PART THREE (final): Till We Meet Again

111 6 2
                                    

Tanpa mereka sadari, mereka pun sering menghabiskan waktu bersama. Saling bergiliran mengunjungi apartemen masing-masing, Makan bersama, Menonton film. Entah kenapa Kazuko merasa hari-harinya tak lagi kosong semenjak pria itu datang.

Pria itu...tidak pernah membuatnya merasa bosan dan diabaikan.

Pria itu lalu keluar dari apartemennya. Seperti biasanya, Satoshi tersenyum ke arahnya dan menulis sesuatu.

"Sibuk?"

Kazuko membalasnya. "Tidak. Mau main ke apartemenku?"

Satoshi tersenyum."Tentu saja! Sekalian makan malam ya!"

"Tapi kau yang masak ya!"

" :p Dasar cewek ga bisa diandalin! Tapi kau siapkan bahannya!"

Kazuko mengacungkan ibu jarinya ke arah pria itu. Sudah lama ia ingin makan masakan Satoshi. Akhir-akhir ini mereka jarang sekali bertemu karena kesibukan masing-masing.

~~~~

Malam itu Satoshi datang ke apartemennya dan tanpa basa-basi lagi langsung menuju dapur Kazuko untuk memasak.

"Masak chicken pilaf saja ya malam ini!" Ucap Satoshi. Kazuko mengangguk dan mempersiapkan minuman dingin, gelas, dan peralatan makan.

Makanan pun sudah siap lalu Kazuko melahapnya dengan semangat.

"Ah. Sudah lama tidak makan makanan enak!" Ucapnya. Pria itu tersenyum. Lalu menatap keluar jendela.

"Kenapa?" Tanya Kazuko. Pria itu tersenyum lalu menunduk. Kemudian menatap Kazuko.

"Besok...aku akan berangkat ke New York." Jawab Satoshi. Kazuko mengangguk perlahan. Dalam hati ia sebenarnya merasa tak rela.

"Berapa lama?" Tanyanya.

"Selamanya..." Jawab Satoshi. Kazuko terkejut. Seperti ada aliran listrik tegangan tinggi yang menyetrum dirinya.

"A..Apa maksudmu?" Tanya Kazuko. Satoshi mendesah perlahan.

"Aku...tidak akan kembali lagi kesini." Ucapnya.

Kazuko melengos. Seluruh tubuhnya terasa lemas. Tidak akan kembali...dia...tidak akan kembali lagi...
Dan senyuman itu...aku tidak bisa...melihat senyuman itu lagi.

Kazuko merasa pipinya mulai panas. Matanya terasa pedih dan berair. Ia tersenyum.

"Kalau begitu...mari kita rayakan perpisahan dengan bahagia!" Jawab Kazuko. Pria itu tersenyum.

"Terima kasih ya!" Ucapnya lalu menenggak winenya. Kazuko mendekatkan gelasnya pada pria itu lalu tersenyum. Satoshi menatapnya dengan bingung.

"Ayo bersulang!" Ucap Kazuko. Pria itu tersenyum dan mendekatkan gelasnya ke gelas Kazuko dan menenggak birnya.

Ia ingin menangis. Menangis sejadi-jadinya.

Ia merasa bertepuk sebelah tangan. Entah kenapa ia merasa ditolak...sebelum sempat mengungkapkan perasaannya.

Ia benar-benar terlihat seperti...prajurit yang gugur sebelum berperang....

Dadanya benar-benar terasa sesak dan sakit...

~~~~

Keesokan harinya, Kazuko benar-benar merasa tidak bersemangat. Ia mencoba bangkit dari tempat tidurnya dan menatap dirinya di cermin. Terlihat mengerikan! Mata yang bengkak dan wajah yang pucat karena tidak tidur dan menangis semalaman.

Ia memejamkan matanya. Tidak akan kembali...

Mengingatnya saja dadanya terasa sesak. Air matanya kembali mengalir. Ia lalu menatap jendela yang masih ditutup tirai putih itu. Ia bahkan malas untuk melihat mentari pagi hari itu. Ia lalu kembali terduduk di tempat tidurnya dan menangis sejadi-jadinya.

WindowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang