Kenangan

93 3 1
                                    

Aku menghembuskan nafasku perlahan, menikmati desiran angin menyejukkan hati. Ditemani ilalang ilalang yang tumbuh menjuntai melebihi tinggi badanku.

Namaku Prilly Natasya Muslimah. Saat ini aku sedang berada di atas bukit dekat kampungku yang ditumbuhi ilalang ilalang cantik melambai. Kemarin dari Kota Jakarta yang penat aku memutuskan tuk pulang kampung sementara untuk menjenguk abah dan ambu. Kampungku memang berada dipedalaman kota Bandung. Udaranya yang sejuk, pemandangan nya yang masih sangat asri, dan ketenangan yang diberikannya membuatku nyaman dan selalu ingin tinggal disini selamanya. Tapi tak mungkin aku tinggal selamanya dikampungku, karena aku yang juga seorang dokter anak disalah satu rumah sakit swasta di Ibukota mempunyai tugas yang tak bisa ditinggalkan.

Huft, rasanya seperti de javu saat pulang ke kampung. Aku jadi mengingat cinta pertamaku. Sambil tersenyum memejamkan mata menikmati hembusan angin sore aku mengingat sosok dia, dia si pria yang mampu membuat ku jatuh cinta yang sejatuh jatuhnya. Aku memang tak pernah mengungkapkan perasaanku kepadanya, karena menurutku itu hanya perasaan sesaat, dan waktu itu menurutku bukan saatnya tuk cinta cintaan karena kami baru kelas 3 SMP, ya kami satu SMP, makannya aku bisa bertemu dan jatuh cinta padanya juga. Hihi.

Ku pikir setelah kami lulus SMP aku akan bisa melupakan perasaanku padanya, tapi nyatanya salah besar, aku masih sangat teramat mencintainya sampai sekarang. Entah kenapa perasaan itu tak kunjung pergi, tapi aku juga tak pernah tuk membuat perasaan itu pergi, aku hanya tidak terlalu memikirkannya. Ahh sudahlah aku tak peduli.

Siluet jingga dari upuk barat menyadarkanku dari lamunan masa lalu. Kulihat jam warna jingga yang melingkar dipergelangan tangan kiriku. Astaga, ini sudah mau maghrib, pasti aku dicari oleh abah dan ambu. Aku bergegas berdiri dan merapikan bajuku yang sedikit berantakan. Aku berlari menjauhi padang ilalang ini.

Sesampainya dirumah, aku langsung membuka knop pintu sambil mengucap salam. "Assalamualaikum abah ambu, maaf Ily baru pulang." ucapku sambil menyalami abah dan ambu yang sedang duduk di kursi ruang tamu, sepertinya mereka menungguku. "Aduh aduh ini teh si Ily baru datang, dari mana ajah atuh Ily, abah sama ambu teh jadi khawatir." ambu menggiringku untuk duduk bersamanya dikursi.

"Iya maaf abah ambu, tadi teh Ily dari bukit padang ilalang, keasyikan nikmatinnya jadi lupa kalau udah mau malam, hehe" jawabku sambil terkekeh mengingat tadi aku di bukit melamunkan si first love. "Iya tak apa nak, sekarang kita ambil wudhu untuk shalat berjamaah, ayo ambu, ily." ajak abahku.

Setelah kami selesai melaksanakan shalat maghrib berjamaah, aku minta ijin untuk beristirahat sejenak dikamar sembari menunggu waktu isya.

Kurebahkan tubuhku yang terasa sedikit pegal di ranjang kayu ku ini. Ranjang yang menemani tidurku sejak kecil. Kupandangi langit langit kamarku, teringat kembali pada dia, first love ku. Namanya Muhammad Ali Syarief, dia adalah anak orang kaya di desa kami, ya kami satu desa. Menurut info yang ku dengar, dia sekarang menjadi seorang Pengusaha properti di Kota Bandung sana. Hufft wajarlah dia ingin usaha apa saja pasti di kasih modal yang banyak oleh orang tuanya yang saudagar kaya itu. Tak seperti keluargaku yang hidup amat sangat sederhana. Tapi, aku bersyukur karena aku dapat kuliah kedokteran tanpa menyusahkan abah dan ambu, karena aku waktu itu kuliah kedokteran dengan beasiswa yang ditanggung permerintah. Aku mendapatkan beasiswa itu berkat bantuan guru biologi ku sewaktu SMA, Pak Fahmi namanya, beliau mengatakan padaku jalau aku ini berpotensi untuk menjadi dokter, karena nilai IPA ku sangat bagus dan menjadi dokter memang cita citaku. Untuk itu beliau membantuku mencari beasiswa dan akhirnya dapat di Universitas Indonesia (UI). kembali ke first love ku, aku jadi ingat, sejak mengambil beasiswa ke UI dan sampai sekarang aku menjadi seorang dokter, aku tak pernah melihatnya lagi. Ingin rasanya bertemu dengan dia. Tapi aku tak tahu dimana dia tinggal, pasti dia tinggal di daerah Kota sekarang.

Tak terasa waktu sudah bergulir, terdengar suara adzan yang menandakan waktu isya telah datang. Aku segera keluar kamar dan mengambil wudhu lalu menunaikan shalat isya. Setelahnya aku meminta ijin kepada abah dan ambu untuk tidur karena aku merasa lelah.

Kurebahkan kembali tubuhku diranjang, menyelimuti diri sambil memeluk guling, lalu perlahan memejamkan mata sambil membaca "bismika allahuma ahya wabismika amut" amin. Dan perlahan akupun terbawa ke alam mimpi indahku.


Hai teman teman, makasih ya udah mau baca ceritaku ini.

Vote + comment please !! Hihi maksa.

Yaudah, bye

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 16, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ILALANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang