Dalam kehidupan rumah tangga, memanglah tak selamanya selalu berjalan sesuai keinginan kita, hal itu juga terjadi dalam keluarga kecil Deva dan Veranda. Sebelas bulan sudah mereka berstatus suami-istri, namuan sampai saat ini Veranda belum menunjukkan adanya tanda tanda kehamilannya, berulang kali Deva dan Veranda mencari solusi agar mereka cepat di percayai Tuhan untuk mendapat momongan, namun Tuhan seakan punya rencana lain pada mereka. Pikiran yang tidak tidak mulai memenuhi kepala Veranda, berulang kali ia bertanya pada suaminya jika suatu saat memang benar ia tak bisa memberikan Deva keturunan apa Deva akan meninggalkannya? Namun, pertanyaan itu selalu Deva balas dengan dewasa dan bijak.Hari ini Veranda menuju dokter kandungan, untuk memeriksa apakah ada yang dalah dengannya? Hari ini Deva tak bisa mengantarkannya karna suaminya itu sedang berada di luar kota, tapi jangan takut malam ini Deva akan pulang. Suara tangisan bayi memenuhi rumah sakit semakin membuat Veranda terdiam, kedua tangannya ia kaitkan dan mulutnya berkomat kamit mengucapkan doa pada Tuhan.
"Ibu Ve, silahkan." Panggil salah seorang suster cantik tersebut. Ia menarik nafasnya dan mengatur detaj jantungnya kemudian mulai masuk.
***
"Baby! I'm home!." Seru Deva. "Sayang?." Panggilnya. Sambutan yang selalu Ve berikan pada deva menghilang tiba tiba, di carinya sang istri ternyata Ve sedang berdiri di balkon kamar, ia memegang sepucuk surat yang tak Deva ketahui. Pria itu perlahan menghampiri Veranda, ia berdiri di sisi Veranda, tangannya membelai rambut istrinya itu.
"Sayang.." Panggilnya namun Ve tetap diam tak mengeluarkan suaranya. "Ve? Kenapa?." Tanya Deva saat Ve sudah menghadapnya, wanita itu menggwleng lemah. Dilihatnya kertas yang Ve genggam.
"Itu apa?." Tanya Deva, Ve menyerahkan kertas itu. Deva mengatupkan rahangnya, kertas yang di tangannya itu ia remas dengan kuat. "Siapa yang mengirim ini Ve?." Ve menggeleng tak tahu
"Kenapa kamu ngga bilang ke aku?."
"Aku pikir ini hanya orang iseng, atau iri karna aku bisa mendapatkanmu. Makanya aku ga bilang ke kamu, aku takut ngebuat kamu stress bukankah kamu sedang sibuk dengan pwkerjaanmu." Jawab Ve, Deva mengacak rambutnya kasar.
"Ve, kita itu suami istri. Setiap kamu ada masalah atau apapun kamu harus ngasih tau aku, kamu udah ngga sendirian Ve. Ada aku." Ujar Deva memegang pundak Veranda, Veranda menatap mata Deva dilihatnya lekat lekat mata itu. Mata yang selalu meneduhkan hatinya, mata yang selalu membuatnya jatuh hati. "Kamu bisa kan? Cerita ke aku? Sekarang udah berapa kali kamu dapat surat kaya gini?." Tanya Deva.
Veranda mengajak Deva duduk di ranjang kamar mereka, ia berjalan mendekati lemari dan mengambil sebuah kotak. Di berikannya pada Deva, Deva menganga melihat tumpukan kertas yang ada di dalam kotak itu. Begitu banyaknya pengirim surat ini, namun Ve tak pernah sekalipun bercerita padanya tentang kertas kertas ini. "Astaga! Banyak banget, kamu kenapa ga pernah bilang Ve." Deva menatap Veranda
"Lagian cuma ini doang, ngga perlu lah. Ga penting sih, yang penting aku gapapa kan? Cuma kertas nggaj penting gini masa harus bilang ke kamu." Jawab Ve acuh. Deva menghela nafasnya panjang.
"Iyasih, tapi kan ak-."
"Ssst! Udah jangan bahas ini lagi ya. Aku ngga mau, yang penting pernikahan kita gapapa kan?." Ve menyilangkan jari telunjuknya di bibir Deva. Deva mengangguk paham. "Eh iya kita kan ada makan malam di rumah mama." Ingat Veranda pada Deva. Pria itu menepuk dahinya
"Eh iya, bentar ya aku mau mandi dulu. Abis itu kita ke sana." Deva mengelus lengan Veranda dan beranjak menuju kamar mandi.
***
Suara dentingan pisau dengan garpu saling beradi di atas piring, sepotong daging steak kesukaan Deva habis dilahapnya, sepertinya pria ini memabg tak pernah meraasa kenyang bahkan sekarang ia memakan pasta yang tersedia di depannya. Sementara itu Yona dan Dyo hanya terkekeh melihat putranya yang hobby makan itu. Veranda melirik ke arah Deva yang asik mengunyah pasta dalam mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Hate Love but I Love You
FanfictionAku percaya jika tuhan pasti akan memberi kita teman hidup. Hanya tinggal menunggu kapan waktu itu akan datang dan berpihak pada kita. -Deva- Deva Keenan Putra Dirgantara, di usianya yang bisa dibilang masih muda ia sudah sangat sukses, semua keingi...