My Name Is Clara

376 42 22
                                    

Perlahan terdengar gesekan biola. Semua mata mencari asal suara itu. Lampu panggung menyorot ke tengah panggung, seorang gadis cantik sedang menggesek biolanya. Gadis bersurai hitam panjang itu mulai bernyanyi. Suaranya sangat teramat merdu.

Imagine there's no heaven

It's easy if you try

No hell below us

Above us only sky

Imagine all the people living for today


Lagu dinyanyikan dengan penuh penghayatan, seolah menyayat hati para pendengar. Mengajak para pendengar untuk menyadari melalui lagu yang dinyanyikannya. Mengatakan betapa menyedihkannya dunia ini. Menghipnotis para pendengar melalui suara emasnya.



You may say I'm a dreamer

But I'm not the only one

I hope some day you'll join us

And the world will be as one



Mengakhiri sebuah lagu dengan sangat indah. Para penonton bangkit dari kursi nikmatnya, memberi sebuah apresiasi atas gugahan jiwa yang telah diberi sang gadis. Yah, sebuah tepuk tangan. Tidak hanya sebuah, tapi ribuan tangan tengah bertepuk tangan.



Sang gadis menunduk, menerima tepukan tangan para penonton.

Seorang lelaki naik ke atas panggung, menuntun sang gadis untuk turun dari panggung. Beberapa orang mulai saling lirik, mulai berbisik begitu melihat pemandangan di hadapan mereka.



"Gadis yang malang," ujar seorang lelaki gembul dengan setelan jas mahal di tubuhnya.



Wanita di sebelahnya menimpali. "Yah, Tuhan terkadang memberi kelemahan di atas seluruh kelebihannya. Gadis yang cantik, sayang sekali."



"Suaranya sangat merdu. Menggugah jiwaku, seolah baru disadarkan atas segala kebodohanku. Caranya bernyanyi benar dari dalam hati," sahut pria tua di depan wanita tadi.



"Andaikan dia di sisiku, aku pasti akan menjaganya sepenuh hatiku," gumam lelaki muda di belakang lelaki gembul tadi. Matanya menerawang, melihat betapa menyentuhnya nyanyian si gadis. Membuatnya, benar tersentuh.



Sang gadis yang sudah turun dari atas panggung, mendengar jelas semua bisik-bisik para penonton. Dia memejamkan matanya kuat-kuat, menghela nafas panjang. Seulas senyum tercipta di bibir tipisnya.



"Kau tak apa?" tanya lelaki yang tadi menuntun sang gadis.



"Yah. I'm fine."


***

Tuk. Tuk. Tuk.

Suara ujung tongkat saling bertabrakan dengan lantai marmer. Sang gadis beberapa kali mengetukkan tongkatnya, menjaga langkahnya agar tak terjatuh. Penglihatan yang tak dimilikinya membuat sang gadis untuk selalu melakukan hal yang dirasa melelahkan setiap hari.

"JAMES!" teriak sang gadis.

Seorang lelaki datang tergopoh-gopoh menghampiri sang gadis. Matanya memicing, menandakan dirinya masih diambang kesadaran dan ketidak sadaran.


"Ada apa, Nona Clara?" tanyanya bingung.

Sang gadis -Clara-berkacak pinggang, dia mengetukkan kakinya. "Cih. Memangnya harus ada apa jika aku memanggilmu? Apa saja sih yang kaulakukan? Kau tak tahu ini jam berapa?" Ia meninggikan nada suaranya.


My Name Is ClaraWhere stories live. Discover now