Naruto©Masashi Kishimoto
Daddy, you go out!©miisakura
Warning: segala ketidaksempurnaan milik manusia mungkin ada di dalamnya. Yang tidak suka boleh segera keluar kok :) nggak ada paksaan sama sekali :)
Fic ini dibuat tanpa ada keuntungan materiil sama sekali, cuma menyalurkan hobi :)
.
"Paman Neji!" Bocah kecil itu berlari menghampiri Neji yang bersandar di pintu masuk. Ia mengulurkan tangan dengan manja minta digendong dan Neji segera meraupnya dalam pelukannya.
"Halo, Jagoan." Neji menimangnya memberi kesan melayang. "Kau tambah berat."
"Tentu saja, Paman. Aku sudah besar," katanya bangga meski masih dengan logat khas balita.
"Baiklah." Neji merogoh bungkusan besar yang dibawanya. Ia mengeluarkan kotak dengan gambar mobil yang keren, yang membuat si kecil berbinar-binar. "Hadiah untuk bocah besar yang pintar."
"Terima kasih, Paman!" Katanya riang dan kemudia mencium pipi kanan sang paman.
"Kakak," si pemeran utama yang terlupakan akhirnya menyapa. Mempertegas keberadaannya. Oh, tidak. Bukannya ia tidak suka dengan interaksi manis di depannya. Ia hanya tidak tega menyela. Hatinya yang terlalu lembut selalu tersentuh dengan hal-hal kecil. Termasuk adegan putranya dan sang kakak yang sudah lama tidak bertemu.
"Hinata." Neji melangkah maju, memeluk Hinata dan mencium keningnya dengan masih menggendong si bocah.
Jangan mengira mereka pasangan yang bahagia, karena memang bukan. Neji hanya kakak yang sangat menyayangi adiknya, dan Hinata hanya adik yang sangat menghormati kakaknya. Tidak ada hubungan terlarang diantara mereka.
"Ayo masuk." Hinata berjalan lebih dulu memandu Neji ke ruang keluarga yang lebih nyaman untuk mengobrol ketimbang di depan pintu.
"Sasuke di rumah?"
"Tidak. Sasuke-kun masih di kantor."
Oh, tentu saja. Jika Sasuke di rumah, dia tidak akan membiarkan Neji bertamu. Terlebih menggendong putranya dan mencium istrinya. Uchiha posesif, ingat?
Neji mendengus senang dan kecewa. Yah, absennya si Uchiha berarti tidak ada yang akan mengacaukan temu kangennya dengan adik dan keponakannya yang tersayang. Tapi, jika dia disini Neji akan dengan senang hati mengganggunya dan menikmati wajah kesal Uchiha dalam tawa kemenangan.
"Tidak usah repot, Hinata." Neji berteriak pada Hinata yang sudah menghilang ke dapur yang nampaknya sia-sia. Manner keluarga Hyuuga yang tidak akan membiarkan seorang tamu kelaparan dan kehausan benar-benar melekat padanya. Ah, yasudahlah.
Neji akhirnya beranjak, menuju tempat yang sedari tadi ditunjuk si kecil dengan ribut. Bukan tempat spesial. Hanya karpet bulu lebar yang berantakan. Crayon warna-warni yang tergeletak sembarangan, kertas-kertas gambar yang belum diwarnai berserakan, juga buku-buku cerita yang bertumpuk asal.
Pangeran kecil Uchiha itu dengan semangat menunjukkan gambar-gambar superhero miliknya. Bukan gambar sih, si kecil hanya mewarnai gambar-gambar yang sudah ada. Tapi biarlah anak-anak melambung dengan segala pujian tentang hal baik yang mereka lakukan, akan berdampak sangat baik untuk rasa percaya diri mereka dikemudian hari.
Gambar Ares, Helios, Zeus. Oh, ternyata keponakannya punya selera antimainstrem. Semoga dia tidak bercita-cita menjadi salah satu dewa Yunani.
Ia kemudian mengacungkan sebuah buku. "Kau sudah bisa membaca?" Tanya Neji.
Si kecil menggeleng. "Bacakan untukku, Paman," perintahnya kemudian.
Biasanya, hanya orang yang kelewat percaya diri atau terlalu bodoh saja yang berani memerintahnya. Dan setalah itu murka Neji selalu meledak pada orang-orang tidak tau diri itu. Jelas saja, hierarki status Neji berada di puncak kekuasaan. Tapi, ada beberapa pengecualian yang salah satunya adalah bocah kecil di depannya. Uchiha kecil ini terlalu menggemaskan untuk dimarahi.