Tuan, Nona & Coffe

264 5 0
                                    

                                                                “Kring!!!”

                Bunyi bell cafe coffe itu saat seseorang mendorong pintunya. Pelayan yang sedang bersender di meja bar pun langsung terkesiap membereskan tampilannya yang mulai berantakan. Gadis yang baru saja masuk itu langsung memilih duduk di dekat jendela pintu keluar, dandannya tidak begitu menarik. Serius. Kacamata berbingkai yang menandakan kalau dia perlu banyak buku lagi untuk menambah minus di matanya, rambut sebahu dengan ekor bebek di tiap pangkalan rambutnya, bajunya? Dia mengenakan rok kotak-kotak berwarna coklat dengan garis merah, dan kaus putih bertuliskan “Yes, I’m Nerd. Problem?”  ya, tidak menarik. Bahkan pelayan itu pun berjalan malas-malasan saat gadis itu memanggilnya. Pelayan itu seperti sudah hafal mati sekali dengan pesanan gadis itu, bahkan sebelum dia sampai di meja gadis itu dia sudah menuliskan minuman apa yang akan gadis itu pesan. “Ya, mau pesan apa mba?” tanya pelayan itu dengan nada seramah mungkin. Padahal pelayan ini sudah sangat bosan dengan gadis ini. “Coffe Latte pake float ya.” Jawab gadis itu santai. Pelayan itu melirik kertas pesanannya, lalu menulis kata “Float”. Ya perkembangan, setelah setahun gadis ini sering berkunjung ke cafe ini, hanya Coffe Latte yang dia pesan.

                                                                “Kring!!!”

                 Bunyi bell pintu lagi, tanda seseorang baru saja masuk ke cafe coffe itu. sepertinya pelanggan baru, karena para pelayan itu langsung terkesiap dengan wajah ramah mendekati lelaki itu. Lelaki itu melihat-lihat meja mana yang pas untuk tempatnya , dengan begitu banyak tempat yang kosong dia sangat tertarik dengan meja di dekat jendela pintu keluar. “Boleh saya duduk disini?” tanya lelaki itu pada seorang gadis yang sudah terlebih dahulu duduk disitu. Gadis itu menoleh, memperhatikan tampilan lelaki di hadapannya ini. Tampan, rapi, keren, boleh lah. Gumamnya dalam hati. Lalu gadis itu mengangguk. “Tuan” kata lelaki itu sambil menjulurkan tangannya. “No... Nona” jawab gadis itu, tangannya dengan ragu menjabat tangan lelaki itu. lelaki bernama Tuan itu pun tersenyum manis pada sang gadis yang bernama Nona.

                     Seorang pelayan dengan wajah ramah pun menghampiri mereka berdua, memberikan pesanan mereka yang ternyata juga sama. “Jadi selain film, ternyata kita juga banyak kesamaan yah. Buktinya pesanan kita sama.” Kata Tuan diiringi tawanya. Nona tersipu dengan ucapan Tuan, semburat merah di pipinya mulai muncul. Mereka terus berbincang-bincang hingga tak tahu waktu. Pelayan yang semula berwajah ramah, kini berwajah masam. Ternyata lelaki itu hanya memesan Coffe Latte dengan tambahan Float setelah 2 jam berbincang-bincang disitu. Sama saja.

“Oke Nona, karena sudah begitu sore. Sepertinya saya harus pergi. Mungkin lain waktu kita bisa bertemu lagi? Haha” kata Tuan diiringi tawanya.

“Ya... ya mungkin next time haha” jawab Nona dengan nada canggung.

Tuan hanya tersenyum sambil pergi berlalu dari meja cafe coffe, bayangannya saja sudah hilang di balik pintu mobil miliknya yang dia parkir tidak jauh dari pintu cafe coffe.

                                                                ***

                  Hari terus berganti, minggu-senin-selasa-rabu-kamis-jumat-sabtu sudah seminggu pertemuan Tuan dan Nona berlangsung. Tapi rasanya baru saja hari kemarin Nona bertemu Tuan di sudut cafe coffe di pusat kota. Nona masih hafal dengan gaya bicara Tuan, tawanya, cara Tuan menjabat tangannya. Ya Nona masih hafal. Ingatannya seakan terus berlari-lari riang di pikirannya kini. Mungkin Nona jatuh cinta pada Tuan? Mungkin.

                                                                ***

                 Gadis dengan berkacamata tebal, gaya rambut yang ugh! Dan berbicara terbata-bata karena canggung dan pemalu itu sangat aneh! Mungkin saat itu Tuan tidak akan menyangka bahwa gadis yang ia temui itu akan tak semenarik itu. nyatanya gadis itu sangat tidak menarik. Dari awal mereka bertemu Tuan menceritakan apa saja yang dia suka, apa saja yang dia tidak suka, dan sebagainya. Gadis bernama Nona itu menanggapi dengan kata-kata “Ya, aku juga suka itu!” setiap Tuan menceritakan kegemarannya. “Ah tidak! Dia itu sangat nerd! Apa kata orang bila aku pernah berbicara dengan gadis sejelek itu?” teriaknya dalam batin. Dan dari hari itu pula Tuan sudah melupakan kejadian seminggu yang lalu di cafe coffe.

                                                                ***

                                    Seminggu... dua minggu... tiga minggu... empat minggu...

                                             Sebulan... dua bulan... tiga bulan... setahun...

                  Nona terus menunggu lelaki bernama Tuan di cafe coffe itu. kesan pertama mereka bertemu seakan bersemi lebih lama daripada pertemuan tidak sengaja mereka yang sangat singkat. Bayangan tentang Tuan terus bermunculan setiap kali dia datang ke cafe coffe ini, dia membayangkan “Mungkin saat nanti kami bertemu kembali, Tuan akan mengajakku pergi nonton atau sebagainya? Tidak saja dengan mengobrol di cafe coffe ini.”

                     Seperti tidak ada lelah, Nona setiap akhir pekan datang mengunjungi cafe coffe ini dari jam buka hingga menjelang jam tutup. Namun penantiannya hanya terbuang tanpa harapan. Tuan tidak pernah datang lagi ke cafe coffe itu. Nona menyadari akan hal ketidak mungkinan mereka bisa bertemu kembali, dia sangat menyadarinya. Tapi hatinya masih saja merajuk manis mengatakan “Coba tunggu saja, mungkin kamu akan bertemu dengan lelaki itu lagi.” And then, dia terus menunggu...

                   “Lemon tea, sama choco mouse aja mba” kata Nona. Pelayan itu mengangguk lalu pergi meninggalkan meja Nona. Matanya dengan teliti melihat setiap pengunjung yang baru saja masuk ke dalam cafe. Namun orang yang dia cari tidak ada. Ralat. Tidak pernah ada!

                                                                                  “Kring!!!”

                       Mendengar bell pintu cafe itu berbunyi, Nona dengan refleknya melihat kearah pintu cafe. Matanya seketika membulat, debaran di dadanya semakin kencang ketika tahu bahwa yang datang ke cafe itu adalah....... Tuan!

Tapi, dia dengan siapa? Tanya Nona dalam hati.

                       Nona dengan wajah gembira, dan suasana hati yang meledak-ledak kegirangan, tidak lagi memikirkan gadis yang datang bersama Tuan. Dia langsung menghampiri meja Tuan dengan hati yang amat sangat begitu senang.

“Hay Tuan. Masih ingat denganku?” sapa Nona dengan ramah.

Tuan dan gadis yang datang bersamanya, bertukar pandangan.

“Kamu siapa?” tanya Tuan. Bohong sekali jika Tuan tidak mengenali gadis ini. Ya dia memang berbohong.

“No... Nona. Ya aku Nona. Yang waktu itu kita bertemu dan mengobrol banyak hal di sudut cafe coffe ini. Masa kau lupa?” tanya Nona, meyakinkan.

“Aku bertemu banyak orang disini, dan aku tidak mengenali mu. Maaf.” Jawab Tuan dengan datar tak berperasaan. Padahal di dalam hatinya dia sangat mengenal gadis ini, namun dia tidak mau dianggap sama Nerdnya. Jadi lebih baik dia diam dan berpura-pura tidak mengenali Nona.

“Dia siapa? Kamu nggak kenal dia?” tanya gadis yang datang bersama Tuan.

Tuan hanya menggelengkan kepalanya, lalu bangkit dari duduknya. “Sepertinya disini tidak bagus untuk kita.” Kata Tuan sambil menarik gadis yang datang bersamanya itu.

“Hey Tuan! Aku yakin itu kau kan?! Hey ini aku! Nona!” teriak Nona berusaha mengingatkan Tuan akan dirinya.

                      Tuan langsung melangkah dengan cepat, pergi meninggalkan cafe coffe itu. tTidak memperdulikan teriakan parau dari Nona yang terus memanggil-manggil namanya. Siapa suruh kau menyimpan harapan padaku? Pekiknya dalam hati.

                      Nona terus memanggil nama Tuan hingga dadanya terasa sesak. Penglihatannya terasa kabur karena genangan air mulai menyeruak ke pelupuk matanya. Bisa-bisanya dia tidak mengenaliku?! Tapi mengapa aku harus menangis? Mengapa jatuh cinta rasanya sakit? Semua pertanyaan itu mempersulit jalan pikirnya. Lagi-lagi dia tersadar akan jalan pikirnya yang realita “Nona jatuh cinta pada Tuan, Namun Tuan tak pernah menyimpan hati padanya.”

Inspirasi dari sebuah lagu yang sangat saya suka, “Tuan Nona Kesepian dari Tulus”

Tuan, Nona & CoffeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang