja, rejeki ga akan kemana kok Yuk" ucapnya. Yuki tersenyum manis kepada AL yang ia anggap sahabatnya karena AL selalu ada untuknya.

Sepulang kuliah Yuki menuju sebuah restoran. Ia bekerja partime disana. Ia segera mengganti pakaiannya dengan seragam resto itu. Saat hendak menaruh tasnya kedalam loker, tiba tiba selembar pamflet yang dikasih AL tadi terjatuh. Yuki memungutnya dan berfikir sejenak. Ia lalu menaruhnya kembali dan mulai bekerja. "Antar ini ke meja 18 ya. Hati-hati, layani dengan baik. Dia tamu special, seorang model" ucap seorang Chef memberikan pesanan untuk diantar oleh Yuki. Yuki mengacungkan jempolnya "Oke deh Chef Siipp" ucapnya sambil tersenyum.
Saat sampai di meja no.18 Yuki melihat ternyata Natasha Wilona, model terkenal yang sedang naik daun. Ia terlihat tak sendiri, karna ada seorang pria tampan juga disana.
"Cantik banget nih model" benak Yuki, saat berada dekat dengan Natasha tanpa sadar ia menumpahkan minuman kebaju Natasha. "Astagfirullah... Maaf mba,, maaf.. Saya bener - bener ga sengaja" ucap Yuki panik seraya membersihkan baju Natasha dengan tissue. Natasha terlihat sangat geram, tapi ia menahan emosinya. Ia tak mau marah-marah didepan pengunjung resto itu. Ia tak mau reputasinya jelek dimata publik. Natasha bergegas masuk ke dapur resto itu. Sementara Stefan bingung, ia menatap sejenak Yuki yang sepertinya ketakutan. Sementara Yuki tertunduk saat Stefan menatapnya, kemudian Stefan menyusul Natasha ke dapur resto.
"Mana manager resto ini. Saya mau bicara dengannya sekarang" ucap Natasha sedikit berteriak saat masuk ke dalam dapur resto itu membuat seluruh karyawan yang ada diruangan itu kaget. Dia terlihat sangat marah. Tak lama Stefan datang disusul Yuki yang merasa ketakutan.
"Nat, udahlah ga usah dibesar-besarin" ucap Stefan seraya menarik tangan Natasha untuk keluar.
"Ga bisa sayang, dia udah kurang ajar. Pelayan bodoh kaya dia ga pantes kerja di resto sebesar ini" ucapnya ketus.
Yuki hanya menundukan kepalanya, ia terlihat ketakutan. Tak lama manager resto itu datang. "Selamat sore mbak, mas. Ada yang bisa saya bantu" ucap sang manager menyapa ramah.
"Pak, saya mau komplain atas pelayanan diresto ini. Restoran sebesar ini mempekerjakan karyawan seperti ini, yang sangat tidak profesional" ucapnya sambil menunjuk Yuki. "Lihat hasil kerja dia. Baju saya hancur. Asal bapak tau ya, gaji dia jauh gak cukup untuk mengganti baju saya ini" ucapnya seraya menunjukan bajunya yang kotor tertumpah minuman.
"Tapi saya benar-benar tidak sengaja,Pak" bela Yuki.
Stefan berkali-kali menenangkan kekasihnya tapi usahanya sia-sia. "Baik mba. Saya minta maaf yang sebesar-besarnya atas kelalaian karyawan saya. Sebagai gantinya mbak bisa memesan apa saja gratis" ucap sang manager.
"Tidak perlu. Saya bukan orang miskin yang makan gratisan.Saya hanya minta beri sanksi yg tegas untuk dia" ucapnya kesal lalu pergi sambil menarik tangan Stefan.
"Kamu tuh keterlaluan banget tau ga" ucap Stefan pada Natasha saat mengantar Natasha pulang. "Ko keterlaluan sih, emang dia yg salah ko" ucap Natasha jengkel. "Ya kan dia udah minta maaf, ga sengaja juga kan. Ga usah dilebih-lebihin gitu kek" ujar Stefan. Natasha kesal mendengar ucapan Stefan yang terus menyalahkannya.
"Terus aja belain dia" ujarnya "Atau jangan-jangan kamu suka lagi sama dia" lanjut Natasha "Ngaco!" Ucap Stefan yang juga terlihat kesal dengan kelakuan Natasha.

Sesampainya Yuki dirumah.
"Assalamualaikum" ucap Yuki saat sampai dirumahnya. Ia kemudian mencium tangan Mamanya.
"Walaikumsalam. Udah pulang sayang" ucap Mamanya hangat. Ia terlihat heran melihat putrinya yg seperti tak bersemangat itu.
"Kamu kenapa" ucap sang ibu sambil membelai lembut rambut panjang Yuki. Yuki tak berkata, ia hanya menyodorkan sebuah surat. Mamanya membaca surat itu, surat pemutusan hubungan kerja. Mamanya kemudian tersenyum "Sabar ya sayang rejeki udah diatur" ucap sang Mama. Yuki kemudian memeluk Mamanya.
Yuki masuk kedalam kamarnya. Ia menghempaskan tubuh mungilnya ke kasur, ia menghela nafas "ceroboh banget sih gue" ucapnya sambil mengacak-acak mukanya, ia terlihat kesal sendiri. Tiba-tiba ia teringat akan pamflet yg diberikan AL tadi. "Apa aku coba aja ya" Pikirnya sambil menatap atap kamarnya.

Pagi-pagi Stefan datang kesebuah radio milik ayahnya itu. Ia harus menyeleksi beberapa calon penyiar baru di radionya itu. Ia terlihat sangat tampan pagi ini dengan kemeja biru dongker. Penampilannya terlihat sangat santai, wajahnya terlihat sangat fresh. Karyawati-Karyawati yang ada disitu juga seperti terkagum-kagum dengan bos muda barunya itu.
"Wooww... Gedungnya gede bgt" ucap Yuki saat sampai disebuah station radio yang cukup populer di jakarta, ia hendak mengikuti seleksi penyiar baru.
"Emangnya gue bisa" gumamnya mulai ragu. Ia hendak berbalik arah tapi ia teringat akan Mamanya yang sakit-sakitan. Baginya, ia tak boleh menyusahkan ibunya. "Demi Mama" batinnya. Tekadnya kini kuat, ia melangkah pasti memasuki gedung itu.

Sekitar 15 orang calon penyiar yang akan mengikuti seleksi. Mereka dikumpulkan dalam satu ruangan. Terlihat beberapa dari mereka berlatih layaknya penyiar-penyiar radio, ada juga yang asyik mengobrol. Sementara Yuki tengah asyik memainkan handphonenya "Selamat pagi" ucap Stefan memasuki ruangan itu. Seluruh calon peserta seketika diam. Mereka seperti terpesona melihat wajah tampan pria itu. Terlebih lagi Yuki, tapi ia bukan terpesona, terlebih tepatnya ia kaget melihat orang itu. Stefan melemparkan pandangannya kepada seluruh calon peserta, tapi pandangannya terpaku pada seorang gadis yang sedikit menundukan kepalanya itu "Dia.." Batinnya

Perjuangan Cinta KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang