RANI POV
Aku masuk ke dalam kelas. Hari ini aku berangkat terlalu pagi. Jadi saat aku datang ke sekolah, sekolah masih sepi. Aku menaruh tasku di kursi dan mengambil novel yang kemarin baru aku beli bersama Rafka. Aku keluar kelas, berjalan menuju perpustakaan. Perpustakaan adalah tempat ter sepi di sekolah. Dan disana cukup tenang. Aku suka itu. Mungkin hanya aku dan beberap anak yang menyandang nama 'kutu buku' yang mau datang kesana. Padahal menurutku perpustakaan cukup nyaman dan enak. Perpustakaan juga menggunakan AC, jadi tambah enak aja. Tapi mungkin anak anak yang biasa disebut naughty student lebih memilih pergi ke UKS. Disana juga ada AC plus kasur. Yang pasti itu semua bisa dimanfaatkan dengan baik oleh mereka, sih naughty student.
Aku masuk ke perpustakaan dan hawa sejuk langsung menyerangku. Aku menghirup napas dalam. Hawa sejuk ini menenangkan. Aku berjalan ke meja paling pojok. Tempat favorite aku kalau sedang ke perpustakaan.
Aku menarik bangku dan mulai membaca novelku. Aku suka baca tapi tidak terlalu. Bahkan untuk mengerti tentang isi novel aku harus baca sampai dua kali. Menurutku pikiranku itu mudah teralihkan. Dan saat aku membaca novel biasanya ada saja gangguan yang datang padaku. Jadi aku tidak bisa berkonsentrasi dengan novel.
"Hai" benarkan baru saja aku bilang tadi. Ada saja gangguan yang datang padaku
Aku menoleh dan mendapati Rafka sedang duduk sambil tersenyum memandangku. Aku mengernyit dan melihat jam yang ada di sudut dinding. Kebetulan aku duduk di pojok, jadi jam nya keliatan
"Kok lo udah dateng jam segini?" Tanyaku sambil memandang Rafka heran. Ya Iya lah heran. Biasanya Rafka tuh dateng 10 menit sebelum bel. Dan sekarang masih jam enam lewat lima belas menit. Tujuh keajaiban dunia Rafka bisa dateng jam segini
"Emang kenapa kalo gue dateng jam segini?" Tanya Rafka heran, juga
Aku menggeleng "Ya nggak papa. Tapi kan aneh. Lo kan biasa dateng siang"
Rafka tertawa. Tawanya lepas dan riang. Dan aku mengernyit heran "gara gara gue biasa dateng telat jadi aneh gitu kalo gue dateng pagi?" aku mengangguk dan sedetik kemudian Rafka tersenyum jahil padaku "kan ada mood booster gue. Jadi gue bakal dateng pagi terus kayaknya nih"
Mood booster?
Siapa?
Lima detik kemudian aku menyeringai dan menyenggol tangan Rafka yang di taruh di atas meja "kenalin dong. Gue kenal nggak sama mood booster lo?"
Rafka terkekeh "Lo kenal sama orang itu. Tapi gue nggak terlalu yakin lo kenal banget"
Aku mengerutkan kening, berpikir. Siapa ya kira kira. Aku kenal dengan orang itu. Pasti orang itu dekat denganku. Kalau tidak tapi pasti aku pernah mengobrol dengannya. Dan orang orang yang dekat atau pernah mengobrol denganku itu bisa dihitung dengan tangan. Orang orang yang bisa dibilang termasuk aku 'kenal'
"Putri?" Itu tebakan pertama aku. Karena putri yang paling dekat denganku. Tapi Rafka menggeleng
Aku berpikir lagi "ayu?" Salah satu anak kutu buku. Rafka menggeleng
"Hani?" Termasuk anak yang suka baca dan sering datang ke perpustakaan. Tapi bukan kutu buku dan nggak nerd. Rafka menggeleng
Aku mengerang "ini tebakan terakhir gue. Bayu?"
Aku bahkan nyaris tertawa. Semua anak yang aku tebak rata rata anak yang sering ke perpustakaan dan kutu buku., kecuali putri dan hani. Dan rafka menggeleng. Sebenarnya tidak aneh sih jika Rafka menggeleng. Soalnya Rafka mana mungkin deket dengan anak anak yang seperti itu. Secara Rafka anak famous, walaupun dia nggak sombong. Tapi kan mana mungkin rafka tau anak anak yang kerjaannya ke perpustakaan dan bawa bawa buku. Aku tebak sih ini juga pertama kalinya Rafka ke perpustakaan