-3 tahun yang lalu-
Hari sudah malam. Tak terasa waktu sangat cepat berlalu. Shinichi sudah kembali ke tubuh aslinya. sedangkan Shiho, setelah memberi Shinichi antidote dari APTX 4869 dia langsung pindah ke rumah kedua orang tua Shinichi. Dia ingin melanjutkan sekolahnya disana. Sekarang Shinichi dan beberapa agen FBI sedang melakukan penyergapan di dalam markas Organisasi Hitam. Setelah dia dan beberapa anggota FBI berhasil melumpuhkan anggota-anggota yang llain, kini hanya tersisa Gin seorang diri. Dan ketika Shinichi sedang mencari Gin tiba-tiba seseorang memegang tanganku dari belakang.
"Shinichi!" Suara tersebut sangat lembut. Dan juga suara tersebut sudah tak asing lagi di telinga milik Shinichi.
"Ran!" Shinichi benar-benar terkejut ketika melihat Ran berdiri dengan tatapan khawatir di belakangnya. "Kenapa kau disini! Cepat pergi! Disini berbahaya!"
"Aku bertemu dengan Jodie-sensei di depan gedung ini tadi. Dia bilang kalau kau ada disini untuk melakukan penyergapan terhadap sindikat paling berbahaya di Jepang dan kau terlibat dalam kasus ini. Refleks, aku langsung masuk ke dalam geung itu. Sensei sudah melarangku untuk masuk, tetapi aku tidak bisa membiarkanmu dalam keadaan bahaya!" Ujar Ran dengan wajah yang sendu.
"Baiklah. Kau boleh ikut. Tapi jangan pernah melepaskan pegangan tanganku ini! Mengerti!"
"Baik." Kata Ran dengan wajah agak sedikit memerah.
Mereka menelusuri seluruh seluk-beluk dari gedung tua itu. Suasana gedung yang gelap dan sedikit menyeramkan itu membuat Ran ketakutan. Dia mempererat genggannya pada Shinichi. Tiba-tiba sebuah suara mengejutkan mereka berdua.
DOORR!
Sebuah peluru hampir saja mengenai kepala Shinichi. Dan ketika Shinichi menoleh ke belakang, dia mendapati Gin tengah memegang sebuah pistol dengan penuh darah di tanganya.
"Dasar detektif brengsek!" Bentak Gin. Dia kembali menodongkan pistolnya ke arah Shinichi.
DOORR!
Peluru kembali keluar dari pistol tersebut. Dengan Sigap, Ran langsung menjadikan tubuhnya sebagai tameng untuk melindungi Shinichi. Darah segat langsung mengalir deras dari tubuh Ran. Gin tersenyum puas.
"Kali ini pacarmu tidak akan bisa menyelamatkanmu lagi!" Gin kembali mengarahkan pistolnya kepada Shinichi. Namun, sebelum sempat menembak Gin sudah terlebih dahulu ditembak oleh Akai Shuichi tepat dikepalanya. Gin tewas seketika.
"Ran! Jangan mati!" Jeritku sambil menggendongnya lalu bergegas pergi ke rumah sakit terdekat. Ran yang sedang sekarat membuka mulutnya dia menyuruh Shinichi berhenti. Dia ingin menyampaikan pesan terakhirnya pada Shinichi. Shinichi menghentikan langkahnya.
"Tidak apa-apa Shinichi. Asalkan kau tetap hidup, aku sudah...." Ucapannya terpotong. Ran sudah menghembuskan nafas terakhirnya.
"Tidak! Ran jangan mati! Jangan tinggalkan aku sendiri!" Teriak Shinichi dengan air mata yang mengalir deras.
***
Shinichi's POV
"Bangun Kudo? Kita ada kasus." Sebuah suara membangunkanku dari tidurku yang cukup lelap.
"Ehm. Maaf aku ketiduran Hattori."
"Tidak apa-apa. Kemarin kau melakukan pengintaian semalam kan. Wajar saja kau ketiduran."
"Ya. Baiklah kalau begitu." Ucapku lalu pergi bersama Heiji.
Sudah 3 tahun berlalu sejak kejadian yang mengerikan di malam itu. Saat ini aku bekerja sebagai Inspektur kepolisian divisi 1. Urusanku dengan orgasnisasi yang telah mengecilkan tubuhku dulu telah selesai. Dan sebagai bayarannya, 2 orang yang berharga bagiku dibunuh oleh mereka. Proffesor Agasa dibunuh oleh sniper handal mereka, Chianti dan Korn. Sedangkan Ran, karena melindungiku dari Gin, dia mati tertembak. Betapa terpukulnya aku karena harus kehilangan 2 orang yang amat kusayangi.
Setelah kejadian tersebut, hidupku terasa hancur. Aku tidak semangat dalam menjalani hari-hariku. Aku lebih sering mengurung diriku di rumah. Orang tuaku sekarang rutin mengunjungiku seminggu sekali untuk menghiburku. Tetapi tetap saja motivasi dari mereka tetap belum bisa membuat semangat hidupku kembali. Dan Heiji juga terkadang datang mengunjungiku dan mengajakku pergi keluar rumah. Sedangkan Shiho tetap tinggal di Amerika karena dia harus menyelesaikan sekolahnya terlebih dahulu.
Waktu terus berlalu. Perlahan-lahan semangat hidupku mulai kembali. Aku mulai bisa melupakan Ran dalam kurun waktu 1 tahun ini. Aku mendapat tawaran dari Inspektur Megure untuk bekerja di kepolisian. Tentu saja aku menerima tawaran tersebut dengan senang hati. Dan dalam waktu 1 tahun aku berhasil menjadi seorang Inspektur. Saat ini aku bekerja di divisi 1. Bersama dengan Heiji kami berhasil menangkap banyak penjahat di Tokyo.
Setelah menyelesaikan kasus, Aku dan Heiji langsung pulang ke rumah kami masing-masing. Dan di dalam perjalanan pulang, Heiji sempat membuatku kesal.
"Hei Kudo! Sampai kapan kau mau sendiri terus? Cepatlah cari pasanganmu!" Goda Heiji padaku.
"Berisik! Aku hanya masih belum bisa mencari penggani yang tepat untuk Ran. Aku ini teliti dalam memilih perempuan." Ucapku dengan wajah agak kesal.
"Hmm kira-kira malam ini Kazuha masak apa ya? Kuharap dia masak daging kesukaanku." Heiji masih menggodaku.
"Ya ampun! bisakah kau berhenti menggodaku. Aku tahu kau sudah menikah dengan Kazuha, sedangkan aku masih sendiri! Daripada kau terus menggodaku, lebih baik kau bantu aku cari pasangan." Mukaku merah padam karena menahan malu.
"Kalau bicara tentang pasangan, ngomong-ngomong bagaimana kabar dari kakak menyeramkan itu? Apa dia sudah menikah?" Tanya Heiji.
"Kakak menyeramkan?" Aku tidak mengerti siapa yang dimaksudnya.
"Itu loh, Yang tubuhnya juga mengecil juga sepertimu dulu." Jelas Heiji.
"Ohhh. Maksudmu Haibara? Yah kami memang sudah 3 tahun tidak bertemu. Tapi kudengar dari ibuku, dia baru saja lulus sekkolah kedokteran di Amerika. Mungkin saat ini dia belum punya pasangan karena sikapnya yang dingin itu." Ucapku sambil tertawa.
"Oh iya. Bagaimana kalau kau dekati saja kakak itu. Mungkin kalian jodoh?" Kata Heiji.
Aku langsung tertawa setelah mendengar perkataan Heiji. Sedangkan Heiji memasang wajah penuh tanda tanya. "Tidak mungkin Hattori. Tidak mungkin. Perempuan itu sulit dimengerti. Lagipula dia tidak mungkin menyukaiku."
"Belum tahu kalau belum dicoba kan? Siapa tahu selama ini dia memendam perasaan sukanya padamu." Ujar Heiji.
"Tidak. itu tidak mungkin terjadi!" Jawabku singkat.
"Baiklah kalau kau tidak mau." Kamipun melanjutkan perjalanan kami pulang ke rumah. Setelah sampai di pertigaan, Kami berpisah. Heiji belok ke kiri, sedangkan aku tetap lurus. Setelah sampai di depan pintu rumahku, betapa terkejutnya karena pintu tidak terkunci. Aku langsung menyiapkan pistol milikku dan memasang pose siaga. Aku masuk ke rumahku dengan mengendap-endap. Aku bisa mendengar suara seseorang dari dapur. Aku langsung menuju kesana. Dan ketika sampai aku langsung melompat dan menodongkan pistolku.
"Jangan bergerak Poli..." Ucapanku terpotong setelah melihat seseorang yang amat kukenal. Kenapa dia ada disini? Kenapa dia bisa masuk ke rumahku? Dan kenapa dia memasak di dapur rumahku? "Haibara! Apa yang kau lakukan disini! Bagaimana kau bisa masuk kesini!? Dan kenapa kau memasak didapurku!?" Aku langsung mengajukan beribu-ribu pertanyaan kepada Shiho.
"Pertama, Berhenti memanggilku Haibara. Sekarang panggil aku Miyano!" Ujar Shiho dengan tatapan setannya. Aku sedikit ketakuan menatapnya.
"Baiklah, Hai... Miyano..." Ucapku terbatah-batah.
"Bagus. Sekarang akan kujelaskan. Aku datang kesini karena disuruh oleh kedua orangtuamu. Mereka menyuruhku untuk membantu hidupmu yang super kacau ini. Dengar ya, aku hanya membalas budi kepada kedua orang tuamu karena sudah mengurusku selama di Amerika." Ujar Shiho tetap dengan matanya yang mengerikan.
"Emm... Baiklah." Ujarku tertunduk.
-TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Perangkap Bernama Cinta
FanfictionIni merupakan ceritaku tentang Shinichi x Shiho yang kedua. Happy reading guys ^^