2 - MarioKart

30 2 0
                                    

"Kakak! Celana dalemnya nyasar nih! Taruh di keranjang cucian dong!"

Sabtu pagi adik gua yang masih di kelas tujuh, Ara, udah teriak-teriakin gua. Aduh Dek, tunggu siangan bisa kan. "Iya iya nanti Kakak taruh di keranjang. Ntaran lah," teriak gua balik sambil berkelut dengan selimut.

Mendadak selimut gua melayang pergi. Tidaaaakk... Aku kedinginan tanpamu selimutku. "Ara apa-apaan sih! Masih ngantuk nih!" "Kakak, udah jam sembilan tahu! Mandi dulu bisa kali!"

Setengah tidur, gua bangun sambil ngucek-ngucek mata. Nggak sengaja ada bulu mata masuk.

"Adaw! Kelilipan gua! Adudududududu-"

"Tuh, kualat kan Kak. Makanya mandi."

Dasar adik kurang ajar. Kakaknya menderita bukannya dibantuin, malah dibilang kualat.

Eh tapi kalo dia bantuin berarti dia bakal nyolok mata gua. Jangan deh mendingan.

"Iya-iya Kakak mandi! Hih, nggak sabaran amat," gua ngedumel sambil ngambil handuk. Di kamar mandi gua mikir, apa yang akan gua lakuin hari ini?

• • •

"AAAAAHHH! Kena lagi!"

Yak saudara-saudara, inilah yang dilakukan Avi dan Daniel di hari Sabtu; main MarioKart seharian.

Kami emang orang-orang kurang kerjaan.

"Ngomong-ngomong Vi," ucap Daniel sambil ngelempar pisang ke karakter gua lagi, "Kemaren lu jam berapa nyampe rumah?"

"Jam setengah delapan. Kan gua beli stik dulu."

"Lah blok M kan nggak jauh-jauh amat dari situ; kok ampe jam segitu?"

"Satu; lu ngebiarin gua tidur. Dua, gua ketemu sama Serafina."

Seketika setelah nama itu gua ucapin, Luigi-karakternya Daniel-kelontar keluar dari lane. "Serafina? Serafina yang itu?" Mukanya berubah, matanya membelalak dan mulutnya menganga.

"Iya. Kenapa dah lu sampe kayak ikan koi gitu?" Ledek gua. Yes, juara tiga! Lumayan, lumayan. "Awas nanti lu dikutuk lho..." Ucap Daniel nggak menghiraukan ledekan gua.

Gua memutar mata. "Rumor lagi? Itu nggak mungkin bener, Dan. Gua udah dua kali ketemu sama Serafina dan sejauh ini dia baik kok. Nggak aneh-aneh."

"Dua kali?" Ujar Daniel sedikit berteriak. "Udah dua kali ketemuan dan lu belom kasih tahu gua?"

Gua mencibir. "Ini alasan kenapa gua nggak mau ngasih tahu lu," gua menghela napas, "Reaksi lu tuh langsung negatif."

"Tapi ini kan ngomongin Serafina!"

Ladies and gentleman, inilah sahabat saya yang aneh bin ajaib. Nggak pernag ngejudge orang selain Serafina apapun-nama-belakangnya.

"Santailah bro. Gua nggak akan diapa-apain sama dia kok." Yah, Mario kecebur danau. Ironis banget emang karakter MarioKart favorit gua sama Daniel itu Mario sama Luigi. "Lagian, gua penasaran sama dia."

"Penasaran gimana?" Tanya Daniel sambil minum airnya. "Dia ngomong aja kaga."

"Kemaren dia ngomong kok sama gua. Dua kali lagi."

Brushk.

Muka gua pun basah.

"ANJIR LU DAN! APA-APAAN SIH!" Gua langsung pause gamenya, nyari lap di dapur. Moga-moga yang gua pakai masih baru.

Pas gua balik ke ruang keluarga, Daniel masih batuk-batuk nggak karuan. Gua tabok punggungnya. "So-uhuk-sori Vi," -batuk batuk- "Gua gak nyangka doang dia bakal akhirnya ngomong."

Gua mendengus. Emang sih, aneh rasanya pertama kali denger suara keluar dari mulut Serafina. Tapi gua sebenernya nggak tahu dia kenapa sampai bisa nggak mau ngomong gitu.

"Eh Dan, kenapa sih Serafina nggak pernah mau ngomong?" Gua kepo.

Daniel tadinya cuma diam, ngunyah snickers yang dia comot dari kulkas gua. Yeh, ngebetak makanan gua dia.

"Gua juga nggak tahu sih. Tapi sebelum lu masuk, pas gua kelas delapan, dia baru masuk. Dia emang jarang ngomong, tapi sekali bicara selalu ramah meski nggak berlangsung lama pembicaraanya. Lama kelamaan dia makin jarang ngomong. Pas kelas sembilan dia berhenti tersenyum dan bicara sepenuhnya. Cuma ngomong sama guru." Daniel menjelaskan panjang lebar.

"Lu ngestalk dia ato gimana dah?" Gua terkekeh. "Lengkap amat infonya."

Muka Daniel memerah sedikit. "Yaaaa... gua sempet suka sama dia dulu. Sedikit." Gua membelalak. "Hah? Kapan?" "Dulu pas masih kelas delapanlah," dia menatap muka gua, seperti mengatakan kalau gua bodoh. "Ya gimana lu nggak suka, dia cantik, ramah, senyumnya manis. Pinter lagi."

Widih, si Daniel bisa suka orang juga.

"Tapi dia berubah. Sekarang nggak pernah senyum, nggak mau ngomong. Gua pengen sih nyapa, nanya kabar, nyoba biar dia ngomong lagi. Tapi gua siapa sampe bisa ngelakuin itu?"

Gua menghela napas. Nggak tahu mau ngomong apa.

"Jadi yah, gua relain aja dia. Dan lu tau Vi? Meski gua nggak kenal dia, gua ngerasain patah hati juga." Daniel tersenyum sedih, lalu berdiri dan mulai ngacakin kulkas gua lagi.

"Udah deh, gua jadi kayak cewek dah. Lu ada makanan apa?"

Sialan, kulkas gua.

• • •

Esoknya, dari jam setengah enam gua udah siap-siap gereja. Gua bakal ikut ibadah remaja jam delapan, terus ngegitarin kelas satu sekolah minggu. Jam tujuh gua udah menstarter motor, lalu pergi.

Hari Minggu ini mulai kayak biasa; bangun pagi, siap-siap, berangkat gereja, pulang. Perbedaannya cuma satu.

Ada...

Daniel.

Hahaha, pasti lu semua ngira bakal ada Serafina.

Adanya Daniel di gereja, jam delapan pagi, itu sesuatu yang baru. Dia emang Kristen, tapi dia jarang mau bangun pagi buat gereja. Biasanya dia ikut yabg jam setengah 11.

"Bro," sapa gua setelah duduk di sebelah Daniel, "Tumben lu dateng pagi."

Daniel tersenyum kecil. "Yah, tadi pagi, jam 5, tetangga gua ternyata belom matiin weker. Dan lu harus tahu, di setiap sudut rumahnya ada satu jam weker yang berisik itu tuh. Yang kayak kepala Mickey Mouse."

Gua tergelak. "Terus lu sekeluarga bangun? Mantap bro." Senyum Daniel-yang ternyata sarkastik-melengkung ke bawah, cemberut.

Daniel nguap lebar. "Iya."

Tepat setelah dia bilang iya, Pendeta Rudi masuk. Yak, waktunya matiin hp.

• • •

"Parah banget dah lu Dan. Lu tidur sampe hampir ngorok tahu nggak."

Gua dan Daniel lagi jajan bakso di kantin gereja, sambil ngebahas betapa bodohnya Daniel ngorok pas ibadah.

Rasanya duduk disebelahnya itu? Malu setengah mampus.

"Yeee. Gua kan ngantuk bro," Daniel nyenggol gua. Anjir kuah bakso gua nyiprat. "Woi! Hampir tumpah nih," gua ngedumel. Daniel cuma mendengus. Sialan.

Gua tadi selama ibadah masih mikirin kata-kata Serafina. Kebetulan, khotbahnya tadi tentang bertemu orang baru. Mungkin nanti gua bakal tahu apa maksud dia.

Ah, nanti ketemu sama Pendeta Rudi dulu deh. Curcol dikit bisa kan ya.

Vomment ^O^

-Rain

SerafinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang