Prolog

11 2 0
                                    

Ini sudah kesekian kalinya. Lagi. Lagi. Dan lagi. Aku terus-menerus menahannya. Aku terlalu kuat, terlampau sabar, untuk semua ini. Aku, hanya harus menunggu waktu yang tepat. Dan jangan terlalu cepat. Jangan gegabah. Jangan membuat kesalahan yang sama karena itu akan berakibat fatal. Hanya harus tenang, selalu menunjukkan senyum palsu itu. Agar semua mata itu, tertipu.
-----------
"Kamu bilang apa tadi?! Kamu pikir aku ini apa?!"
"Ya, terserah."
"Apa maksud mu tadi hah?! Kau tak pantas lagi menjadi istriku! Keluar kamu dari rumah! CEPAT!!! Malam ini keluar kamu!"
"Argggghhhhh!"
"Ma..Pa... hiks hiks, Ma... Pa...."
Terdengar lagi. Aku, sebenarnya mendengar itu semua. Tapi, aku akan berpura-pura untuk tak tau apa-apa. Aku tidak peduli ah bukan tidak peduli, tapi aku sungguh tidak ingin peduli. Untuk apa aku memikirkan mereka? Hei aku tidak akan melakukan hal sia-sia untuk mereka orang yang telah merusak psikologis ku, merusak jiwaku. Dan juga, merusak hidupku. Mereka harus mendapat hukuman yang pantas atas segala yang mereka perbuat. Harus.
----------
Hari ini aku bangun telat, dan aku kena lagi. Mungkin pelampiasan amarah semalam yang belum sirna. Tapi seperti biasa aku sudah terlatih. Aku lebih memilih tidak sarapan dan langsung melaju secepat kilat kedepan rumahku. Oiya, aku Ji, kelas X. Aku lebih senang dipanggil Ji ketimbang nama asli ku yang......cukup..aneh dan terdengar sedikit menyeramkan hahaha. Dan lagi, saat di depan rumah ku aku kena lagi. Tenanglah ji....tenang ini belum waktunya. Aku kembali mengeluarkan fakesmile-ku. Kalau tidak, ku tidak akan diantar sekolah. Cukup miris, diumurku yang sudah 15 tahun, aku masih belum boleh memakai kendaraan sendiri kesekolah. Tapi biarlah, aku juga tidak minat ugal ugalan. Aku naik ke motor dan dia melajukan motor itu dengan cepat, mungkin agar aku mati tertabrak. Tapi, mungkin dia akan mati duluan, ya?
---------
Aku masuk kelas dengan fakesmile-ku lagi. Aku harus bersikap tenang, jangan gegabah ingat. Aku memilih dudk di mejaku dan memasang earphone di telingaku. Menikmati alunan musik dan sesekali bersenandung. Hari ini pelajaran yang paling tidak kusuka, F I SI K A. Oh ayolah, demi mendiang Lady Diana yang cantik, aku benar benar benci pelajaran itu. Aku kesekolah hanya untuk prioritas ku sebagai pelajar. Aku tidak peduli dengan nilai rendah, asal aku lulus. Tak terasa lonceng berbunyi menandakan tibanya jam pertama, dan aku memilih untuk memejamkan mataku dan tidur.
---------
Seluruh murid berlomba-lomba untuk kembali kerumah masing-masing. Yap! Benar sekali, sekarang sudah tiba waktu pulang. Aku benar-benar malas untuk pulang. Ahh aku bahkn tidak ingin pulang, melihat wajahnya saja aku malas. Hell. Iya, dia itu hell bagiku.
---------
"aku ini anjing ya? Taik ya? Hah? Kamu anggap apa aku ini!"
Diam. Lagi dan lagi
"kamu membuat rusak keluarga ini! Aku tidak mau anak-anak ku rusak semua gara-gara kamu!"
Pengecut. Menyeranglah. Kenapa kau hanya diam?
."kamu pikir aku nahan-nahan kamu disini? Huh, senang aku kalau kami pergi."
Hei. Dimana kekuataanmu?
"kamu bilang aku anjing? Anak macam apa kamu?"
PLAAAK! Satu.
PLAAAAAKK!
Dua.
PLAAAK! PLAAAK! PLAAAK!
Lima.
"arghhh!"
"anak macam apa kamu hah?" PLAAAK! Enam.
"kamu anggap apa aku ini?" PLAAK! PLAAK! Delapan.
Hei, sudah delapan kali, kenapa kau masih diam? Lihat, bibir mu luka, kau masih bertahan, huh?
Aku. Sudah tak tahan lagi.

Vendetta BloodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang