FLATLINE

536 29 2
                                    

"Hey, how are you gurl?"

dia memeluk ku erat sambil mengusap lembut kepalaku. Entahlah, aku begitu menatikan saat-saat seperti ini.

"Not good." Ucapku kemudian melepas pelukannya. Dahinya berkerut. Alisnya terpaut membuat kadar ketampanannya naik 100%. Oke, itu berlebihan.
tapi sungguh. Dia benar-benar tampan. Iris lightbrown yang hangat itu seperti sebuah bola yang menghipnotis.

"But why?" Aku beranjak dari pointku berdiri dan duduk di sofa apartementku.

"Cz i miss you so badly."

Mata ku kembali disuguhkan dengen rentetan rapi gigi putihnya. Oh aku lupa kapan terakhir kali aku melihatnya tersenyum selebar itu.

"Maafkan aku Chrissy. Semua di luar kendaliku." Dia mengangkat dua tangannya ke udara seperti seorang pencuri yang di tangkap polisi. Kemudian ia menyusul duduk tepat di sebelahku.

"And i have a great news for you, sweetheart!"

"What? Tell it Mr. Nathaniel!" aku memutar tubuhku menghadapnya. Sepertinta ini berita baik. Dan ku selalu berharap seperti itu.
Dia tersenyum. Lagi.

"Bulan ini aku mengosngkan jadwal tour ku. So, this is our time!" Reuben membuka lebar dua lengannya dan menyambutku hangat disana.
Harum mint.

Sudah dua bulan sejak tour promo musik nya di mulai aku tidak mencium wangi khas ini lagi. Tangannya terus mengusap punggungku dan kepalanya dengan nyaman bersarang di puncak kepalaku.

Ah i miss this momment.

"Wanna give me kiss?"

"No. Kau terlalu jahat. Bisa-bisa nya meninggalkan ku dan bermesraan dengan benda tak bernyawa itu." Aku mundur beberapa centi dari tempatku duduk tadi.

"Ayolah chriss, itu hanya gitar. Tidak lebih."
Aku menepis tangannya yang baru saja akan menyentuh wajahku. Hey, enak saja dia.

"Ya, dua bulan kau menghabiskan waktu dengannya dan kau minta aku menciummu? cium saja gitar mu itu."

Aku melipat naik kakiku dan memeluk lututku cuek. Hey, asal kalian tau, ini benar-benar menyenangkan! menggoda reuben mungkin bisa masuk list hobby ku setelah ini.

"Oh ayolah chriss! apa susahnya memberiku ciuman?" dia merengek seperti anak kecil yang meminta satu lusin lollipop pada ibunya.

"Tidak. Tidak. Tidak."

"Tapi aku ingin merasakan bibir itu. Kenapa kau menikmatinya sendiri? Aku juga ingin!!"

"PREVERT!" Aku memukul pelan dahinya kemudian tawaku meledak. Bagaimana tidak, bekas tanganku terlihat jelas di dahinya. Siapa suruh dia punya kulit yang terlewat cerah? Uh?

Reuben mengusap pelan dahinya dan menggerutu tak jelas. Bibirnya megerucut maju dan mimik wajahnya berubah masam.

Oh ayolah! Beri aku oksigen lebih. Kenapa kekasihku bisa se manis ini?!

"Everything for you!"

-cuppp



*****

Reulette? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang