Note: Maaf lama bgt updatenya ha ha ha harap baca chapter sebelumnya, bagian akhirnya aja pun tak apa, supaya tak bingung. Ehe ehe ehe.
Author's POV
Tawa dan senyum jahil memenuhi ruangan bernuansa putih. Di sebuah kasur ukuran besar, dua gadis saling berlawan kata dan menepuk lengan.
"Ve, Ve, Ve, Ve, Ve!" Seorang gadis berambut pendek kerap memanggil dan mencolek lengan Veranda.
"Iya, iya, iya, iya, iyaaaa~" jawab Veranda.
"Aku lucu kan? Lucu, kece, cakep?" Gadis berambut pendek itu memanyunkan bibirnya ke arah Veranda. Ia berkedip jahil sambil menyampingkan poninya. Veranda tertawa selagi menepuk kedua tangan.
Gadis berambut pendek itu tersenyum cerah. Ia berdiri di hadapan Veranda, sebelum melutut dan mengambil sesuatu dari saku jaketnya. "Wahai nona, maukah engkau menjadi putri dalam hidupku?" Veranda terkejut akan permintaan yang tak terduga itu.
Di depan Veranda muncul sebuah kotak kecil, dilapisi beludru merah. Tinggal sebuah tarikan, dan isi kotak itu akan menjadi milik Veranda. Veranda, melihat gadis di depannya berlutut, menggigit bibir bawahnya sendiri.
"Aku gak mampu siapin kata-kata, atau beli benda-benda mewah romantis kayak di film. Aku cuma bisa nyiapin cinta, sama kotak kecil merah yang isinya gak sebanding sama kamu..."
"Jadi Veranda, kamu mau gak, nerima aku? Seorang Ghaida Farisya, untuk menjadikanmu teman hidup?" tanya Ghaida, dengan senyum tulusnya.
Veranda ragu, "Kok aku ngerasa gak enak yah..." Ia bingung namun juga penasaran akan isi kotak itu.
Pelan Veranda mengambil kotak kecil itu. Ia mendesah pelan, jari-jarinya menelusuri permukaan kotak yang terlalu lembut baginya.
"AAAAAAAH!"
Lemparan keras sukses mengenai kepala Ghaida. Ghaida meringis kesakitan, namun tertawa lepas di lantai. "HAHAHA!"
Tak sangka Veranda sudah tersingkir jauh ke sudut ruangan, memeluk dirinya sendiri sambil menggumamkan kata-kata yang tak jelas. Keringat dingin mulai bercucuran dari tubuhnya.
Ghaida sendiri sedang meringis sakit. Diambilnya kotak merah kosong dari lantai serta sebuah mainan kecoa yang terduduk nyaman bagai tak bersalah.
Tiba-tiba serangkai pukulan mendarat di lengan Ghaida beberapa kali. Siapa lagi kalau bukan Veranda. "Waduh Ve, jangan Ve, jangan!"
Ghaida mencoba menahan serangan Veranda yang penuh kesal. Tidak terlalu sakit, namun masih bisa membuat Ghaida meringis jika serangan itu berkelanjutan. Apalagi ditambah Ve yang juga mendorong Ghaida sesekali.
"Ah, jangan Ve~!"
Serangan Veranda terhenti saat Ghaida memeluk paksa tubuhnya."Udah dibilang jangan, sakit tau."
Veranda tak melawan ataupun membalas. Titik kecil di hatinya bergetar aneh dan tak mau berhenti. Jari-jari membeku sedangkan lidahnya kelu dan takut. Ada rasa puas, sekaligus takut dan bersalah.
Hatinya beranjak berdesir halus. Rasa bersalah makin terbesit di benaknya. Tolong jangan.
Hanya ada satu nama yang timbul di benaknya. Bukan Ghaida.
Sebelum Ve sadar, pintu kamarnya sudah terbuka. "Ve..."
Veranda menemukan sahabatnya terdiam di depan pintu, kemudian lari menjauh darinya.
"Kinal!"
--------------------------
Alunan musik klasik memenuhi sebuah mobil di tengah kemacetan. Di dalamnya ada dua orang wanita, keduanya masih memakai baju kerja. Seorang gadis berambut pendek menyender dengan kedua mata terpejam, sementara sang pengemudi memainkan jari-jarinya di atas setir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Taking What's Mine
FanfictionTujuannya cuma satu; Mengambil kembali apa yang memang miliknya. --------------------- Main characters: Jessica Veranda Devi Kinal Putri