Mobil berhenti di sebuah rumah dengan pagar kayu yang dicat warna hitam. Rumah yang terlihat mungil dari luar, cat warna hijau muda, taman dengan sebuah pohon mangga rindang. Maya menghela napas setelah tadi sempat tersasar beberapa blok dari sini. Menyetir dalam keadaan lapar dan mengantuk sebenarnya berbahaya apalagi harus ditambah beberapa kali nyasar.
Bagaimana sih dia? Masa rumah yang dia beli sendiri saja tidak hapal jalannya! Mati-matian Maya menahan diri untuk tidak memarahi suaminya di hari pertama pernikahannya. Dia terus-terusan mencoba sabar meski ubun-ubunnya terasa hampir meledak. Maya cuma bisa menghela napas membuang emosinya lewat embusan napasnya.
Mobil diparkir di halaman dalam rumah setelah Maya membuka pagar rumahnya. Tidak ada seorang satpam atau pembantu sama sekali. Dan Maya pun tidak mungkin menyuruh suaminya yang berdiri saja sulit untuk membuka pagar rumah baru mereka.
Sambil mendorong suaminya di kursi roda, mereka memasuki rumah tersebut. Di bagian dalam ternyata rumahnya cukup luas. Sudah ada perabot rumah yang cukup lengkap. Hanya saja kurang foto pernikahan mereka di ruang tengah. Bukankah itu wajib untuk rumah pasangan penganti baru? Maya berjanji akan memasang foto mereka berdua nanti di dinding ruang tengah. Foto yang besar! Rumah yang tampak mungil dari luar ini ternyata punya dua lantai. Maya merasa tidak sabar untuk mulai menjelajahi rumah barunya. Tapi lengan Satya menahannya saat Maya hendak menuju ke tangga di pojok rumah.
"Kamu nggak mau lihat kamar utamanya?"
"Oh ya! Sampai lupa. Di mana?" Maya tampak semakin antusias. Maya mendorong Satya yang duduk di kursi roda sambil menunjukkan letak kamar utamanya.
Pintu kamar utama dibuka, aroma citrus membuat hidung terasa segar. Kamarnya sangat rapi. Mungkin sudah ada orang yang merapikannya sebelum mereka sampai di sini. Maya sangat menyukai dekorasi kamarnya dengan nuansa warna monokrom dan sedikit sentuhan kuning di bagian tirai jendela besar yang langsung terhubung ke taman samping rumah. Maya membayangkan saat bangun pagi dia akan membuka tirai kamar itu dan matahari pagi yang hangat langsung menyentuh wajahnya.
"Wah, kamarnya bagus banget!" Maya duduk di tepi tempat tidur. Dia terlalu asyik mengagumi kamar barunya sampai tidak sadar dengan ekspresi Satya yang masih duduk di kursi roda. "Ah, maaf. Kamu mau kubantu pindah ke sini?" Maya menepuk kasurnya yang dilapisi selimut putih.
"Omong-omong, kamarmu ada di sebelah kanan lorong rumah ini." Ekor mata Satya menuju ke bagian pintu kamar yang terbuka. "Saat mau ke sini kamu lihat kamar dengan pintu warna ungu muda, kan? Ya, itu kamarmu."
"Tunggu... maksudmu? Kita tidur di kamar terpisah?"
Satya menatap Maya, bibir bagian atasnya tertarik membuat Maya jadi salah tingkah. "Memangnya kamu mau langsung tidur denganku? Laki-laki yang baru kamu temui hari ini."
Bukannya menjawab pertanyaan Maya Satya malah membalasnya dengan pertanyaan mematikan. Tentu saja Maya ingin marah! Pertanyaan, ah bukan, tapi penyataan Satya tadi terasa sedikit melecehkan harga dirinya. Tidur dengan laki-laki yang baru sekali dia temui, katanya? Tapi apa salah jika laki-laki itu adalah suaminya? Apa sih maunya cowok ini? Maya menatap Satya tajam berusaha menahan bibirnya agar tidak terbuka atau dia akan mencaci maki laki-laki di hadapannya tanpa ampun.
Satya menghela napas, saat melihat reaksi Maya yang terbengong-bengong di hadapannya dia berdehem pelan. "Maksudku... tunggulah sampai kita sama-sama jatuh cinta. Bukankah akan terasa aneh kalau melakukan hal seperti itu dengan orang yang baru kita temui satu kali. Aku juga... aku juga perlu mengenalmu lebih banyak lagi. Kamu mengerti kan?"
Maya masih diam. Antara kesal tapi juga hampir meleleh mendengar suara laki-laki itu yang tiba-tiba terasa lembut seperti angin sehabis hujan.
Maya masih larut dalam pikirannya menatap suaminya dalam-dalam. Dia hampir saja merasa bahwa Satya benar-benar laki-laki yang punya prinsip. Keren! Ya, setidaknya sebelum dia mendengar kalimat Satya selanjutnya... "Memangnya kamu sebegitu inginnya melakukan hal itu malam ini juga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Selamat Datang Cinta
RomanceSELAMAT DATANG CINTA - benarkah cinta bisa hadir belakangan? -- sebuah cerita karya Juwita Purnamasari -- Sinopsis : Bahkan, sehari sebelum hari pernikahannya, Maya belum tahu seperti apa warna mata laki-laki itu, bagaimana suaranya, apa makanan k...