Aku menyesap secangkir coffee cinnamon dan menikmatinya pagi ini di café sebrang kantorku. Ini kebiasaanku setiap pagi sebelum berhadapan dengan setumpuk peekerjaan yang memforsir otak dan tenagaku. Handphoneku berbunyi dan ada pemberitahuan pada whatsappku. Seseorang mengirimkan sebuah gambar makhluk berlainan jenis sedang memadu asmara. Aku meletakkan cangkirku dan meninggalkan uang disitu. Aku terburu-buru memasuki Pajeroku dan melajukannya dengan kencang menuju apartemen yang sudah aku kenal, milik kekasihku.
Aku memberikan kunci Pajero kepada petugas apartemen untuk memarkirkannya. Aku berlari menekan tombol lantai 22. Aku terburu - buru mencapai apartemen kekasihku dan membukanya dengan kunci yang aku buka. Harum alkohol menyengat hidungku, iya semalam pasti ada pesta alkohol disini. Kebiasaan yang dilakukan kekasihku ketika memenangkan tender dikantor dia. Aku membukan pintu kamar dia yang tidak terkunci dan melihat tubuhnya menindih tubuh seorang wanita. Desahan - desahan pun terdengar nyaring, mereka melakukannya dengan serius sampai tidak menyadari kehadiranku. Airmataku menetes....
"Bajingan kamu Ver...tega sekali kamu berbuat laknat seperti itu."
Verde, kekasih kaget mendengar teriakanku dan melompat mengenakan celananya. Dia menyelimuti tubuh yang sangat aku kenal sekretarisnya, Leona.
"Aku bisa jelaskan semua ini, illa sayang"
"Jangan mendekat bajingan. Cukup kita sudahi semuanya."
Aku keluar dari kamar yang beraroma percintaan Verde dan Leona membuatku mual. Verde menyentuh pundakku tapi ku tepis.
"Jangan menyentuhku, jauhkan tangan busukmu. Semua sudah berakhir Ver dan tidak perlu kamu jelaskan. Ini tidak sudi aku memakainya lagi."
Aku melempar cincin yang dia berikan saat melamarku beberapa bulan lalu. Aku melihat tatapan mata Verde terluka saat aku melempar cincin itu karena cincin itu dari mendiang Mamanya Verde.
"Jangan kamu buang cincin itu, bisakan kamu mengembalikannya baik - baik padaku."
"Cih tak perlu untukmu pengkhianat. Kamu menduakan aku dengan sekretarismu. Semuanya sudah jelas, kamu tidak membutuhkan aku."
"Aku khilaf...beri aku kesempatan lagi memperbaiki semuanya."
"Cukup cukup jangan bicara lagi. Kamu sudah melukai hatiku. Kita tetap pisah dan selamat tinggal."
Aku keluar dari apartemen Verde dan menangis. Bahuku bergetar menyusuri dinding - dinding lorong apartemen menjadi saksi bisu berakhirnya hubunganku dan Verde. Verde tidak mengejarku seperti dulu ketika aku bertengkar dengan dia. Ya dia melepasku karena perbuatan yang telah dia lakukan. Bagaimanapun kebersamaan kami selama ini menjadi ternoda karena perbuatannya.
Aku menghubungi bagian reseptionis apartemen agar memberikan kunci mobilku di basement parkir. Aku menerima kunci mobilku dan melangkah menuju Pajeroku terparkir. Aku masuk ke dalam Pajeroku dan membersihkan sisa airmataku. Aku mengambil selembar tissue basah dan mengusapkan ke wajahku. Aku memakai make up dan memoleskan lipstick merah menyala. Membetulkan tatanan rambutku dan menyepolnya. Aku mengirimkan sebuah pesan kepada seseorang dan mengucapkan terima kasih. Lekukan bibirku membentu suatu senyuman sinis kemenangan.
Madrid...Im coming
***********************************************************************************************
Hei aku datang dengan cerita baru dan dengan alur yang masih bingun.Bisa bantu aku memberikan ide bagaimana alurnya? Makasih
Big Hug & Kiss
DjKristi
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Poker Face
RomanceIllary Blassi, gadis keturunan Indonesia - Austria mempunyai masa lalu yang kelam. Hidupnya dipenuhi intrik - intrik oleh orang - orang yang membeci dia. Anak kesayangan mama, calon menantu kesayangan, dan supervisor kesayangan manager membuat ora...