The Secret

67 10 0
                                    

Hampir semua orang mempunyai sebuah rahasia yang hanya dia dan Tuhannya yang tahu. Bukan bermaksud menyembunyikan, hanya terkadang lebih baik tak seorang pun yang tahu tentang rahasia itu.

Ini berawal dari sebuah pertemanan yang biasa dan tak sedikit pun meninggalkan kesan yang mendalam. Namun, setiap orang mempunyai sudut pandang yang berbeda. Karena pada nyatanya pertemuan itu adalah awal dari titik balik kehidupanku.

Pertemuan yang menyebabkan sebuah luka yang bersemanyam dalam hati terdalam ku.

Sebuah luka yang selalu aku sembunyikan dan berusaha untuk tak diketahui oleh siapapun.

Sebuah luka yang menyebabkan terasa ada lubang yang menganga dalam hatiku.

Sebuah luka yang tak tampak namun begitu menyakitkan.

Sebuah luka yang kuubah menjadi senyuman pahit nan memuakkan.

Dulu aku pikir 'kita' mempunyai rasa yang sama. Namun ternyata kejadian itu seperti tamparan yang amat menyakitkan bagiku. kau, yang perlahan semakin menjauh dari hidupku. Kau, yang kini tak lagi dapat ku jangkau.

"Kemarin gue baca berita diinternet, ada orang yang mati gara-gara bengong."

Aku hanya dapat menyunggingkan senyum separo saat tiba-tiba ada seseorang yang amat aku kenal duduk disebelahku serta melontarkan lelucon garingnya. Senyum sempurnaku, entahlah pergi kemana.

"Iya aja bisa mati, bengongnya dijalan kerata sih ya? Garing lu Bi, sejak kapan coba lu ada waktu baca berita, baca perasaan doi aja lu ga ada waktu," ucapku asal, sama sekali tak menunjukkan sikap senang atas kehadirannya.

"Doi itu ga usah dipikirin, belum tentu doinya juga mikirin kita," aku tersenyum masam mendengar jawabannya. Aku tahu bahwa jawaban itu bukan jawaban asal, karena begitulah karakter Bintang. Tak terlalu tertarik dengan jenis hubungan cinta.

"Rasanya ada yang kurang ya Nin, dulu kalo istirahat kaya gini pasti meja ini yang paling rame, tapi sekarang sepi menjurus angker kaya kuburan."

Selera humor orang memang berbeda-beda, dan Bintang adalah jenis orang yang punya selera humor garing mengalahkan kerupuk kriuk-kriuk. Tapi, perkataannya kali ini membuatku tambah bermuram durja.

Benar kata Bintang, rasanya situasi ini begitu sangat tak ku sukai, terasa ada yang kurang dan hilang. Bukan hanya hari ini, tapi situasi ini sudah berlangsung satu bulan. Tapi nyantanya rasa hilang ini belum juga bisa membuatku terbiasa. Selalu ada rasa sesak yang aku rasakan.

Rifki . Rifki adalah 'hilang' itu.

Sebutlah ia Rifki. Sosok yang tiba-tiba memutuskan untuk 'menghilang' dari kehidupan kami, atau lebih tepatnya aku.

Benar, dia memutuskan untuk 'hilang' atau bolehlah kalian sebut pergi setelah mengetahui bahwa aku mempunyai perasaan lebih dari teman padanya.

Tak benar-benar pergi jauh dari hidupku. Ia masih satu sekolah, satu kelas dan satu organisasi denganku. Namun nyatanya aku merasa dia begitu jauh dari jangkauanku, merasa seperti ada benteng pembatas yang membatasi aku dan dia. Benteng yang kuat, yang aku lelah sendiri untuk mencoba merobohkannya.

Jurusnya adalah menghindar. Selalu menghidar dan berkelit saat Bintang memaksa untuk berkumpul dengannya dan aku.

Dulu, kami memang seolah sesuatu yang tak dapat dipisahkan. Kemana-mana selalu bertiga, meski pada kenyataannya aku satu-satunya berjenis kelamin berbeda dengan mereka. Tapi, seolah itu bukanlah menjadi masalah.

Tak masalah sampai pada akhirnya aku jatuh cinta pada Rifki. Tentang kehangatan, perhatian dan sikapnya yang membuatku terperosok pada perasaan yang membuat situasi ini terjadi.

Hubungan kami bertiga berjalan normal pada awalnya. Hingga terjadi konflik bahwa Bintang mempunyai perasaan padaku dan aku mempunyai perasaan pada Rifki. Aku dan Bintang sama-sama menyembunyikan perasaan kami masing-masing dengan rapat. Namun, benar kata pepatah bahwa serapat-rapatnya bangkai disembunyikan, kelak pasti akan tercium baunya.

Rifki mengetahui rahasia aku dan Bintang disaat waktu yang sama. Membuatnya merasa kecewa dan merasa bahwa hubungan pertemanan kami bertiga sudah tidak normal.

Dia memutuskan untuk menjauh. Tanpa memberiku waktu untuk menjelaskan semuanya. Dan miris, yang mengetahui bahwa Rifki telah mengetahui rahasia aku dan Bintang hanyalah aku, hingga saat ini Bintang adalah sosok yang terjerat atas ketidaktahuannya tentang perubahan sikap Rifki padaku. Yap, perubahan sikap Rifki memang hanya terjadi padaku. Dia seolah bertingkah normal pada Bintang, meski ya dia juga tak bisa menyembunyikan kenyataan bahwa dia selalu menghindar jika Bintang mengajaknya untuk berkumpul bersamanya dan aku.

Kenyataan bahwa aku kehilangan orang terdekatku karena perasaan cinta yang ku miliki menbuat dadaku sangat sesak.

Rifki, apa aku yang mengatur kemana hatiku jatuh?

Rifki, apa sebegitu tidak sukanya kamu atas rasa yang aku punya sampai kamu memutuskan untuk menjauh dariku?

Rahasia ini, jika bisa aku benar simpan rapat aku pun akan memilihnya. Tapi apa daya saat kamu mengetahuinya.

Rifki, kumohon. Cinta ini bisakah kamu pura-pura tak mengetahuinya saja?

***

Kamis, 03 Maret 2016

Story of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang