(Pic: Drian)
:
:
Karena Sandy tahu seorang Ardrian Dargathomas enggak akan melepas masa lajangnya begitu saja. Drian masih muda tigapuluhdua tahun, lulusan Adelaide dengan predikat cum laude lalu pulang kembali ke tanah air untuk membuktikan kepada keluarga TJ dia bisa. Memegang kendali perusahaan keluarga Thomas Jaya seperti kemauan Ayahnya itu. Gairah yang terlukis di matanya sudah cukup membuat Sandy tahu pekerjaan Drian sekarang adalah di atas segala-segalanya. Hidup, napas serta eksistensinya. Sebab itu Sandy menjauhkan sifat naif yang melekat pada dirinya terhadap hubungan mereka ini.
Waktu pertama kali Drian mengatakan "Aku tertarik sama kamu." dengan senyum memikat bak dewa Yunani di Mnight beberapa bulan yang lalu Sandy menanggapinya dengan tawa kecil.
"Mas bercanda kale." ucapnya sambil Sandy mengipas lehernya yang tiba-tiba gerah.
Drian yang mendengar jawaban yang keluar dari bibir seksi Sandy tadi langsung merubah mimiknya menjadi (seolah-olah) serius. "Kalau Mas serius, bagaimana?"
Sandy mengulum bibirnya enggak berminat "Yaudah..." karena menurut Sandy tidak ada salahnya bukan seseorang tertarik padanya. Itu hak asasi mereka. Tapi jawaban ambigu yang dilontarkannya barusan malahan membuat Drian tertawa kencang seakan ingin mengalahkan musik Dj club malam itu. Sandy menggeram bete. Bodok! Mau Drian tertawa ke setanan kek atau apapun hal lain Sandy tidak peduli dia lebih ingin mencari sosok wanita dengan dress maron. Mbak Els. Tetangga sekost-nya. Wanita yang mengajak dia serta memperkenalkan dunia malam. Sandy mendengus sebal karena ditinggal sendirian di sini bertemu Mas-mas asing pula.
"Yakk!!" Sandy memekik kaget.
"Apa-apaan sih lo! Lepas enggak!" teriaknya lagi.
Pungunggnya tiba-tiba ditarik oleh Drian dan Sandy mencoba mempertahankan sistem respirasinya yang mulai tersendat gara-gara tangan Drian yang kurang ajar itu sudah mulai menelusuri bagian belakang tubuhnya yang berinisial P; pantat, pinggul, pinggang, punggung hingga... Bulu kuduknya berdiri ketika tangan Drian menyentuh lehernya menyampirkan semua rambut miliknya ke sisi lain lehernya.
"Mulai malam ini kamu punyaku."
"Punya Mas? Emangnya gua barang!" hardik Sandy tangannya mencoba melepas kungkungan tangan Drian dari pinggangnya tapi hah Sandy menyerah. Tangan Drian tetap tidak berkutik di pinggangnya. Sandy menghela napas jengkel.
"Mas Drian! Please deh jangan bercanda."
Oke, sebenarnya Sandy kenal Mas-mas itu. Enggak kenal banget sih cuma kenal nama tanpa kenal asal usul lebih jauh bisa disebut asing bukan? Sandy saja tadi kaget ketika melihat Drian berada satu club dengannya di tambah lagi dengan Drian menghampiri nya seperti ingin membeli boneka di pasar loak. Dan Sandy membenci karena dialah si boneka. Emang gua barang? Umpatnya kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Silly Wedding Plans (Slow update)
General Fiction"Kamu yang namanya Sandy Arna Agatha?" Sandy mengerutkan kening ketika wanita yang kelihatannya lebih tua darinya bertanya dengan nada emosi. Refleks tangannya memegang perutnya 'amit-amit jabang bayi' "Iya. Ada perlu apa ya Mba?" "Jangan kegatelan...