"Jadi Zee, tolong carikan seorang pemain musik yang cocok dengan suaraku", ujar seorang gadis SMP kepadaku.
"Aku tidak mengerti. Kau ingin menyanyi di pentas seni dengan iringan dari alat musik asli? Jadi kau memintaku mencarikan seorang pemain musik?"
"Ya! Kurang lebih seperti itulah maksudku"
"Seingatku, ada pemain musik yang sangat mencolok di kelas sebelah. Namanya Azka. Bagaimana kalau kau tanyai dia?"
"Kau tidak dengar ya Zee? Aku bilang pemain musik yang cocok dengan suaraku! Azka kan selalu bermain musik dengan tempo yang cepat dan berat. Aku ingin musik yang lembut. Musik indah yang dapat menyayat hati pendengarnya"
"Kalau begitu jangan minta bantuanku! Aku kan tidak terlalu tahu banyak soal musik!"
Aku melangkah keluar kelas, bermaksud membeli camilan di jam istirahat yang padat.
"Benar-benar gadis yang merepotkan", pikirku sembari memasukan makaroni kecil ke dalam mulut. "Tapi, aku suka dia", ujarku menambahkan.
Gadis itu adalah temanku sejak kecil. Entah kenapa kami selalu sekelas, berbincang dan bermain bersama sejak TK hingga SMP sekarang ini. Mungkin dialah pasangan hidupku.
"Ah sudahlah!", sahutku berusaha menyingkir dari lamunanku sendiri.
Aku melangkah menyusuri koridor sekolah, mencoba kembali ke kelas.
Saat itulah aku mendengar sebuah nyanyian alat musik. Alunan lembut yang indah. Melody sedih yang dapat membuatku menitikkan air mata.
Kuusap mataku yang sedikit basah, berusaha mencari tahu asal dari suara itu. Pencarianku pun berakhir di depan sebuah ruangan bertuliskan 'Bimbingan Konseling'.
Aku hanya berdiri disana, berusaha mengintip apa yang ada dalam ruangan itu. Namun tiba-tiba pintu terbuka. Dibuka oleh seorang wanita berumur yang memandangku dengan heran.
"Ah! Ada gerangan apa sehingga pemuda tampan ini datang kesini?", tanya orang itu dengan bahasa yang dibuat-buat.
"Mmmm, itu!", aku menunjuk ke arah Violin yang dia genggam. "Ibu bisa memainkan violin ya?", tanyaku berusaha memastikan.
"Kau mendengarkan suara violinku?", ujarnya balas bertanya.
Aku mengangguk dengan polos.
"Kamu imut deh!", wanita itu mencubit pipiku dengan tangan kanannya. Aku tidak sempat bereaksi, menghindari cubitan maut itu. Rasa nyeri pun mulai mengerogoti di pipiku.
"Dia berbahaya", pikirku. Segera aku berlari pergi meninggalkan tempat itu. Masuk kembali ke kelas dan menceritakannya pada teman masa kecilku yang cantik, Mey.
"Wanita itu bermain violin?", tanyanya mengulang ceritaku.
"Benar! Dan dia juga mencubit pipiku! Jadi sebaiknya kau juga jangan berada di dekat situ lagi. Dia kelihatan berbahaya!"
"Apa maksudmu berbahaya!? Dia pemain Violin! Orang yang sudah kucari-cari untuk mengiringiku bernyanyi! Lebih baik aku segera kesana sebelum bel istirahat berakhir!". Secepat angin Mey segera menghilang. Berlari pergi ke tempat mengerikan itu.
Lalu? Aku harus menyelamatkannya?
Kembali aku membayangkan wanita mengerikan itu, berusaha merobek pipiku dengan jari-jari panjangnya.
Tidak! Aku tidak akan kembali kesana! Tapi, bagaimana dengan Mey? Bagaimana dengan gadis cantik yang akan kunikahi itu!?
Aku mulai membayangkan apa yang akan terjadi pada Mey.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Tantangan Teenlit NGKWI] Romantic Sorrow
Teen FictionKekasihku membutuhkan seorang pemain musik? Karena itulah aku belajar musik...