Happy Reading & Enjoy All
Ana membuka mata dan langsung menatap langit-langit kamarnya dengan nyalang. Omongan Fernando sampai terbawa mimpi yang membuat tidur Ana tak nyenyak sama sekali. Dia mendengus.
Ana kurang tidur karena semalam terngiang-ngiang ucapan Fernando. Dia sholat subuh, lalu melanjutkan tidur dengan harapan bisa istarahat, tapi nyatanya kalimat Fernando terus terputar seperti kaset rusak.
Dia mengusap wajahnya dengan kasar. Dilihatnya jam dinding. Daripada pusing sendiri, Ana memilih bangun dan mandi. Setidaknya dia bisa bersiap dari sekarang.
Karena selalu mangkir dalam acara pernikahan, Ana mendapat hukuman dari Ilham untuk mengantar mereka ke bandara. Yah, hanya itu hukumannya. Ana harus mengantarnya sampai ke bandara karena duo sejoli yang baru menikah itu akan honeymoon di Turki.
Ana sudah selesai dengan aksinya merias diri. Dia memakai make up tipis dengan lipstick pink sebagai pelengkap. Ana memakai kemeja berwarna coklat dengan celana kain warna putih. Dia memakai jilbabnya dengan simple. Ana suka berpakaian yang simple-simple, apalagi setelah dari bandara dia akan langsung ke rumah sakit. Memakai celana jelas lebih memudahkannya.
"Udah siap, Na?"
Pertanyaan itu Ana dapat setelah kakinya menginjak ruang makan. Mama dan Ayahnya sedang sarapan dan juga ada beberapa bibinya yang masih menginap.
"Udah Ma... Mas Ilham mana?"
"Biasalah... pengantin baru!" Bibinya berlagak berbisik. Ana ber-oh-ria. Mama mengulum senyum, mengambilkan piring.
"Bentar lagi turun kok... Gak mungkin Mas-mu rela ketinggalan penerbangannya..."
"Udah siap, Na?" Ana kenal suara itu. Dia menengok ke belakang dan benar. Kakanya beserta istri baru turun.
"Siap... sekarang juga oke."
"Nantilah... aku sarapan dulu!"
Dan mereka berdua sarapan dalam tawa. Sesekali bibinya menggodai kakaknya dan istri yang turun terlambat. Tapi itu tak membuat Ana senang. Hati Ana sedang berkecamuk dan itu karena perkataan Fernando semalam. Disaat semuanya heboh, Ana memilih diam.
Begitu pun saat Ana berangkat mengantar Kakaknya. Dia hening di dalam mobil sementara kakaknya kadang bercakap-cakap mesra dengan istrinya. Sesekali Ana melirik ke spion yang ada di dalam mobil. Dia menghela nafas pelan. Dia memilih memalingkan wajahnya ke samping.
"Gak usah tinggal di apartemen lagi, tinggal di rumah aja, nemenin Mama sama Ayah." Nasehat kakaknya setelah puas bercanda dengan istrinya dan menyadari kehadiran adiknya.
"Jarak apartemen sama rumah sakit lebih deket, Mas." Jawab Ana sekenanya.
"Kamu terlalu memforsir diri kamu sendiri, Na. Kamu selalu datang setiap ada panggilan dari rumah sakit, gak pandang jam berapa itu, padahal tubuh kamu butuh istirahat."
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Okay, That's Love
SpiritualCOMPLETED STORY - PRIVATE MODE Menikah? Anastasia Maharani tak terlalu memusingkan soal menikah. Baginya, menikah berada diurutan ke sekian. Prioritas utamanya saat ini adalah menyelamatkan nyawa seseorang. Meski sudah sering mendapatkan undangan pe...