Something Diferent

1.5K 100 0
                                    

Perasaanku berubah semenjak Keenan mengajakku pergi ke konser band kesukaannya. Sebenarnya aku tak hanya berdua pergi dengan Keenan, ada Gio dan Kesha. Harusnya Keenan pergi berdua bersama Kesha karena perempuan yang ternyata penghuni kelas sebelah sengaja mengajaknya kencan. Tapi dasar Keenan tak peka jadi ia mengajakku dan Gio.
Sebenarnya tak ada yang benar-benar spesial dari hari dimana kami pergi ke konser. Hanya saja aku merasa Keenan lebih memperhatikanku daripada Kesha yang jelas-jelas tengah mencoba menarik perhatiannya. Aku pikir itu terjadi karena aku teman dekat Keenan sementara Kesha hanya teman yang ia kenal lewat temannya.
Aku mencoba berpikir bahwa kenyataan bahwa Keenan memberi perhatian lebih sudah sering aku coba musnahkan dari kepalaku. Namun entah kenapa aku merasa berbeda tiap kali Keenan memberiku perhatian berlebih padaku. Aku takut jika aku terlalu percaya diri menggap semua perhatian dari Keenan adalah sesuatu yang spesial.
Ketika di konser kemarin, Keenan menggenngam tanganku dihadapan Kesha. Itu membuatku sedikit risih terlebih Kesha menatapku tajam. Keenan juga lebih sering bicara padaku padahal Kesha mati-matian menarik perhatian Keenan untuk bicara dengannya.
Saat itu Gio si biang usil bin jahil menggodaku melihat Keenan memberiku perhatian di bandingkan pada Kesha. Aku heran sendiri kenapa Gio selalu saja senang menggodaku apalagi jika menyangkut Keenan. Ia selalu dengan imajinasinya bilang jika suatu saat aku dan Keenan akan jadian. Aku sebenarnya tak menyanggah jika hal itu akan terjadi tapi aku tak ingin berimajinasi hal tersebut akan terjadi.
Oh ya hal yang berbeda aku rasakan hari ini. Hari ini Keenan mengajakku pergi hanya berdua. Benar-benar berdua bahkan Gio teman sepejuangannya tak diajak. Aku jadi berpikir ini kencan, meski aku sendiri aku tak tau maksud dan tujuan dari Keenan mengajakku pergi berdua.
***
Aku canggung ketika Keenan dengan mesra menggandeng tanganku. Rasanya aneh ketika tangannya menyambut tanganku. Aku sendiri bingung kenapa ia menggandeng tanganku seperti aku ini kekasihnya saja.
Rasanya aneh ketika orang-orang asing yang berada disekitarku melihatku begitu intens hanya karna laki-laki disampingku menggandeng tanganku. Aku juga sempat protes pada Keenan tapi ia dengan santainya bilang bahwa ia sengaja menggenggam tanganku agar bisa pamer pada teman-temannya.
Aku kini memang sedang berada di pesta ulang tahub temannya yang sama sekali aku tak mengenalnya. Dengan santai ia bilang ingin pamer bahwa ia punya teman yang menarik. Aku baru kali ini mendengarku memujiku membuatku tersipu malu.
"Lo kenapa gak ajak Gio aja sih
Boring nih gak ada si jayus" ujarku karena sungguh saat ini suasana sangat membosankan terlebih dari tadi kami lebih banyak duduk sambil memperhatikan orang-orang.
"Yey kalo bawa si gendut nanti bukan nge date namanya" jantungku berdetak dua kali lebih cepat dalam beberapa detik.
"Dimana-mana kalo nge date ngajaknya ketempat sepi lah ini malah ketempat rame" cibirku.
"Oke next date gue ajak lo ketempat yang sepi" ia tersenyum dan jujur aku tak tau apa yang dikatakannya apakah bercanda atau serius.
"Next date?" Tanyaku tak bisa menyembunyikan rasa penasaran yang ada dalam hatiku.
"Ya next date, jangan kaget kalo gue sering ngajak lo nge date kedepannya" ia mengacak rambutku kemudian perasaanku padanya berubah menjadi lebih dekat daripada seorang teman atau sahabat.
Beberapa orang kini mengelilingi kami berdua. Tentu saja semuanya adalah teman Keenan. Tak ada satu orang pun yang aku kenali dari tiga orang laki-laki yang tiba-tiba datang mengajak ngobrok Keenan.
"Nan cewe baru lo?" Tanya seorang laki-laki berambut cepak sambil senyum senyum kearahku. Aku jadi tak nyaman ditanya begitu.
"Belum masih PDKT" ujarnya santai membuatku melirik Keenan dan ia hanya tersenyum tak bisa kuartikan.
"Lah langsung sikat aja lah Nan kalo engga buat gue aja" kini laki-laki yang menganakan kaos berwarna merah menyala menyahut membuatku tak nyaman.
"Woy kita kan udah janji gak akan nyikat gebetan temen" ujar Keenan membuat wajahku memerah. Ia benar-benar sukses mebuatku ke GR-an kareba kata-katanya.
"Lah seenggaknya kenalin siapa namanya" ujar laki-laki yang belum bicara daritadi. Aku kira laki-laki itu tak menyimak pembicaraan ini karena dari tadi ia hanya diam dab melihat kemana saja.
Dengan arahan Keenan ia memperkenalkan aku kepada teman-temannya. Aku hanya bisa tersenyum sambil menjabat tangan temannya tak lupa mengucapkan nama lengkapku. Mereka semua tampak ramah namun yang palong tak kusuka adalah mereka terlalu sering menggodaku.
"Balik yu" ucapku sambil melirik jam tangan yanh sudah menunjukkan pukul sembilan malam.
"Kenapa sih gak mau lama-lama sama gue ya?" Aku menggeleng dan bilang sudah terlalu malam dan jam malamku hampir habis. Jangan heran jika aku punya jam malam, orang tuaku terlalu overprotective karena aku adalah satu-satunya anak perempuan yang mereka punya.
"Oke sayang mari pulang" ucap Keenan membuat beberapa temannya menggoda kami sementara aku sibuk dengan pemikiranku yang berkecamuk karena ia yang baru saja memanggilku sayang.
Pikiranku kacau hanya karena ia memanggilku sayang. Ini mengangguku. Aku jadi bertanya-tanya apakah ia memendam perasaan padaku. Oh aku tak suka ketidakpastian seperti ini. Bagai teka-teki aku menebak bagaimana perasaan sesungguhnya dari Keenan.
Sebagian hatiku bilang Keenan menunjukkan bahwa aku perempuan spesial baginya. Ini memiliki banyak arti. Mungkin ia menyimpan perasaan khusus padaku atau mungkin ia hanya ingin menunjukkan bahwa aku merupakan sahabat perempuannya. Sungguh semakin aku memikirkannya semakin aku tak tau jawabannya.
"Woi ngelamun mulu" aku langsung mentapanya mencoba menghilangkan jejak bahwa aku memang tengah melamun.
"Sorry gue cuman lagi mikir aja" aku tersenyum berusaha menutupi bahwa aku tengah memikirkan dirinya.
"Mikir apa sih sampe serius gitu" aku memutar otakku agar bisa mencari alasan yang logis.
"Hanya memikirkan seorang teman" hanya itu yang bisa aku jadikan alasan.
"Apakah teman yang satu ini gak di pikirin?" Ia tersenyum sambil menunjuk dirinya sendiri. Aku tertawa karena lelucon buruk yang baru saja ia keluarkan.
"Jadi temen lo kenapa sampe harus lo pikirin?" Aku berdehem sebentar kemudian bilang temanku punya masalah mengenai friendzone dan itu bukan bualan atau kebohongan semata.
"Ini temen lo atau lo yang stuck di friendzone sama gue?" Sungguh itu memang temanku bukan aku dan kenapa juga ia malah berfikir bahwa aku menceritakan mengenai hubungan kami.
"Eh kok lo mikir gitu sih atau jangan bilang lo yang merasa kita lagi da di friendzone?" Tuduhku membuat ia terrawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya.
"Kalo iya gimana?" Ia tiba-tiba berhenti tertawa dan menatapku dengan tatapan serius. Aku jadi salah tingkah ditatap seperti itu. Kemudian tak lama tawanya meledak lagi. Ia meledekku yang terkena tipuannya.
Meski ia bilang ia menipu kenapa rasanya itu nyata. Kenapa hatiku bilang ada yang ia sembunyikan. Kenapa juga perasaanku padanya tiba-tiba berubah menjadi sesuatu yang aku tak bisa artikan.
Ia teman laki-laki yang pertama kupunya. Ini pertama kalinya aku merasakan hal aneh pada diriku. Tak biasanya aku tak bisa mengartikan apa yang terjadi pada diriku. Perasaan ini benar-benar mengangguku.
***

FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang