Senin,27 September 2010. Saat dimana kita akhirnya dipersatukan oleh takdir Tuhan. Aku menjadi milikmu dan kamu menjadi milikku. Indah dan terbayang akan menjadi sebuah keabadian. Semua berjalan baik-baik saja setelah hari demi hari dan bulan demi bulan berlalu. Hanya pertengkaran-pertengkaran kecil yang ada dan kita ibaratkan itu adalah bumbu dari kisah cinta ini. Sayangku dan cintaku seutuhnya kini telah menjadi miliknya.
Tapi ternyata Tuhan punya rencana lain untuk takdir kita, kemarin 26 Juli 2011 Tuhan berikan akhir untuk kisah kita. Perpisahan. Satu kata yang selalu aku takutkan selama ini terjadi, kamu pergi dari kehidupanku menyisakan tangis dan kenangan yang akan terasa sakit bila aku meningatnya. Tapi aku juga tak ingin membuang jauh kenangan itu karena aku tak ingin melupakanmu. Aku bertemu dan memilikimu selama ini bukan untuk akhir melupakanmu.
(sekilas tentang kita)
Banyak yang kamu tau tentang aku. Seperti saat aku kesal sama kamu gara-gara masalah kita, kamu pasti akan membawa shampoo atau membawaku ke salon untuk sekedar keramas, itu karena kamu tau setiap kejadian seperti itu semua pori-pori kulit kepalaku terasa gatal sekali. Dan seperti saat aku sedih kamu pasti akan membawakanku sekantung permen loli pop dan setumpuk komik lucu, itu karena kamu tak ingin melihatku bersedih dan hanya ingin melihat senyumku saja. Banyak hal lain yang kamu tau tentang aku, hingga hal terkecil sedikit pun.
Tapi tak banyak yang aku tau tentang kamu, kamu masih seperti misteri untukku. Yang aku tau kamu hanya akan tersenyum ketika aku mulai tertawa dengan celotehmu. Ya, hanya senyummu yang manis itu yang aku tentang kamu. Aku selalu ingin mencoba mengenalmu lebih jauh tapi kamu seakan memberikan jarak antara kita. Hingga saat terakhir kita pun tak banyak yang aku tau darimu.
Tentang kita sudah berakhir, kini hanya akan ada tentang aku dan tentang kamu yang disana. Bukan hariku denganmu tapi hanya akan ada hariku yang sendiri. :’(
Semua yang kita lalui selama ini adalah yang terindah untukku. Senyummu, tawammu dan bahagia kita itu adalah anugrah tak ternilai. Meski aku tak lagi memilikimu tapi yakinlah hanya kamu yang sekarang singgah dihatiku.
Kini hariku tanpamu, bagaimana aku dapat melalui ini ?? dapatkah aku tebiasa tanpamu ?? aku belum bisa kembali sperti dulu.
* * *
“Abel.....” untuk kesekian kalinya aku mendengar mama memanggilku dari balik pintu kamarku yang sudah dua hari sengaja aku kunci. Tak ada cahaya yang masuk menyinari ruang kamarku, hanya lampu tidur yang menyala yang memberikan sumber cahaya. Mataku lebam. Rambutku berantakan. Tak ada yang menarik dariku kini.
Aku memeluk bingkai foto berbentuk hati dengan ukurannya yang lumayan besar. Aku kembali memandangi foto di dalam bingkai itu. Fotoku saat bersama Dima. Tak ada air mata. Namun itu yang membuatkukembali bersedih.
“Abel sayang, keluar.. Mama gak suka kamu gini..” mama terdengar khawatir karena tak mendengar sahutan dariku sedikitpun.
“Iya ma..” aku tak ingin membuatnya lebih khawatir lagi. Biarlah hatiku ini yang merasakan jangan biarkan orang lain ikut tersakiti juga.
Aku berjalan gontai untuk meraih knop pintu kamarku. Lalu aku melihat mama ada dibaliknya dengan air matanya yang mentes. Aku kembali menangis. Apa yang aku lakukan ? aku membuat mama menangis hanya karena aku menangisi Dima.
Mama memelukku erat,erat sekali bahkan rasanya aku tak bisa menghirup udara untukku sendiri. Tapi aku tau mama khawatir akan aku. Lembut belaiannya kini aku rasakan lagi. Sungguh rasanya sangat membuat aku nyaman. Air mataku kini berhenti menetes. Aku tau bukan kesendirian yang aku butuhkan, ternyata aku buth orang lain untuk mengeringkan luka ini.
“Sayang, mama gak mau kamu berlarut seperti ini. Mama sedih melihatmu hancur, mama hancur mellihat anak mama sendiri sperti ini.” Ucapnya lirih membuatku merasa sangat bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Kita
Short StoryDia bukan untuk aku lupakan tapi dia untuk aku kenang. Karenna dia ada dalam cerita kita.