Mr. F

91 2 0
                                    

Malam ketiga berada di pesantren. Ada sedikit waktu bersantai setelah sholat maghrib. Tia dan Agis ke dapur untuk mengambil jatah makan plus titipanku. So far, everything is running well. Semua ini berkat Azalea. beruntung Allah mengirim dia sebagai teman di kala duka. hehe

"Flo, ikut aku sekarang!" Lea muncul dari balik pintu kamar tanpa salam dan langsung menarik paksa tanganku.

Ku jatuhkan novel sembarangan ke atas tumpukan kasur. Roti selai stroberi yang masih tinggal seperempat terpaksa kujejalkan ke mulut. Resek ni anak!

"Odo Opo soh?" Aku bertanya sedikit kesal dengan mulut dipenuhi roti selai.

Lea menempelkan jari telunjuknya ke depan mulutku. Ssssstt. dan menarikku lagi.

Aku mengernyit. mengunyah secepat mungkin roti selaiku dalam mulut. mau ngapain sih ni anak.

Lea terus memegang pergelangan tanganku. Aku hampir jatuh membuntutinya. Dan otakku mulai curiga saat kami semakin dekat dengan rumah pengasuh.

Mau ngapain nih anak? Bukannya sekarang di rumah pengasuh sedang ada acara kecil-kecilan. Acara tasyakuran menyambut kepulangan sekaligus kelulusan salah satu putra pengasuh.

"Trus aku ngapain?" tanyaku pada Lea setibanya di dapur pengasuh.

Lea masih membisu dan tidak berkata apapun. Aku jadi semakin bingung dan kesal. Hampir saja aku ngomel-ngomel, tapi kedatangan ibu Nyai membuatku mengurungkan niat.

" Azalea mengajak siapa ?" Tanya ibu Nyai. Lea tersenyum, menoleh ke arahku.

Aku menelan ludah.

"Ow. Ini Flora bukan. Putrinya ibu Hana yang dari Surabaya?"

Aku mengangguk. lalu menunjukkan beberapa deret gigi seriku yang rapi.

"Ya sudah, ini ibu sudah siapkan gula dan air hangat. Satu dari kalian ada yang membuat teh ya, dan satunya lagi menyuguhkan ke para tamu. Ibu harus menemui tamunya, banyak sekali tamunya Gus Fatan. Karena memang sekalian perpisahan semua teman-teman yang sama-sama dari Kairo. Kalian ngerti kan?"

Lea mengangguk sopan. Aku yang sebenarnya masih bingung juga ikut-ikutan mengangguk. Gus Fatan, Kairo, Gula? apa lagi ini.

Saat Ibu nyai kembali ke ruang tamu, aku menatap lea sadis, berkacak pinggang. Menatap gula, teh, air mendidih dan beberapa gelas dihadapanku. jelaskan semua ini leaa!!

Lea nyengir kuda. "Jangan marah-marah dulu dong, Flo. Kita diminta sama Bu Nyai buat bantu-bantu nyiapin minuman buat para tamunya Gus Fatan."

"Kita?" Dahiku mengkerut. "loe aja kali. Gue enggak!" Kataku sewot. Gue elonya lagi kumat.

"Ya Allah, Flo. Masa aku sendirian sih?"

Aku berdecak malas. "Emang siapa yang disuruh? Katanya ada yang piket? Ngapain musti kita sih."

"Ada apa nduk?" Tiba-tiba ibu nyai muncul lagi dari belakangku. Aku menelan ludah. Kapan datangnya ya? prasaan tadi balik ke ruang tamu.

Aku jadi salting. takut kalau-kalau ibu nyai mendengar apa yang baru saja terjadi. Tengsin lah.

"Ayo segera diantar nduk minumnya. Tamunya keburu pulang." pinta ibu nyai kemudian.

Aku meleleh. Tak mampu menolak dan hanya bisa mengangguk patuh.

"Tuh kan, makanya kalo dimintai bantuan ikhlas dong!" Lea cekikikan. Setelah punggung ibu Nyai hilang dari balik pintu.

^^^

Gelas-gelas sudah terisi teh hangat dan siap di atas nampan. Aku yang sedari tadi sibuk membantu Azalea dengan doa menunggu intruksi selanjutnya.

"Kamu yang menyuguhkan ini ke para tamu. ok!" perintah Lea sambil menyerahkan nampan berisi lima gelas teh.

Close to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang