Lelaki itu terus menggenggam tangan si gadis yang masih terkulai lemah di ranjang rumah sakit.
"Please sara bangun" gumam nya meminta
"Matthew sudahlah. Sampai kapan kamu akan menggumamkan namanya lagi. Tenang matt" ujar grace sambil memijat pelipisnya, pusing mendengar kata kata matthew yang itu itu saja sejak sara baru dibawa ke rumah sakit
"Dia sakit dan tidak tahu kapan akan membuka matanya. Kau menyuruh ku tenang?! Hell no" ucap matthew dengan menggebu gebu penuh dengan emosi
"Tapi bukan dengan seperti ini!" Jawab grace tak kalah emosinya
Matthew terdiam menunduk. Ia tidak mau memicu keributan di rumah sakit ini, apalagi grace adalah seorang wanita.
"Okay stop it"
"Well kamu yang memulainya. Sudah seharusnya begitu" sindir grace sambil melayangkan tangannya di udara
Matthew menghela nafasnya. Ia berdiri dari bangku dan mengambil handuk kecil untuk mengeringkan rambutnya
"Bagaimana bisa" cicit matthew. Ia menatap pantulan dirinya dikaca
"Apanya yang bagaimana?" Ternyata sekecil apapun suaranya, masih bisa didengar oleh grace. Ia menoleh kearah grace dan mendekatinya
"Aku.. Ku kira tuhan dengan sengaja membuat kita berpisah. Sengaja membuat takdir kami berbalik 360 derajat. Tapi, di negara aku tinggal sekarang kita dipertemukan-"
"Dengan takdirnya sendiri sendiri" gumam matthew panjang lebar. Grace hanya terdiam mendengar semua cerita matthew
"Kau menyukai sara tapi sekarang kau punya istri. Kau gila"
Matthew mengusap wajahnya "ini semua bukan mau ku"
"Ini semua karena perjodohan sial itu" gumam matthew geram. Sedangkan grace masih menatap matthew dengan serius seakan membutuhkan jawaban yang lebih pasti dari mulut matthew sendiri
"Jadi ini semua kemauan orang tua kami. Ayahku bangkrut dan mempunyai hutang pada ayah dari istriku sekarang. Mereka sepakat menjodohkan kami sebagai gantinya"
"The fuck? Hei kalian bukan barang" ucap grace angkat suara. Ia memutar bola matanya. Hidup matthew benar benar runyam
"Aku tahu, tapi aku tidak bisa apa apa" sanggah matthew seperti orang yang benar benar putus asa
Matthew melirik jam ditangannya. Ia menatap grace sebentar dan mengambil jaket di bangku didekat sara dan mengelus pipi gadis itu
"Cepat bangun sara, aku benci melihatmu seperti ini" gumam matthew parau
"Aku harus pulang, sudah hampir sore"
Grace mengangguk lalu tersenyum pada matthew "hati hati"
***
"Darimana saja?" Gadis itu menyilangkan kedua tangannya di depan dada
"Bukan urusanmu"
"Ini urusanku matthew espinosa! Kau suami ku dan aku berhak tahu kau kemana seharian ini" ucapnya lagi dengan geram
"Jika bukan karena perjodohan gila ini. Kita tidak akan pernah menjadi suami istri" balas matthew sambil membuka pintu kamarnya dengan kasar dan melempar jaketnya sembarangan
"Kita tidak pernah benar benar menjadi suami istri karena takdirku sebenarnya bukan denganmu. Kalau bukan karena perjodohan ini, aku akan bersama dengan sara!"
"Bisakah kau tidak menyebut nama itu? Kamu selalu membawa bawa sara dan selalu menyalahkan ku. Tidak adakah aku dihatimu sedikit saja" ujar gadis itu dengan suara parau
Olivia, istri matthew yang merupakan temannya sejak sma itu duduk terdiam di tepi kasur.
Ia tidak mau terlihat lemah, ia akan mencoba kuat di hadapan matthew
"Olivia"
"Maafkan aku,tapi aku benar benar tidak bisa menghilangkan perasaanku sepenuhnya pada sara. Dia masih selalu dihatiku"
Buyar sudah pertahanan olivia. Airmatanya keluar tanpa diberikan komando. Ia mengusap kasar matanya
"Ceraikan aku. Secepatnya" rahang itu mengeras. Matthew benar benar tidak bisa menjaga perasaan olivia. Ia jengah
"Kau menyukainya kan? Ceraikan aku dan kalian bisa hidup bahagia"
Keduanya saling tatap. Tatapan yang dalam.
Olivia benar benar kecewa terhadap sikap matt, jadi sia sia selama 2 tahun ini dia menikah dengan matthew jika perasaanpun matt tak punya
"Tidak" matthew balas menatapnya tajam
Olivia mengerang putus asa. Ia menghempaskan tangannya ke udara
"Kenapa?!"
"George"
Kedua nya terdiam, saling memutus tatapan mereka.
"Aku tidak akan membiarkan george menjadi akibat dari broken home. Aku akan bertanggung jawab"
Tatapan matthew melunak. Ia ikut duduk disampi olivia
"Aku bisa menjadi seorang ayah sekaligus ibu baginya. Dan kau bisa hidup dengan sara. Tanpa ada paksaan. Itukan yang kamu mau?" Jelas olivia dan berdiri, bersiap meninggalkan matthew disana. Ia terlalu lelah berdebat dengan matt
"Aku memang mencintai sara. Tapi aku lebih mencintai anakku sendiri" jawab matthew sambil menarik tangan olivia
"aku tidak akan membiarkan mu mengurus george sendirian" sambungnya sambil mengusap pipi olivia yang masih terlihat bekas airmatanya
"Beri aku kesempatan. Memperbaiki kehidupan kita. Dengan 'perasaan' diantaranya"
Olivia tersenyum pahit
"Jangan terlalu dipaksakan jika kamu tidak bisa matt. Aku tidak akan pernah melarangmu menyukai sara. Jika kamu tidak kuat, berhenti mencoba mencintaiku"
"Aku baik baik saja menjalin hubungan itu tanpa ada perasaan dan hanya aku yang jatuh sendirian"
"At least, i have george. He loves me so much"
Olivia berjalan keluar dan menutup pintu kamarnya dengan pelan, takut membangunkan george di seberang.
Meninggalkan matthew yang terdiam disana
Yeayy chap 11 is outt
Makasih ya buat kalian yang udah vomment aku seneng bgtt💞
Buat yang udh baca tapi belum vomment,sempatin dong hehe.
Mungkin buat chap yang akan datang agak lama ya, soalnya sibuk bgt hehe.
Enjoy this story guys
Love xx
❤️❤️🐝
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone ✖ Matthew Espinosa
Fanfiction"should i smile because we are friend? or should i cry because that's the only thing we can ever be?"