Chapter 1 : Magnolia

16 0 0
                                    

Oktober 2015

Musim gugur membuat seisi kota kecil tempat Diana tinggal dipenuhi daun coklat. Diana yang mengayuh sepedanya dengan tergesa-gesa, membuat daun di jalan berterbangan. Bagaimana tidak tergesa-gesa, seandainya saja tidak ada pelajaran tambahan mendadak, mungkin ia sudah ada di rumah dan menonton film "the hobbit" .

Ia memang sudah merencanakan untuk menonton film tersebut dari minggu lalu, tapi apa boleh buat , pelajaran tambahan itu telah mengacaukan seluruh jadwal yang telah ia susun. Ia pun harus tergesa-gesa pulang , dengan mengendarai sepeda fixie hitam pemberian ayahnya, ia mengayuh dengan kencang hingga rantai sepedanya terlepas.

Sial batinnya , ia terpaksa menepi untuk memperbaiki rantai tersebut. Setelah sekian lama ia berusaha memperbaiki , rantai tersebut tidak dapat kembali seperti semula. Akhirnya ia terpaksa pulang dengan jalan kaki.

Angin sore yang berhembus perlahan, menemaninya dalam perjalanan pulang. Sambil menuntun sepedanya, ia berbelok ke kanan, ke gang kecil yang dikelilingi oleh flat-flat tua . Bayangan flat dari sisi kiri dan kanan yang memenuhi jalan membuat suasana semakin gelap dan dingin.

Setelah melewati beberapa gang , akhirnya ia sampai, rumah bergaya victorian dengan nuansa putih serta taman kecil dengan kolam kecil yang menghiasinya. Setelah meletakkan sepedanya di garasi, ia menekan tombol bel rumah yang terletak di sisi kanan pintu.

"Halo sayang" sapa ibunya sambil membantunya membawa tas.
"Hai bu" sambil melepas sepatu ia menceritakan apa yang ia alami selama beberapa jam terakhir kepada ibunya, hingga ia melupakan filmya "Sial! Filmnya!"

Ia langsung menuju ruang tamu dan menyalakan TV. Sambil menggerutu ia mencari remote control. "Bu,remote nya dimana?"
"Coba dicari pelan-pelan, Di"
"Ga bisa pelan-pelan,, filmnya udah mulai... Nah ini dia" dengan cepat ia menekan tombol power dan channel yang dituju.
"Sial! Sudah mulai setengah bagian!" Ia langsung duduk di sofa dan mengambil camilan di meja.

Sesudah menonton film, ia bergegas menuju kamar mandi. Sambil mengecek apakah air dalam bath tub cukup hangat, ia memikirkan rencana berkunjung ke rumah mendiang kakeknya.

Sudah 3 hari berlalu sejak kakeknya itu tiada, Diana selalu penasaran apa maksud dari surat kakeknya yang diberikan tepat pada malam bulan purnama sebelum kakeknya meninggal.

" Kamu terpilih , ssgeralah bergabung" kata-kata itu terus terbayang-bayang di benaknya. Kata-kata terakhir kakeknya pun tidak membantunya untuk memecahkan maksud dari surat itu

" segeralah bergabung, dari beribu-ribu orang, hanya kamu yang terpilih, dan yang terpilih yang memimpin " kakeknya hanya mengatakan kalimat tersebut , lalu menutup mata untuk selamanya.

Kakeknya, Mr.Finley, adalah seorang penulis yang meluangkan seluruh waktunya di dalam sebuah mansion bergaya eropa yang dibelinya setelah semua anaknya menikah . Mansion itu terletak di seberang jembatan faerie, di atas bukit hijau yang terdapat di kota kecil dekat kota tempat diana tinggal

Akhirnya Diana pun memutuskan untuk berangkat ke rumah kakeknya esok hari setelah pulang sekolah.

Butuh waktu 1,5 jam untuk kesana dengan menggunakan bus antar kota. Sesampainya di terminal, ia masih harus menyewa jasa minibus untuk ke bukit tersebut.

Sesampainya di sana, madam Penny langsung membuka gerbang untuknya, Dengan raut wajah yang selalu tersenyum, membuat dirinya sebagai salah satu pelayan favorit diana.

Entah mengapa saat diana akan membuka pintu mansion, wajah madam penny berubah, ia seperti tidak tega membiarkan diana masuk dalam mansion itu.

"Selamat malam Diana" hampir saja ia terjatuh karena kaget saat Ms. Laura membukakan pintu untuknya dari dalam. Semalam memang Diana sudah menghubungi mereka bahwa hari ini dia akan datang berkunjung seorang diri.

Aura berbeda dari dalam mansion membuatnya semakin penasaran apa maksud dari surat kakeknya itu. Kamar yang telah disediakan untuknya pun menambah suasana penasaran karena terdapat banyak sekali lukisan dinding bergambar kerajaan dan semuanya seperti berurutan, menceritakan sebuah kisah.

Setelah mandi dan makan malam, diana memutuskan untuk berkeliling mansion seorang diri, mansion tersebut luas sehingga membutuhkan waktu lumayan lama untuk mengelilingi dan memeriksa setiap kamar. Saat tiba di lantai dua, Diana melihat pintu ganda besar, tempat kakeknya biasa menghabiskan waktu. Ia pun memasuki ruangan itu

Ruangan tersebut terlihat rapi , tidak seperti perkiraannya, buku besar di tengah meja memikat hati diana untuk membacanya. Rupanya itu merupakan karangan kakeknya yang terakhir.

Buku tersebut terbuka tepat pada akhir halaman dan kalimat terakhir tersebut berbunyi sama seperti surat kakeknya untuknya. Tepat pada saat ia akan keluar, jam besar milik kakeknya yang berada di ujung ruangan berdenting menunjukan pukul tengah malam dan dua pilar di sebelah jam tersebut berubah bentuk menjadi sebuah pintu terbuka menuju ruangan gelap.

Diana memasuki ruangan itu dengan membawa senter dari meja kakeknya. Dengan hati-hati ia berjalan sangat perlahan sehingga tidak teedengar gema langkah kakinya.Setelah beberapa langkah, di depannya terdapat lemari dengan gagang bunga mangnolia putih serta sulur hijau memanjang hingga atap lemari

Ia menghampiri lemari tersebut dan memegang gagangnya. Gagang itu berputar dengan mengeluarkan bunyi klik klik klik.Lemari tersebut terbuka dan mengeluarkan cahaya putih, tepat sebelum ia ditarik oleh kekuatan lemari itu, ada suara asing berkata " yang terpilih telah datang! " diana pun sadar apa yang kakeknya maksud dan ia pun masuk ke dalam lemari itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 29, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aracelli EraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang