Strong, Okay!

585 60 3
                                    

Pukul 12 malam kurang 13 menit, aku mulai bosan. Ditemani dengan suara malam yang berbising pelan ditelingaku. Sambil memperbaiki tempat duduk aku mulai berpikir, bagaimanakah esok? Apa aku akan mulai menyelesaikan tugas ku? Aku sedikit terganggu saat mendengar suara dengkuran berasal dari ruang tunggu icu keluarga lain. Sungguh, aku ingin pulang. Malam ini terasa begitu lama karena aku terasa kesepian. Aku duduk di kursi keras ruang tunggu dengan pikiran berkecamuk. Andai saja aku bisa pulang dengan ayah ke bandung, Andai saja 3 hari lagi bukan lah akhir tahun 2018, pengandaian itu semakin berlanjut tanpa henti membuatku menghela napas.

Ruangan ICU tidak kosong seperti hal nya dirumah sakit biasanya. Peraturan rumah sakit disini agak kurang ketat karena hampir sekitar setengah keluarga dari mama menginap dirumah sakit. Aku juga tidak begitu mengerti dan mau tidak mau aku juga harus diam disini dengan mood mulai bosan. Aku bukan tidak cemas menghadapi kesehatan omah yang semakin memburuk, hanya saja aku cukup lelah dan ingin tidur. Mungkin kalian berfikir kenapa aku tidak tidur diruang tubggu ICU, jika aku ingin pun ingin hanya saja ruangan itu sudah penuh dengan sanak keluarga yang juga menginap.

Aku menggerutu kecil ingin memaki kaka ku yang tak kunjung ingin pergi ke mobil, setiap kali kuajak dia pura-pura tak mendengar membuatku kesal sendiri. Kutanya tadi apakah memang dia ingin begadang lalu dia menjawab kalu sebenarnya dia ngantuk. Sebel kan? Dia malah mengajak sepupu ku yang masih sd untuk ke mobil, padahal jelas-jelas aku mulai merasa mataku merah, cukup untuk terlihat jika aku ngantuk.

"Bang, bilangin ke bu'de.. kaka mau ke mobil." Ujar Dani,kakakku ke adik sepupuku yang usianya hanya beda satu tahun denganku. Aku meringis pelan, untung aku memakai masker kalau tidak aku ingin sekali menyumpahi nya karena sikap menyebalkan nya itu.

"Vikaa, ayo ke mobil."

Mama muncul tepat waktu saat kakakku baru saja hendak pergi. Aku lalu tersenyum dibalik maskerku, aku mengangguk lalu mengambil kabel charger ku di ruang tunggu ICU tak lupa dengan powerbank kesayanganku.

Lorong rumah sakit yang tenang membuatku merasa hampa, aku mengadah untuk melihat kearah depan sambil memperhatikan jalan yang mulai hampir sampai depan ruang UGD. Baru saja akan berbelok kearah kanan, mamaku menyapa pelan sosok paruh baya yang pernah aku temu saat kecil. Aku tersenyum dibalik masker ku.

"Om Bima, mau nengok omah ya?" Tanya mama sambil bersalaman. Aku pun salam kepada Om Bima lalu menengok kearah belakang Om Bima, ada dua anak laki-laki yang juga ikut bersama Om Bima. Perkiraanku salah satunya ada yang seumuran dengan ku dan yang satunya lagi masih sd. Aku memasang wajah datar, lalu tanpa banyak bicara Mama menyudahi obrolanya. Aku mengangguk sopan sambil tersenyum walaupun aku tau mereka mungkin menerka ekspresi ku seperti apa.

Kak Dani jalan duluan melewatiku lalu aku pun jalan dibelakangnya sambil melewati Om Dani aku merasa ada yang memperhatikan ku dan aku hanya pura-pura tak melihatnya lalu saat tepat dia berada disebelahnya, aku melirik nya sekilas.

Rio, teman kecilku.

"Vikaa." Langkahku terhenti. Aku membalikkan badan saat kudengar suaranya memanggilku.

"Rio.."gumamku lalu tersenyum tipis tersadar aku mengingat jika sedang memakai masker. Ku tarik maskerku kebawah.

"Strong, okay!" Ujarnya pelan. Aku mengangguk lalu kembali berjalan meninggalkanya.

'Cklek

Kak Dani membuka pintu kamar hotel, kami berempat masuk kedalam. Oh ya tadi kami disuruh diam disini, omku sidah memesan hotel dekat Rumah Sakit. Jad, adik sepupuku yang masih sd ini langsung duduk ditempat tidur sambil sibuk maim hp dengan game action nya. Kak Dani menggerutu kesal melihat kelakuanya. Sekarang pukul set 1 dan mama masih sibuk merecoki Mas Hotel sambil bertanya mengapa kamar yang dipesan isinya single bed.

Setelah 10 menit berlalu, akhirnya kami semua mulai berbaring dengan pikiran masih tersimpan di Rumah Sakit seakan sosok Omah masih terbayang karena masih menunggu kabar kondisi kesehatanya. Kantuk mulai datang menyerangku namun aku tetap tidak bisa tidur.

Sampai akhirnya suara dering telefon mengejutkan semuanya. Tak lama mama mengangkatnya lalu terdengar suara panik dari sebrang dan tiba-tiba kesadaran ku terambil.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 28, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Surat Kecil VikaaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang