PROLOGUE

1.3K 55 1
                                    

Sandy berjengit ngeri melihat sesosok balita berjalan tertatih mencoba mendekatinya dengan tergopoh serta ada rasa takut bila balita ganteng bermata bulat di depannya terjerungkup jatuh ke tanah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sandy berjengit ngeri melihat sesosok balita berjalan tertatih mencoba mendekatinya dengan tergopoh serta ada rasa takut bila balita ganteng bermata bulat di depannya terjerungkup jatuh ke tanah. Sandy menggendong balita itu sekali hupp.

Hah, balita siapa ini? Sandy menengok kiri dan kanannya mencari keberadaan orangtua pemilik balita ini tapi nihil. Cuma ada dia dan balita itu di Taman. Cuma mereka bahkan Sandy tidak melihat satupun manusia berada di sini. Biasanya taman komplek perumahannya ini selalu ramai dengan ibu-ibu ceriwis ataupun anak-anak muda yang sibuk jalan-jalan sore dengan pasangannya tapi sekarang? Mendadak sepi. Tidak ada satupun seseorang selain mereka. Dia dan balita itu yang Sandy duga baru berumur tiga sampai empat tahun. Balita laki-laki itu memiliki rambut hitam regam seperti miliknya dengan hidung mancung serta mata cokelat yang begitu cantik. Sandy yakin saat sudah dewasa balita ini akan menjadi pusat perhatian para wanita karena masih kecilnya saja sudah ganteng abis apalagi sudah gedenya pasti hah, membuat sulit kaumnya untuk bernapas.

"Nanti Ante tunggu ya kalau sudah gede." ujarnya sambil tertawa renyah. Sandy mencium pipi Balita itu dan mencolek-colek pipi tembemnya.

"Namanya siapa sayang?" tanyanya.

Sandy berjalan menuju kursi taman mendudukan bokongnya itu disana. Sandy celingak-celinguk melihat keadaan sekitar siapa tahu aja ada manusia selain mereka muncul memudahkan Sandy bertanya anak siapa ini? Anak seganteng semanis dia di tinggal. Orang tua bodoh mana sih yang begitu ceroboh meninggalkan balita enggak tahu apa-apa di taman sesepi sekarang ini. Beruntung gua ada disini pikir Sandy dan senyum Sandy langsung muncul ketika tangan mungil balita itu menyentuh pipinya menyentuhnya dengan lembut. Mata yang indah. Mata balita itu ternyata bukan hanya sekedar coklat muda terang tapi lebih seperti perpanduan warna hijau disana dan mata itu mengingatkannya pada mata--Papa. Tidak. Bukan hanya mata Papa saja ternyata tapi sama seperti mata Bang Rega dan Bang Damar.

Aneh dan lagi-lagi Sandy baru menyadari ada banyak kemiripan pada wajah balita itu pada.

Oh Gosh!

Mata Sandy langsung membulat dia memenggang dagu balita itu membelok kiri ke kanan atas ke bawah menginspeksi bocah itu dengan mulut menganga.

"Oh Mom." nyebutnya.

"Kenapa kamu mirip banget sama Drian hah?" teriaknya tak percaya. Menyadari mata, hidung, serta bibir tipis milik bocah itu mirip Drian. Bocah itu seperti copy-an Drian waktu kecil yang pernah di lihat Sandy di bingkai apartement pria itu.

"Jangan jangan kamu anaknya Drian?" lanjutnya lagi tapi langsung dia tepis.

Enggak gila lu! Drian masih single sesingle singlenya belum pernah nikah belum pernah ngehamilin anak orang walau sering ngengawinin anak orang sih. Pikiran itu membuat Sandy meringis membuang jauh jauh ke laut. Mungkin ini hanya kebetulan mungkin juga orangtua bocah itu mirip Drian makanya bisa jadi begini. Iya benar!

My Silly Wedding Plans (Slow update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang