Seorang laki-laki muda berjaket merah tampak lari dengan tergesa-gesa sambil sesekali menoleh ke belakang seakan sedang dikejar sesuatu. Napasnya terengah-engah, peluhnya menetes membasahi wajah dan lehernya.
BRRUUKK!!
“Aww..!” Fanny hampir terjatuh karena tubuhnya ditabrak laki-laki itu. “Sorry, sorry,” ujarnya. Dia hampir marah-marah, tapi karena laki-laki itu terlihat seperti sedang ketakutan, amarahnya teredam dengan sendirinya.
Laki-laki itu masih terlihat panik sambil celingukan lalu tiba-tiba bicara dengan suara setengah berbisik, “Can you hide me?” Katanya seraya menunjuk ke arah dirinya sendiri, masih dengan menoleh ke kiri dan ke kanan sesekali.
“Apa??” Fanny tak mengerti apa maksudnya, entah pengucapannya yang kurang jelas atau telinganya yang tidak mampu menangkap frekuensi suara orang itu. Maksudnya apa? Apa Fanny bisa melihatnya, apa Fanny harusnya sembunyi, atau apa?
“Please.” Katanya lagi dengan tatapan penuh harap. Kini kedua tangannya terkatup seolah sedang memohon. Oh oke, Fanny mengerti sekarang. Sepertinya laki-laki itu turis, sekarang dia sedang melarikan diri dari sesuatu entah apa itu dan dia ingin supaya Fanny mencarikannya tempat aman untuk sembunyi.
Karena iba akhirnya Fanny mau juga berkomplot dengannya. “Come with me,” ajaknya pada si turis. Fanny mengarahkannya pada sebuah gang kecil nan gelap di antara toko-toko yang sudah tutup di sekitar jalan tak jauh dari tempat mereka bertemu tadi. Napas laki-laki itu masih memburu, Fanny tahu dia masih panik. “Calm down.” Fanny berusaha menenangkannya, “Relax.” Sebab kalau tidak mereka pasti akan ketahuan dengan mudah.
Sempat terlintas pikiran dalam benaknya, bagaimana jika laki-laki itu hanya berpura-pura dan ternyata dia bukan orang baik? Jika benar begitu sudah dapat dipastikan riwayat Fanny bakal tamat, karena tempat ini cocok sekali sebagai TKP kriminal. Tiba-tiba Fanny ragu, apakah sebaiknya dia pergi saja sekarang? Bukankah dia sudah mencarikan tempat persembunyian yang aman buat lelaki itu? Fanny sudah melangkahkan kakinya saat pikirannya kembali terusik dengan kemungkinan jika lelaki itu memang jujur dan dia benar-benar butuh bantuan. Aaarrrgghh…susah ya jadi warga negara yang baik??
Fanny langsung segera menghentikan niatnya saat segerombolan cewek melewati jalan di depannya. Mereka juga kelihatan panik, seolah sedang mencari sesuatu. Beberapa di antaranya berlari ke sebuah gang sementara yang lain menunggu.
“Apa jangan-jangan orang ini yang mereka cari? Tapi kenapa? Apa mereka mau merampoknya? Atau sebaliknya, orang ini yang sudah mencuri barang mereka?” Fanny tetap berusaha waspada pada orang asing yang berdiri di belakangnya sekaligus pada gerombolan cewek di depan. Untungnya gang sempit yang mereka gunakan untuk sembunyi itu gelap jadi tak ada orang lain yang bisa melihat mereka berdua di sana. Setidaknya aman lah untuk bersembunyi.
“Cepet banget sih ngilangnya?” Kata seorang cewek berambut pendek dengan kamera SLR tergantung di leher.
“Aku yakin banget dia tadi belok di gang ini!” Seru cewek yang mengenakan hotpants berwarna hijau.
“Eh, nggak ada yang tahu kan kalau dia ke sini?” Tanya cewek lain.
Cewek yang mengenakan hotpants menggeleng, “Kayaknya sih enggak, mereka kira dia jalan ke sana,” jawabnya sembari menunjuk ke seberang jalan utama. “Untung pandanganku tajam, jadi aku bisa tahu waktu dia keluar dari kerumunan diam-diam dan jalan ke arah sini.”
“Bagus deh kalau gitu. Kalau kita bisa dapetin fotonya pas nggak banyak orang yang lihat, bakal eksklusif banget foto kita,” balas cewek pertama.
“Foto? Mereka ngikuti orang ini karena ingin fotonya?” Fanny mulai merasa ada yang tidak beres.
Selagi Fanny berpikir tentang kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi antara gerombolan cewek-cewek itu dengan si turis, dia tidak sadar kalau ada sepasang mata yang sedang mengawasi tempat persembunyian mereka. Cewek bercelana hotpants itu maju perlahan lalu memicingkan matanya ke arah Fanny, tepat ke kedua mata Fanny!
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You, My Prince (고마워요, 나의 웡자님)
FanfictionBagaimana jadinya kalau seorang gadis Indonesia -fans yang tidak terlalu fanatik- menjadi labil seketika saat benar-benar bertemu dengan artis Korea yang selama ini hanya bisa dia lihat di layar komputer dan televisi rumahnya? Bagaimana kalau ternya...