Journey 1

1.6K 119 51
                                    

***



SHANGHAI, CHINA


Janice mematut penampilannya didepan kaca mobil kakaknya. Sekarang dia sudah berpenampilan seperti Megan. Rambut coklat kemerahannya dia gerai dan dia sampai bertukar pakaian dengan Megan setibanya mereka dibandara. Tadi mereka bisa keluar dari rumah karena Megan mengaku bahwa dia ingin mengantar Janice yang akan naik kereta bersama teman-teman sekampusnya karya wisata ke Chang zhou.


"Sempurna." Ucap Megan bangga dengan hasil karyanya. Wajah adiknya sudah dia poles sedemikian rupa menyerupai gaya dandanannya.

Kini dirinya dan Janice sudah bertukar pakaian. Megan memberikan pakaian yang tengah dia pakai untuk Janice, sementara dia mengenakan blouse miliknya yang berwarna hijau muda. Dia sangat tidak suka dengan pakaian khas Janice yang hanya berbahan dasar T-shirt oblong berwarna putih dan celana jeans pendek. It's not her style. Memakai pakaian Janice sama saja dengan menyuruh Megan untuk menyamar menjadi tante-tante di China town.

Wajah mereka boleh sama, tapi kepribadian mereka jauh berbeda.

Janice menatap bayangannya yang terpantul didepan cermin dengan tidak percaya. Dengan dress selutut berwarna soft pink, Kini dipantulan kaca dia melihat seperti ada dua sosok Megan dipantulan kaca.

Janice menatap kakaknya dengan takjub. "Kau yakin akan melakukan ini, Jie?"

Megan mengangguk. "Aku hanya akan pergi selama seminggu , Mei. Bertahanlah menjadi diriku dihadapan papa dan mama selama itu."

Janice menghela nafas. "Aku tidak yakin cara ini bisa membohongi papa dan mama. Kita bisa kualat karena membohongi orang tua sampai seperti ini."

"Tapi kau berbohong demi kebaikan , mei." Ucap Megan membela diri.

"Kebaikan apanya? Dimana-mana kebohongan itu tidak ada sisi baiknya." Gerutu Janice.

"Tentu saja ada." Tukas Megan tidak mau kalah. "Kau melakukan ini demi kebaikan kakakmu sendiri."

Janice terdiam mendengarnya. "Aku masih merasa apa yang akan kita lakukan ini salah. Kau masih ingat apa yang sering om Faris ceritakan saat kita kecil? Jika kita melawan orang tua atau membohongi mereka, dikehidupan berikutnya kita akan dilahirkan menjadi kambing atau sapi."

"Yeah, aku masih ingat. Aku berharap tidak dilahirkan menjadi ayam." Sambung Megan. "Aku suka makan ayam, kuharap bukan aku yang akan menjadi ayamnya kelak."

Megan menatap adiknya. "Aku tahu tidak seharusnya membohongi orang tua, tapi aku juga berharap cerita om Faris itu hanya mengada ngada."

"Bagaimana jika itu sungguhan? You know that karma is exist?" Tanya Janice lagi.

"Ya, paling tidak membayar kesalahan kita tidak dengan terlahir menjadi ayam!" Ucap Megan lagi. Merasa pembicaraan mereka mulai melantur jauh, Megan pun mencoba mengalihkan pembicaraan. "Okay. Stop talking about chicken, cow, goat and their friends. Setelah masalahku di Bali selesai, aku akan meminta pengampunan ke kuil dan meminta maaf pada orang tua kita."

"Kau janji itu?" Janice menatap kakaknya meminta kepastian. "Walaupun nanti kau akan kecewa dengan om Joe dan menyadari bahwa perkataanku benar adanya kalau Om Joe tidak serius berjanji padamu saat itu?"

Megan menatap adiknya dengan penuh keyakinan sebelum akhirnya mengucapkan, "Ya."Dan aku yakin dugaanmu itu salah ,mei."

"Semoga begitu."

DTS 5 - Journey Of My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang