❄Snow 1❄

1.9K 141 22
                                    

Arendelle kini sudah tidak lagi dihujani salju lebat berkepanjangan. Musim semi datang dan bunga-bunga mulai bermekaran di seluruh penjuru negeri. Olaf dengan gembira berlarian kesana-kemari. Ia ditemani Sven, rusa kutub milik Kristoff. Warga Arendelle pun lebih banyak menghabiskan waktunya di luar rumah untuk menikmati matahari musim semi yang sejuk. Anak-anak kecil berlarian atau bermain di lapangan, sementara orangtua mereka mengamati dari balik kios-kios penjual bunga dan tanaman hias.

Elsa memperhatikan semua itu dari balkon kamarnya di istana kerajaan. Ia tersenyum bahagia, mengingat kurang dari setahun lalu ia telah menyebabkan musim dingin abadi di Arendelle. Ia bahkan hampir saja menewaskan adik kandungnya, Anna. Ia-ah sudahlah, Elsa tak mau lagi mengingat masa-masa suram itu. Sekarang warga Arendelle sudah mau menerimanya kembali sebagai Ratu. Mereka juga berbahagia dengan kondisi sekarang ini yang kembali normal seperti sediakala.

Elsa menarik nafas panjang. Ngomong-ngomong tentang Anna, adik semata wayangnya itu sudah lumayan lama berkencan dengan Kristoff. Mungkin sebentar lagi mereka akan menikah. Lalu, bagaimana dengan dirinya sendiri? Padahal ia adalah Ratu sekaligus kakak Anna. Bisa-bisa ia dilangkahi sang adik! Tapi, Elsa sendiri pun tidak terlalu ambil pusing. Selama ia bahagia menjalani kehidupannya yang sekarang, itu sudah cukup.

"Kakak!" Anna berteriak ke arahnya dari bawah balkon sembari melambai-lambaikan tangan. "Ayo turun! Musim semi indah begini masa di dalam istana saja sih?"

Elsa terkekeh. Dilihatnya Anna berlari-lari kecil menghampiri Kristoff, lalu keduanya berjalan bergandengan tangan menuju dermaga. Olaf menunggu disana. Elsa segera berbalik dan berjalan menuruni tangga menuju halaman istana. Ekor gaunnya menyentuh lantai dengan anggun ketika ia berjalan. Di luar, Elsa tidak berniat mengikuti langkah adiknya. Ia memilih berbalik menuju bukit di belakang istana. Disana pemandangannya hampir sama seperti di balkon istana-ia dapat memandang jauh ke seluruh penjuru Arendelle. Elsa suka itu.

Tidak butuh waktu lama untuk menuju puncak bukit di belakang istana. Pemandangannya sangat indah. Rumput menghijau sangat lebat, bunga-bunga aneka warna dan jenis bermekaran, berbagai jenis burung, kupu-kupu dan serangga beterbangan. Elsa merasa seperti berada di negeri dongeng. Ia duduk di akar pepohonan di puncak bukit. Dilihatnya warga Arendelle yang sedang melakukan aktifitasnya masing-masing. Entah mengapa, Elsa suka sekali memperhatikan apa yang dikerjakan orang-orang. Mungkin ini efek karena ia berada sendirian di istana selama bertahun-tahun saat ia belum dapat mengontrol kemampuannya.

Elsa sudah hampir menyudahi waktunya menyendiri di atas bukit sewaktu didapatinya sebutir salju menjatuhi kepalanya. Ia lantas berjengit ngeri. Salju di musim semi? Bukankah ia sudah dapat mengontrol kemampuannya? Lalu dari mana-ah, sebutir salju lagi membasahi kepangan rambutnya yang sempurna.

Elsa panik. Ia cepat-cepat mengontrol emosinya supaya tidak naik darah, karena itu akan membuat kemampuannya semakin susah dikendalikan. Tapi, butiran salju justru makin banyak turun dari langit, kali ini tumpah di gaunnya yang berwarna sebiru lautan.

"Apa ini?" Tanyanya kaget.

"Itu aku." Sebuah suara menjawab dari belakangnya. Elsa segera menoleh dan didapatinya seorang laki-laki seusia dirinya. Ia berambut perak acak-acakan, mengenakan jaket biru dengan noda putih dimana-mana dan celana pendek cokelat. Di tangan kirinya terdapat sebuah tongkat kayu panjang. Pandangan matanya tampak jenaka.

"Kau?" Elsa menatapnya waspada. "Aku tidak melihatmu disini tadi. Siapa kau?"

Di luar dugaan, laki-laki itu melayang rendah hingga sampai ke depan Elsa. "Namaku Jack Frost. Dan, ngomong-ngomong, ternyata bukan cuma kau di sini yang bisa menciptakan es, kan?"

Jack menyentuhkan ujung tongkatnya ke pohon yang akar-akarnya diduduki Elsa barusan. Batang pohon tiba-tiba mengkristal menjadi es dan kristal itu dengan cepat menyebar. Sebagian batang pohon sekarang sudah berubah sepenuhnya menjadi berwarna putih seperti es.

Goodbye WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang