12 (a) - Jujur Lebih Baik

708 39 2
                                    

Just say you won't let go. - James Arthur

***

Ini seperti kepingan mimpi buruk yang menghampirinya. Semua yang dia alami seperti sebuah mimpi dan dongeng. Pada awalnya dia hanya bermimpi menjadi seorang Puteri di dalam dongeng, yang hidup bahagia bersama Pangeran. Ya, awalnya Jean kira Radit adalah pangeran yang akan membahagiakan hidupnya. Nyatanya tidak.

  Kemarin, saat Radit menemuinya, dia hanya bisa menangis dan meraung. Tidak berkata apa-apa lagi. Radit bingung, Jean juga bingung. Harus bagaimana dan harus apa?

  Sampai dua jam lebih, Jean hanya memeluk Radit sambil menangis, ruangan Jean benar-benar bising akan suara tangisnya. Radit yang bingung hanya bisa mencoba menenangkan perempuan itu dan mencoba membuat Jean buka mulut tentang apa yang dia alami.

  "Ayo ngomong sama gue, lo kenapa,"

  "Jean sakit, Jean enggak mau ditinggal sama Radit. Radit janji sama Jean kalau Radit enggak akan ninggalin Jean. Inget kan?" Jean bertanya dan mendapat anggukan kepala dari Radit, "Jadi Radit enggak boleh pergi, Radit cuma boleh disini, sama Jean!" Tegasnya.

  Radit mengangguk, mencoba membuat hati perempuan itu sedikit tentang, "Radit enggak pergi kemana-mana, Radit disini, sama Jean. Selama yang Jean mau." Kata Radit membuat kepala Jean menggeleng kuat.

"Radit bohong! Pada akhirnya, Radit yang bakalan ninggalin Jean! Jean benci Radit!" Gertaknya.

Jean marah, tapi tidak melepaskan pelukannya pada Radit. Perempuan itu memukul dada milik Radit, tapi masih dalam pelukan Radit. Lelaki itupun tidak menolak, dia menerima semua perlakuan perempuan itu padanya.

"Siapa yang bilang Radit bakal pergi? Radit gak pernah ngomong kayak gitu. Jean boleh benci sama Radit, tapi Radit enggak benci sama sekali sama Jean. Radit sayang Jean." Kata Radit yang mencoba melepas pelukannya namun Jean semakin mengeratkan pelukan mereka.

Jean tidak ingin melepas dari Radit, takut-takut kalau lelaki itu benar-benar akan pergi, "Dit, mau sampai kapan bohongin Jean? Jean udah tahu semuanya. Semuanya! Semua rahasia Radit! Jean tahu semuanya!" Suara Jean sedikit meninggi, membuat Radit sedikit menundukkan kepalanya untuk menatap perempuan itu.

Radit tidak menjawab atau berkata lagi, dari mata Jean, Radit tahu kalau perempuan itu hancur. Tangis perempuan itu saja sudah menggambarkan bagaimana perasaan perempuan itu sekarang.

"Jean tahu Radit sakit, Jean juga tahu kalau Radit bakalan ninggalin Jean! Kenapa Radit gak pernah bilang? Radit takut Jean ninggalin Radit? Enggak! Jean gak akan ninggalin Radit, Jean bakalan support Radit. Ada disamping Radit, nemenin Radit. Tapi kenapa Radit gak pernah ngomong sama Jean? Jahat!"

Dinding pertahanannya yang dia bangun selama ini sudah hancur lebur. Rahasia yang dia simpan dalam-dalam, sudah terkuak. Jean tahu. Radit seperti mendapat pukulan keras di wajahnya.

Dia mencoba tenang, lalu berkata, "Jean tahu dari siapa?" Tanyanya.

"Radit bego! Jean kemarin liat Radit minum obat itu, Radit ninggalin obat itu di dapur rumah Jean. Jean gak sebodoh yang Radit pikir!"

Sekarang Jean hanya bisa mengingat kejadian kemarin seperti sebuah mimpi buruk. Hari ini dia hanya berada dikantor dengan Ana yang menemaninya, sahabatnya itu tahu kalau keadaan Jean sangat menyedihkan sekarang.

"Lo udah makan?" Ana membuka suara, tidak tahan dengan keheningan yang melanda sedaritadi.

Kepala Jean menggeleng, "Gue gak laper."

Tentang Janji [Selesai] #Wattys2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang