3. Tenggelam Dalam Masa Lalu

43 1 0
                                    

Aku sadar diriku pingsan karena tubuhku terasa sangat ringan, bagai terbang di atas awan. Aku memang tidak dapat menggerakkan kedua tanganku dan kakiku mati rasa, tetapi mataku masih bisa kubuka.

Ketika terbuka, bukan wajah cemas Mei ataupun bulu lebar Rookie-lah yang menyambutku, membuatku terbingung-bingung. Namun, yang kini sedang kulihat ialah lingkungan sekolah yang damai beserta siswa-siswi SMA memasuki gerbang sekolah dengan bergerombol. Kutolehkan pandangan ke bangunan sekolah yang besar dan sangat kukenal entah mengapa, membuatku merasa sesak karena melupakan masa-masa SMA-ku. Lalu mengapa aku malah bermimpi dalam pingsanku dan terbangun di dalam salah satu kenanganku?

Ini SMA-ku, sekolah tercinta yang selama ini membuatku dapat bersama kedua temanku yakni Danar dan Lala hingga Arsani datang untuk mengacaukan segalanya, menghancurkan skenario hidupku yang seharusnya datar sebagai pelajar sekolah biasa. Namun, setelah diculik oleh Arsani entah bagaimana caranya, aku kehilangan kehidupan normal yang selama ini kubenci karena terlalu datar dan pergi ke dunia tempat dimana membunuh ialah hal lumrah, alam iblis. Aku sungguh merindukan sekolah tempat aku belajar ini walaupun melupakannya karena hilang ingatan, tetapi perasaan itu ada di hati bukan kepala. Jadi silahkan saja kau meleyapkan ingatanku sesuka hatimu, mungkin aku bakal melupakannya tetapi hatiku akan memanduku kembali, membawaku keluar dari kegelapan. Ya, selama aku memiliki paling tidak salah satunya, kepalaku(ingatanku) ataupun hatiku, aku takkan benar-benar hancur walaupun tidak mempunyai keduanya. Jadi meskipun aku tetap kesal karena dihilangkan ingatannya oleh seseorang yang brengsek entah siapapun dia, diriku masih dapat bersyukur karena mengingat perasaanku terhadap orang-orang ataupun tempat yang dulu pernah kukenal, membuatku yakin untuk tersenyum.

Mungkin bangunan dan sekolah tempatku belajar ini hilang dari ingatanku sekarang, tetapi kehangatan masa sekolahku akan tetap kuingat dalam hatiku, takkan ada seorang pun yang dapat merebutnya dariku dengan cara itu. Danar dan Lala, maafkan aku jika sikap dan cara berperilakuku berbeda dengan diriku yang dulu karena lupa ingatan, tetapi ketahuilah bahwa perasaanku kepada kalian tidak akan pernah berubah meskipun aku amnesia. Aku tetap menyayangi kalian.

Ketika itulah, di saat aku sedang tersenyum mengingat kedua teman yang kurindukan itu, Danar melangkah di sampingku menuju gedung. Aku berusaha menepuk bahunya meskipun sebelumnya terdiam karena terkejut, ingin menarik perhatiannya dan menunjukkan bahwa diriku ada di sini. Namun, tanganku tidak mengenainya malah menembus bagai asap ke tubuhnya, hal yang baru bagiku di memori masa lalu. Aku membelalakkan mata, apa baru saja tanganku menembus bahunya seperti hantu yang tidak kasat mata? Mengapa dia tidak menanggapiku padahal aku tepat berada di sampingnya?

Tiba-tiba Lala berjalan di sampingku, melangkah cepat menghampiri Danar dan memanggilnya. Lelaki itu sontak menolehkan pandangan ke arah belakang dan tersenyum sembari melambaikan sebelah tangannya kepada Lala. Mengapa mereka malah menyapa satu sama lain, sementara aku ditinggal sendiri begitu saja di belakangnya? Biasanya jika aku kembali tenggelam dalam kenanganku, diriku akan bertindak sebagai aku di masa itu, kan? Kayaknya roh masa depanku memasuki masa laluku. Lalu mengapa kini diriku terlihat tembus pandang hingga mereka berdua tidak menyadari eksistensiku? Sungguh menyedihkan bila kita berkeinginan menggapai sesuatu yang kita inginkan dan hal tersebut berada tepat di depan mata, tetapi berkat suatu faktor tangan ini tidak kuasa meraihnya. Danar dan Lala ada di depanku, tepatnya di dalam bangunan sekolah tempat mereka kini saling bersenda gurau bersama. Mereka terlihat sangat dekat karena berada di depan mataku, tetapi di saat bersama pula jauh karena aku tidak kuasa memanggil dan bersama mereka lagi. Apa aku sungguh telah kehabisan waktu untuk bersama kedua teman yang kusayangi?

"Danar, Lala," isakku ketika setetes air mata berhasil terjatuh dari pelupuk mataku dan menggenangi pipiku. Rasa sedih karena kehilangan waktu berharga bersama orang yang kita sayangi dapat membuat hati sakit bagai diiris sembilu. "Andai aku dapat mengulang semuanya, akan kuperbaiki takdir hidupku."

Demi RagakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang