Keluarga Keduaku

311 4 1
                                    

“Risauuuu...” Getir suara tertangkap telinga Vanny, gadis berambut pendek yang berkontraskan tubuhnya yang tinggi. Ia menoleh seraya berkata, “Napa Dhia?” seulas senyum tersungging menghiasi mulutnya yang lebih lebar dibanding Dhia. Sudah menjadi kebiasaan bagi Vanny mendengar keluhan Dhia yang memiliki nama lengkap Nabila Adhia. Seorang gadis berkulit sawo matang yang dikarunia mata besar nan indah. Memang ia tidaklah setinggi Vanny yang hampir mencapai 175 sentimeter, Dhia hanya diberikan tinggi 165 sentimeter oleh sang pencipta. Dhia melengos, Vanny tahu apa yang membuat gadis berwajah cantik itu meresahkan hatinya sendiri.

“Risauuu kamek ni... dua hari lagi ulang tahunku...” Jawab Dhia memandangi kalender harian yang menunjukkan tanggal senin, 4 Juli 2011 – seperti itulah yang terbaca Dhia.

“Lalu kenapa?” bingung Vanny.

“Iyalah... bagaimana tidak risau kalau...” Dhia bimbang untuk menceritakan kekhawatirannya, bingung cara penyampaiannya kepada sahabatnya.

“Kalau apa Dhia?” tanya Vanny penasaran, ia menghentikan aktivitasnya sesaat sebelum akhirnya melanjutkannya. Saat itu mereka sedang bekerja di salah satu perusahaan elektronik terbesar di kalimantan barat, Pontianak.

Sebelum sempat mendapatkan jawaban dari Dhia, lagu Trouble is a friend – Lenka berbunyi beberapa kali dan sambung menyambung menyudahi percakapan mereka yang terbilang singkat tersebut.

Randy

Babiii..., tgl 6 juli ini kita bisa nonton dong... ^^ suntuk nih...

Steve

Hari rabu ini aku off loh.. kamu ada janji? J

Tora

Tggl 6 juli, lu ultah yah? Rayain sama” yok? Gue booking yah... bisaaaaaaa yah? Gue berharap bangeett...

“Ini bertiga pada janjian yah? Ngajakin jalan, bersamaan...!” gusar Dhia sambil menopang dagunya pada kedua tangannya.

“Wahhh.. cieeee.... gebetannya banyak” ejek sang kepala gudang yang kebetulan mendengar percakapan Dhia.

“Diam kau lekong jadi-jadian!!!” jerit Dhia melengking.

“Ooo... you risauin itu para tiga lekong???” sambung Vanny menimbrung ejekan sang kepala gudang, Andre – begitulah namanya tercatat dalam KTP-nya.

“Suiiiiiitttt.... Dhia gitu loh...” ejek Handy menambahkan, laki-laki berperut buncit yang bernasib menjadi Supervisor perusahaan itu.

“Ahhhh Risau...” Dhia berlalu dengan jengkel.

***

Pagi menjelang, resah dihatinya masih tidak terbilang berkurang, malah bertambah. Dhia merasa tidak mampu menghadapi ketiga laki-laki yang kini mengejar cintanya – seperti itulah mungkin yang terkira oleh Head Finance-nya di kantor, Lucy.

“Awas kalian...” ancam Handy pagi itu, saat deru motor Dhia baru saja dimatikan.

“Apaan sih ko?” Dhia mengernyitkan dahinya pertanda ia jengkel dengan ancaman Handy serta pikirannya yang tercampur aduk.

“Risauuuu...” sambung Vanny yang mencium gelagat mencurigakan Supervisor mereka yang satu ini.

“Jangan macam-macam ye... tak berkawan kitak ntar...” ancam Dhia membulatkan matanya yang telah dilahirkan bulat dan besar namun tidak menakutkan, namun terkesan indah dilihat.

***

“Pasti mereka merencanakan sesuatu yang tidak enak, tadi gue lihat dari kejauhan kalau si ko Handy dan Andre sedang berbisik-bisik..”

Keluarga KeduakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang