Benar adanya

3.1K 173 16
                                    

Ampun mba. @malashantii ku buat RAYYA begini. Versiku yang apa adanya. Hehehe

Buat kalian yang sama cintanya dengan Rayya. Selamat liburan disisa weekend ini

------------------------------------------------------

=Gandhi=

Seminggu sudah dari launching novelnya Rayya. Tepat dihari itu juga aku mendengar jawaban dari pertanyaan Diara. Pertemuan kedua sewaktu di mall kala itu dengan yang ku lihat sekarang ada sedikit perbedaan darinya. Perutnya tidak lagi buncit. Apa sudah melahirkan? Syukurlah kalau begitu koh. Han pasti bahagia sekarang. Akhh peduli amat!

"Memaafkan itu untuk diri saya sendiri. Kalau untuk sebuah hubungan, saya rasa itu bukan jenis kesalahan yang bisa diperbaiki. Saya akan maafin pasangan saya, tapi saya nggak akan mengambil sikap seperti Anya"

Ya Tuhan.
Harus dengan cara apalagi? Setelah keinginannya ku penuhi dengan menyetujui perceraian kami. Aku tahu dari lirikan matanya yang kecewa pada ku dan marah pada Diara, disaat bersamaan dengan lugasnya Rayya menjawab. Aku. Aku hanya terpaku dengan ekspresi wajah biasa meskipun dalam hatiku sedih luar biasa.

Ya. Meskipun proses perceraian kami ku buat mudah, tapi tidak dengan keinginanku. Meski lelah dengan sifat keras kepala Rayya, aku tidak ingin menyerah. Sudah ku bilang langkahi mayatku sebelum itu terjadi.

Ya Tuhan bantulah aku untuk memperbaiki semuanya, meskipun aku tahu tidak semudah itu. Jika rasa sedih dan penyesalan ini belum cukup menghukumku aku rela kau beri hukuman apapun asal jangan pisahkan kami. Aku memang bukan imam yang sempurna meski tak sedikit waktu untuk mengampuni kekhilafan serta dosa yang ku lakukan. Ku serahkan padaMu apapun yang baik diantara yang terbaik tolong lapangkanlah hati Rayya. Istriku. Aku mohon Beri aku kesempatan ya Tuhan. Amin.

Seperti sehabis berdoa. Mengusap wajah dengan kedua telapak tangan tiba - tiba tepukan dari pundak menyadarkanku.

"Duh saya ganggu mas. Gandhi yah lagi berdoa"

"Hehehe bapak kok tahu"

"Amin. Semoga terkabul doanya mas.."

Lelaki tua atasanku ini seperti tahu. Ku yakin dia sudah menduga pada apa yang barusan dilihatnya. Berdoa.

Aku tersenyum. Kini atasanku itu mengambil posisi duduk tempatnya hingga membuat kami saling berhadapan.

"Begini mas. Gandhi..."

*******

Tiba di garasi. Dibalik jendela ku lihat Rayya sedang menonton TV.

"Hai.."

Sapaku. Hari ini Rayya kelihatan lebih segar, pipinya mulai chubby semakin aku perhatiin dia akhir-akhir ini sering ngemil. Badannya itu agak sedikit gempal dan pasti rasanya semakin lezat dan... ehem! Kenapa? Wajarlah kalau aku punya hasrat manusiawi sama dia. Catet dia masih istriku.

"Tolong bikinin kopi Ray..."

Ngalihin perhatian ku suruh dia buat itu.

"Loh. Gak mandi dulu"

Aku cuman menggeleng sebelum dia pergi ke dapur. Sambil buka dua kancing atas bajuku. Rayya dateng. Ngiliatin dia yang semakin cantik dari hari ke hari apalagi waktu dia naro kopi itu di meja jancuk aroma tubuhnya bikin aku lavar. Cantik? Rayya emang cantik dari dulu Ndik!

Mendaratkan pantatnya pada sofa duduk di sampingku. Meraih cangkir kopi yang dia buat.

"Mungkin aku bakal kangen sama kopi ini"

RayyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang