Hanya Satu Hari Saja

472 1 0
                                    

Dia telah melukai hati dan perasaanku dalam hingga terus selalu sakit kurasakan namun entah mengapa dia tak pernah aku benci sedikit pun. Selama satu tahun tujuh bulan aku berbohong akan perasaanku sendiri. Aku Nunna, sekarang aku punya pacar namanya Dewa. Dia laki-laki yang nyaris sempurna dimataku, hanya saja rasanya aku belum bisa sepenuhnya mencintai dia meski sebenarnya sudah lama aku jalani kisah ini. Cintaku masih sangat kuat untuk seseorang dimasa laluku.

Semua tentang dia hampir setiap hari mengusikku, entah itu dalam mimpi atau dalam keseharianku. Terkadang aku merasa terganggu, tapi aku juga masih begitu berat untuk melepasnya. Aku benar-benar telah yakin akan cinta kita, ya, cinta aku dan Dhika.

Kotak ingatanku tentang dia sama sekali tak terhapus sedikit pun aku ingat lusa adalah hari yang selalu aku nanti ketika dengannya dulu. Jelas dalam memoriku  kebersamaan antara aku dan dia ketika dulu masih bersama. Aku pergi meninggalkan dia karena jujur aku tak sanggup menahan sakit yang aku rasa saat aku tau dia mengkhianatiku. Dia duakan cintaku yang benar-benar tulus itu.

Semua harapanku hancur, mimpiku dengannya sirna sudah. Aku tak tau harus bagaimana menjalani hari-hariku. Kuakui aku sesali keputusanku saat itu, andai saja aku bisa lebih kuat dan bertahan menghadapi dia. Tapi ya sudahlah mungkin jalan yang Tuhan berikan ini yang terbaik untuk aku jalani.

Sekarang aku lewati semuanya bersama Dewa. Hampir setiap hari aku bertatap muka dengannya, terkadang ada rasa jenuh juga. Tapi hanya dia yang mengerti aku dan juga teman-temanku. Dia tak pernah ingin membuat aku menangis, dia selalu buatku tersenyum dan terkadang tertawa. Dia tau apa yang buatku kesal. Dia akan panik ketika aku mulai terlihat murung. Ya, dia cukup banyak tau tentang aku. Tapi tidak tentang hatiku.

“Nunn...” tiba-tiba suara Dewa membuyarkan lamunanku sore itu. Aku segera tersenyum melihatnya yang dengan tanpa aku sadari sudah muncul dihadapanku. Dia membelai lembut rambutku yang terurai. Memang hangat rasanya sikap dia selama ini dan aku jahat telah membohonginya. Maafin aku ya Dewa. L

“Kapan datengnya Wa ? kok aku gak tau..”tanyaku heran sambil celingak-celingukan gak jelas. Aku masih belum sepenuhnya kembali dari fantasiku tadi tentang Dhika.

“Gimana mau tau kamu-nya aja ngelamun kaya gitu. Mikirin apa sih sayang ?” dengan nada manjanya dia terus memainkan rambutku dan tetap menatap kedua mataku. Sungguh, aku merasa bersalah melihat dia yang begitu tulus.

“Maaf sayang, gak mikirin apa-apa kok. Kecapean aja mungkin.” Aku terpaksa berbohong karena aku tak mau melukai Dewa.

“Kamu sakit ya ? Istirahat gih yang. Biar aku ngobrol sama Kak Bara aja, kebetulan tadi dia manggil aku juga.”Dewa nampak cemas. Dia meraba pelan keningku mencoba merasakan suhu tubuhku. Dan memang agak sedikit demam juga sih.

“Tapi kamu gak pa pa kan ?”

Dia hanya mengangguk dan tersenyum. Aku mencium keningnya lalu berjalan menuju kamar. Mungkin memang lebih baik seperti gini aja.

* * *

Malamku kini semakin terasa begitu sepi, aku merindukannya saat ini juga. Aku ingin kembali ke saat itu. Aku ingin kembali dalam pelukannya,meraskan hangat dekapan tubuhnya, mencium aroma tubuhnya yang khas, melihat senyum manisnya. SUMPAH aku benar-benar ingin hadirnya, aku sudah tak tahan menahan rasa ini. Aku hanya bisa menangis saat aku merasakan hal seperti ini. Luka dan sakit yang begitu dalam rasanya. Aku sudah cukup menunggu selama ini untuknya, tapi apa artinya jika hanya sakit seperti ini ??

Aku semakin tersedu-sedu.  Larut dalam tangisku yang semakin menjadi. Tapi dengan begini hatiku yakin rasaku akan sampai juga ke hatinya.

Tiba-tiba ponselku berdering. Pikirku Dewa yang mengirimiku pesan, aku membukanya dan WAW!..Mataku membelalak tak percaya, apa-apan ini ?? Tidakkah aku sedang bermimpi ?? Aku mencubit punggung tanganku dan memang terasa sakit. Ya , ini kenyataan. Ada rasa yang berkecambuk dalam hatiku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 23, 2011 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hanya Satu Hari SajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang