Gisella POV
Setelah acara perjodohan Gia, aku tak lagi bertemu dengan si penabrak brengsek Mikail itu dan aku juga tidak mau berurusan lagi dengannya.
Louisa tersenyum miris mendengar berita perjodohan Gia berlangsung dengan baik dan sebentar lagi mereka bertunangan.
Miris karena satu lagi keinginan mama terwujud oleh Gianna, begitu katanya.Aku bersyukur mama tak mengajakku perang dingin lama-lama walaupun alasan ku tetap tak di terima, baginya itu kesalahanku yang tak menuruti apa yang di maunya. Mulai dari pengambilan jurusan saat aku masuk kuliah hingha aku yang tak mau bekerja di perusahaan papa yang berakibat aku keluar dari rumah.
Aku berbohong tentang profesiku karena mama tak akan suka apalagi sudi menerimaku sebagai anak apabila ia tau aku menjadi Model apalagi Dj. Profesi ku sekarang akan mencoreng namanya dan nama kedua keluarga, bagi mereka itu adalah aib besar karena tak satupun keturunan dari mereka yang menjadi sepertiku.
Bagi mereka profesiku bukanlah hal yang patut di banggakan karena tipisnya perbedaan antara profesiku dan prostitusi.Aku tak menyalahkan juga tak membenarkan, memang aset utama dari profesiku ada pada tubuh ku bukan kepintaranku dan tentunya aku tak mempunyai hal terakhir yang aku sebutkan, maka dari itu aku menekuni apa yang menjadi passion ku, dengan syarat aku harus selektif menandatangani kontrak kerja.
Lain mama lain juga papa, awal aku memutuskan masa depanku papa sempat kecewa dan mendiamiku seminggu lamanya.
Karena aku tak tahan jadi aku memutuskan untuk mengubur semua keinginanku asal papa dapat kembali hangat bersamaku.Bersimpuh di kakinya sambil meminta maaf adalah cara ampuh untuk meruntuhkan kerasnya hati papa.
Usahaku berhasil, papa membawaku kedalam pelukannya setelah itu papa mengucapkan sesuatu yang membuatku shock dan pecah lagi tangisku tak mampu berkata-kata lagi.
Papa meminta maaf bukan maksudnya untuk mengacuhkanku tapi ia hanya memikirkan bagaimana caranya melindungi sekaligus mengijinkanku untuk menjadi apa yang aku inginkan tanpa di ketahui mama ataupun keluarga lainnya.
Tentu saja aku sangat bahagia karena papa masih mempercayai princess kecilnya ini.
Setelah mengeluarkan isi hati masing-masing keluarlah kesepakatan yang hanya kami berdua yang tau, papa mengijinkanku asalkan aku melanjutkan kuliahku setelah itu terserah padaku mau berbuat apa asal masih dalam pengawasan papa dan Egoy tanpa Gianna.***
Dan saat ini aku berada di kantin universitas dimana Gia bekerja, mama menyuruhku mengantarkan berkas penting kepada Gianna dan demi
Tuhan aku belum tidur selama 3 hari!!!
Beruntung mama tak mengunjungiku di apartemen.Menghindari tatapan aneh oleh para mahasiswa, aku langsung memasang earphone dan mendengarkan lagu melalui ipod-ku sambil membaca buku.
Hal kedua yang dibenci Louisa dariku adalah membaca buku tanpa mengenal waktu, tempat, atau hal-hal yang penting.
Hanya aku dan buku ku, akan sangat menjengkelkan jika ada yang berani menginterupsi kegiatanku seperti sekarang ini.
Ada dua laki-laki duduk di depanku. Sama-sama memiliki wajah yang tampan tapi memiliki aura yang berbeda.
Laki-laki pertama mempunyai aura positif, tersenyum ramah dan wajahnya sangat menggemaskan di tambah kacamata yang bertengger di hidungnya.
Aku tak mengenalnya, mungkin di situasi yang lebih mendukung dan diriku yang sedikit lebih rapi aku pasti berkenalan dengannya. Dia tipe-ku sekali tapi mungkin aku bukan tipe-nya...Ugh! -____-
Laki-laki kedua mempunyai aura negatif membuat orang di sekitarnya merasa terintimidasi tapi tidak denganku, matanya tajam dan rahangnya tegas. Sangat dingin sulit tersentuh dan angkuh.
Dan dia adalah calon kakak iparku, mereka sangat cocok sekali. Aku juga tau mereka berdua bukan tipe orang yang suka menghangatkan rumah, pantatnya akan gatal jika berlama-lama duduk di sofa ruang santai, lalu mereka akan seperti borok yang di siram spirtus jika tak punya kerjaan alias tugas sudah rampung tapi badan masih keranjingan efek jam kerja berakhir masih lama. Dan aku pun lelah menjabarkannya! Sungguh orang-orang yang membosankan!Aku menaikkan sebelah alisku, jengah di tatap dua laki-laki sempurna buatan para orangtua mereka di depanku. Kita saling tak mau menyapa duluan.
Karena tak ada yang bertanya aku menunduk dan melanjutkan membaca sambil mengabaikan mereka."Sedang apa kau disini?" Aku tak perlu mendongak untuk tau siapa orang yang bertanya padaku saat ini.
"Mengantarkan berkas milik Gia." Jawab ku malas.
"Oh..." Oh saja ya jawabnya? Anjing! -__-
"Haaaiii..." Nah, kali ini aku mendongak menatap orang yang menyapaku dengan suara seksinya sedang tersenyum manis sekali... Aku jadi gemes!
"Haiii juga..." Sapa ku juga memberikan senyuman mautku berharap dia naksir aku.
"Aku Gillbert dan kau siapa?" Ia tetap tersenyum sambil mengulurkan tangannya padaku.
"Gisella, panggil Gisell atau Isell.." Jawabku menjabat tangannya.
"Maaf, apa kamu sedang sakit? Tanganmu dingin sekali." Ia menatapku heran dan mulai membolak-balikkan tanganku.
WARNING!!!
Alarm di kepala ku sedang berdiskotik ria.
Buru-buru aku menarik tanganku gugup, untung aku memakai kacamata! Apa jadinya jika ia sampai tau wajah borosku! Mungkin baginya akan sangat gampang menebak apa yang sedang aku alami, sebelum itu terjadi aku memilih kabur saja!
"Mikail, bisakah kau mengantarkan ini kepada Gia? Aku ada urusan penting." Mikail menatapku dengan pandangan curiga! Sedangkan Gillbert hanya mengerutkan keningnya.
"Baiklah, kau bisa pergi."
Akhirnya aku selamat!
Lega, itulah yang aku rasakan.
Entahlah kenapa aku harus takut terhadap mereka berdua padahal selama ini aku selalu terang-terangan.
Ketika aku memaksakan berdiri, tubuh ku sedikit limbung, mata ku memburam, kedua laki-laki di depan ku sigap menangkap tubuh ku."Apa kau sedang sakit?" Tanya Mikail, baru aku mau menjawab Gillbert sudah memotong duluan.
"Dia terkena anemia." Jawab Gillbert, sepertinya aku harus mencoretnya dari daftar laki-laki idaman ku. Gillbert terlalu pintar untuk di bodohi! Mungkin memang sebaiknya aku mencari laki-laki yang otaknya sepadan dengan ku. Ish!
"Sudah berapa lama kau menderita anemia?" Gillbert bertanya.
"Kalau aku sedang banyak job memang seperti ini, tak perlu khawatir." Jawab ku setenang mungkin.
"Sepertinya ada hal lain juga yang mempengaruhi melihat kondisimu seperti ini." Mereka berdua semakin menyipit curiga.
Aku memutar bola mata, "Kamu sok tau! Emang situ dokter? Sudah dulu, mau pulang. Bye!." Tukas ku dan buru-buru berlari menuju parkiran.
***
Author POV
Setelah pandangan mereka sudah tak lagi melihat Roxell, Mikail langsung memberi pertanyaan absurd kepada Gillbert.
"Kau masih menjadi dokter kan?" Sambil berpura-pura tak percaya."Sudah tidak lagi, baru-baru ini aku alih profesi menjadi dukun beranak!' Jawab Gillbert dengan nada se-sinis mungkin dan Mikail tergelak mendengarnya.
"Aku ingin kau mendekatkanku padanya TITIK!!!"
"Apa aku tak salah dengar? Setau ku dia bukan tipe mu sekali." Mikail heran dengan temannya, ia tak ingin saja temannya di kecewakan oleh calon adik iparnya, pasalnya Gillbert belum tau dunia seperti apa yang Gisell geluti.
"Justru aku tau dia seperti apa makanya aku ingin mendekatinya! Kau ini pelit sekali di mintai bantuan! Lagian kita sebentar lagi menjadi keluarga bukan?' Goda Gillbert sambil menaik-turunkan alisnya.
"Jangan bercanda! Aku nggak setuju kamu sama dia." Desis Mikail, kali ini Gillbert yang di buat bingung.
"Memangnya kamu Papi sampai aku harus sungkem minta persetujuanmu! Kamu sensi sekali. Sudah dulu, aku juga mau pulang. Bye!." Gillbert menepuk pundak Mikail dan berjalan ke arah Parkiran.
Tinggalah Mikail yang berdiri sendiri sambil memikirkan ucapannya tadi, menurutnya pemikirannya tadi sangat logis mengingat perangai Gisella jauh dari kedua saudaranya apalagi orangtuanya, sangat jauh! Ia tak ingin sahabatnya itu tersakiti hanya karena seorang perempuan, apalagi perempuan seperti Gisella yang jauh dari kata baik-baik, tentu calon adik iparnya itu tak pantas bersanding dengan Gillbert yang sempurna.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Love (Gisella)
DiversosCerita ini tentang seorang Gisella, anak bungsu dari keluarga Adinata. Dia sangat berbeda dari keluarganya. Dia seorang yang liar, sangat sulit dikendalikan. Si pemberontak yang berjuang demi mendapatkan pengakuan dari sang Ibu. Lalu, Gisella menge...