Fortune

154 8 2
                                    


Aku mengeliat. Bunyi berisik dari luar kamar memaksaku membuka mata. Perlahan aku seperti belum menyadari sedang berada dimana. Kasur lantai, lemari yang berjajar, dan tembok bercat hijau muda. Jelas ini bukan kamarku. Kamarku kan warnanya peach.

Aku menguap lebar. Menghela nafas panjang saat tersadar dengan tempat baruku saat ini. Aku lemaskan seluruh persendian yang terasa kaku. Ini pasti akibat dari tidak terbiasa tidur di kasur lantai. Samar-samar terdengar suara bacaan do'a dari halaman asrama. Aku menyibak selimut. Menatap seisi kamar yang sepi. Lantas mengintip ke luar jendela.

Seketika mataku mengernyit. Para santriwati sedang berbaris rapi dan membaca doa bersama di halaman asrama lengkap dengan seragam meraka.

Secepat kilat aku melirik ke arah jam dinding yang tergantung tepat di atas lemari bajuku. Pukul 06:25.

"Ya Allah!!!!!"

Aku mendelik. "Kok gak ada yang bangunin sih. Kan aku udah bilang bangunin!" kataku mengomel sendiri.

Bingung. Semenit kuhabiskan dengan mondar mandir di depan lemari komplit dengan piyama mickey mouse-ku yang bau keringat. Asem.

Ini sudah sangat darurat. Tidak ada waktu lagi untuk mandi. Tiba-tiba mataku menangkap sebotol deodoran dan parfum yang bersandar manis di dalam lemari.

Ahh.. ini bisa diatasi!

^0^

Terengah-engah aku berlari melewati lapangan sepak bola di depan sekolah. Sesekali berhenti. Sejenak mengumpulkan oksigen sebanyak-banyaknya sambil mengingat penjelasan Neng Fiza kemarin. Jika dilihat dari atas, jajaran gedung sekolah ini mungkin akan terlihat seperti sebuah persegi raksasa dimana di tengahnya terdapat sebuah persegi lagi yang lebih kecil. Persegi tengah ibarat halaman sekolah yang terbagi menjadi dua bagian yang tak lain adalah lapangan sepak bola yang juga berfungsi sebagai lapangan upacara dan lapangan basket.

Sedangkan di sekeliling persegi tersebut berdiri deretan kelas tingkat tiga yang dibedakan menjadi empat bagian yang berbeda. Bagian utara untuk ruang kelas santri putri tsanawiyah dan bagian timur untuk santri putri Aliyah. Tepat berahadapan dengan jajaran ruang kelas tsanawiyah putri, di bagian selatan lapangan adalah kelas tsanawiyah khusus santri putra. Dan begitu juga dengan gedung yang berhadapan dengan gedung kelas ailyah putri adalah gedung untuk santri putra Aliyah. Ditambah dengan dua bangunan yang lebih luas yang terletak di antara perbatasan gedung putra dan putri sebagai ruang guru.

Aku mengamati sekeliling yang nampak sepi. Kembali berlari menuju ke arah timur. Sampai di depan gedung aliyah. Aku memperlambat jalan. Kepalaku mendongak, membaca satu persatu papan nama yang tergantung di tiap-tiap kelas. X-1, X-2, X-3, dan.

Belum juga aku temukan kelas Xi-Ipa-2. Aku berbalik arah. Memastikan kembali kelas-kelas yang sudah aku lewati barusan.

"Psst. Flo. Flora!" sebuah suara memanggil.

Bola mataku berputar cepat. Mencari sumber suara.

"Floraa, Sinii! Aku di sini" suaranya semakin jelas. Aku balik badan.

Seorang gadis berseragam putih abu-abu dengan jilbab putih membingkai wajahnya sedang berdiri melambai. Aku tahu betul wajah itu. Walaupun baru kemarin aku menyadarinya.

"Leaaa!!" secepat kilat aku berlari menghampirinya "Sumpah beruntung banget ketemu kamu. Bingung nih nyari kelas!" jelasku pada Azalea sambil mengusap keringat di kening.

Ia menggeleng pelan. Mengacuhkan beberapa gumpalan kertas bekas di tangannya. "Kebiasaan!"

Aku nyengir. Menggaruk kepala yang tak gatal. Dia tahu betul bagaimana aku dulu sering terlambat masuk kelas.

Close to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang