Seminggu sebelum kejadian di apartemen Verde
Seseorang mengedor - gedor pintu apartemenku dengan tidak sopan. Baru saja aku keluar dari bathup dan buru - buru mengenakan jubah mandiku. Emosi rasanya hatiku, badanku terasa lelah sekali karena hari ini banyak sekali masalah dikantor. Aku berencana langsung tidur sehabis mandi tetapi gedoran itu membuyarkan semuanya.
Aku memutar kenop pintu apartemen dan diam mematung. Mataku memanas menatap sosok pria dewasa yang menjulang tinggi 180 cm. Aku menutup kembali tetapi kalah cepat kaki pria itu menahan pintu dan memaksa masuk. Setelah itu dia menutup, mengunci pintu apartemen, dan melemparkan kunci dengan sembarang. Mata pria itu menatapku penuh rindu dan terluka.
"Phila...aku merindukanmu." Suaranya membuatku sadar dia nyata didepanku. Masih sama seperti dulu. Aku mencoba untuk tidak mengubris kata - kata dia.
"Duduklah dulu. Ada apa kamu mencariku."
Untuk apa pria itu datang kembali dalam hidupku. Semuanya sudah hancur dan tidak perlu diperbaiki.
"Aku merindukanmu Phila..."
"Sudah dua kali kamu mengatakannya padaku dan aku tidak tuli."
"Pulanglah Phila...."
"Tidak...rumahku disini."
Dia mendekatiku dan berlutut, menyentuh tangaku dan mengecupnya berkali - kali. Aku menepisnya dan tidak sengaja malah menampar pipinya.
"Maafkan aku Phila..."Akau berdiri dan mendorong tubuh dia.
"Keluar kamu dari sini."
"Phila....tidakkah kamu merindukanku?Masihkah kau mencintaiku Phila?"
"Jelas tidak."
Pria itu berdiri dan berjalan menuju lemari didekat televise. Mengambil bingkai foto yang tersimpan dna tertutup hiasan - hiasan, foto sepasang manusia yang berfoto ditengah padang savanna.
"Kamu masih menyimpan kenangan kita Phila."
Aku kalah telak karena dia menemukan sisa - sisa kenanganku dengan dia.
"Aku...aku..."
Pria itu meletakkan lagi bingkai foto itu dan berjalan ke arahku dengan airmata di kedua pelupuk matanya. Bahunya bergetar...jarang sekali aku melihat dia menangis. Dia mendekatiku dan bersimpuh dikakiku serta mencium kakiku yang telanjang. Aku miris melihat tindakan dia, pertahanku selama 5 tahun ini hancur. Tubuhku lemas dan akupun ikut menangis. Aku menangkup wajahnya yang tak terawat penuh jambang dipipinya.
"Aku masih mencintaimu Roguel Arcuri."
Roguel memelukku dan kami menangis bersama. Sungguh ironis, hatiku sakit tapi disisi lain bahagia. Sakit dan bahagia disaat bersamaan karena pasti sesuatu akan terjadi lagi jika aku bersama dia.
Roguel menyesap airmata yang mengalir dari kedua mataku. Dia mulai menciumku tetapi ragu. Aku mengalungkan kedua tanganku dilehernya dan dia tau aku tidak menolak. Dia menciumku dengan pelan seakan aku ini kapas yang ringan dan mudah hancur. Masih berciuman, dia memindahkan tubuhku ke sofa depan televisi. Roguel mendudukkanku berhadapan dengan dia. Kami saling menyesap satu sama lain dan bertukar savila kami. Dia mengusap - usap punggungku seperti aku ini anak kecil saja. Dia menghentikan ciuman kami dan menempelkan kedua dahi kami.
"Sungguh Philia aku mencintaimu dan merindukanmu. Hidupku berantakan tanpa dirimu Philia. Tidak ada yang mengurusku, aku depresi Philia."
"Aku tidak ingin mengakuinya tapi iya Rog...Aku mencintaimu."
Aku memeluk Roguelku dan ya ego aku lepas. Roguel adalah surga dalam hidupku walaupun bersama dia neraka pasti akan mendekat juga.
"Ini apa Philia." Roguel menyentuh tangan kiriku dan melihat cincin emas polos.
"Aku bertunangan Rog."
"Tidak Philia...tidak boleh. Lepaskan Philia."
Roguel mencoba melepas paksa cincin yang aku kenakan tetapi tidak berhasil. Roguel mulai kasar lagi kepadaku.
"Hentikan Rog...kamu menyakitiku." Roguel menghentikan tindakannya yang membuat jari - jariku sakit.
"Maafkan aku Philia telah menyakitimu. Apakah pria itu menyentuhmu?"
Aku menggeleng dan Rogue mengembangkan senyuman manisnya kepadaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Poker Face
RomansaIllary Blassi, gadis keturunan Indonesia - Austria mempunyai masa lalu yang kelam. Hidupnya dipenuhi intrik - intrik oleh orang - orang yang membeci dia. Anak kesayangan mama, calon menantu kesayangan, dan supervisor kesayangan manager membuat ora...