CHAPTER 1

43.5K 1.6K 42
                                    

Seorang siswi berjalan menerusuri lorong asrama wanita Britania High School yang akan ditinggalinya mulai hari ini, ditemani oleh seekor kucing hitam kesayangannya. Filiae Morte, gadis berparas cantik bertubuh mungil itu berjalan sambil melihat ke arah sisi kanannya yang merupakan taman kecil di asrama itu.

Mendadak seolah waktu terhenti, matanya bertemu pandang dengan sesosok pria tinggi yang sangat tampan, pria itu memiliki tatapan mata yang sangat lembut, bola mata hitam pekat yang tampak sangat serasi dengan kulit putih susunya. Tanpa disadarinya, Filiae menjatuhkan Fea, kucing hitam kesayangannya.

"Eh, Fea... kemari," pekik Filiae, ketika sadar kucing kesayangannya telah ia jatuhkan. Namun, sama halnya dengan si majikan, Fea juga tampak terpesona oleh pria itu. Kucing itu melompat ke arah pria tampan di hadapan mereka, melihat itu Filiae bergegas berjalan mendekatinya.

"Maafkan aku, Tuan. Itu kucing milikku. Tidak keberatan kan, bila kamu mengembalikannya?" kata Filiae berusaha setenang mungkin menyembunyikan detak jantungnya yang melompat-lompat, lantaran jarak mereka yang sangat tipis.

"Tentu, Nona," pria itu menatap Filiae bingung, lantaran tidak mengetahui nama gadis di hadapannya. "Filiae Morte, aku siswi tahun pertama di sini." Filiae membungkukan badannya menunjukkan sikap santun kepada pria yang lebih tua darinya itu. Ia jelas mengetahuinya, karena ini adalah asrama wanita. Jika ada pria yang berkeliaran di sini, sudah tentu ia merupakan seorang staf pengajar.

"Nona Morte, kenalkan aku Wiliam Quercus penanggung jawab asrama." Wiliam tersenyum kepada Filiae sambil memberikan Fea, Filiae segera mengulurkan tangannya menyambut kucing kesayangannya kembali kepelukannya. Tanpa sengaja tangan mereka bersentuhan, seketika itu Filiae langsung melompat mundur mengambil jarak dari Wiliam, ia sadar ada yang tidak beres dengan pria itu.

"Kamu bukan manusia, Tuan Quercus!" mendengar perkataan Filiae, senyum di wajah Wiliam hilang tergantikan oleh raut wajah cemas. Ia kemudian bersikap waspada kepada Filiae yang tengah memandanginya dengan tatapan yang amat dingin.

"Begitu juga dengan kamu, Nona Morte, apa niatmu datang ke sekolah ini? Ini bukan tempat bermain makhluk immortal sepertimu," Wiliam mulai bertanya, ia perlu tahu apa maksud Filiae datang ke sini, jika gadis itu berniat jahat maka ia harus membereskannya terlebih dahulu.

"Huh! Memangnya kamu bukan makhluk immortal juga!" tapi tampaknya Filiae juga berpikiran sama seperti Wiliam, ia menunjukkan sikap menantang kepada Wiliam.

"Aku tidak membahayakan manusia, berbeda denganmu. Aura hitam itu, aku rasa kamu berasal dari ras terkutuk." Perlahan Wiliam mulai merasakan aura hitam yang dikeluarkan oleh Filiae, tanda bahwa gadis itu telah melepas segel kekuatan yang dari awal ia sembunyikannya.

"Bukan! Aku adalah kaum Witch, bangsa pelindung dan pemimpin makhluk immortal. Aku punya hak untuk tahu kenapa ada makhluk immortal yang berbaur dengan manusia, itu jelas melanggar aturan kerajaan." Wiliam terkejut mendengar pernyataan Filiae.

"Bagaimana mungkin, kaum Witch tidak berbaur dengan manusia dan hak itu hanya berlaku untuk bangsawan. Bukan berarti semua ras Witch mempunyai hak." Suasana di antara mereka mulai mencekam, keduanya tidak mau saling mengalah.

"Tentu aku punya hak, aku adalah putri bungsu Raja Ramoz, raja bangsa Witch." Setelah mengatakan itu, Filiae mengangkat rambutnya, menunjukkan simbol seekor burung bermahkota yang merupakan lambang anggota keluarga kerajaan yang terletak di tengkuknya.

Melihat itu, Wiliam tahu bahwa Filiae tidak berbohong. Lambang berwarna emas diukir oleh sihir kuno itu tidak dapat ditiru oleh siapa pun, hanya sang raja bangsa Witch yang bisa membuatnya. Wiliam segera menekuk kaki kanannya dan berlutut di hadapan Filiae.

The Witch Princess [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang