"I was looking at my dream that is
being deemed far away...
Aku pernah bermimpi. Kelak ingin ini
ingin itu. Dari masa kecil hingga
kini. Sekarang perlu ku lihat kembali
mimpi-mimpiku. Subjeknya tidak lagi
ada. Tak ada kata "Kita". Aku
sendiri. Sedangkan mimpiku dengan
subjek yang sama, dengan masa yang
beragam dalam ribuan hari kemarin,
juga rajutan yang ku rangkai
sedemikian rupa. Masihkah yang ku
impikan tanpa subjek itu?
...And I was standing blankly...
Pertanyaan bercengkrama dengan
nuraniku. Apa aku bisa? Hal yang tak
pernah terbayangkan sebelumnya. Aku
hilang arah. Aku tidak bergerak,
tidak maju tidak mundur. Namun
penglihatanku mengarah kebelakang.
Terdiam. Terpaku. Membisu.
...I dont have anything left any
more...
Pahit. Itu yang kurasakan. Tidak ada
yang bisa membangkitkanku. Segalanya
telah direnggut paksa kenyataan.
Kepercayaanku. Rasa sayangku. Rasa
peduliku. Rasa kemanusiaanku. Hilang.
Diambilnya. Dicampakkannya. Mimpipun
tak ada lagi.
...I thought about giving up
everything...
Tak ada yang tersisa. Lelah. Penat.
Ingin menghilang. Ingin berteriak.
Ingin meminta pertolongan. Ingin
marah. Ingin mengkasihani. sejenak
kemudian mulai merutuki. Lalu
menyesali.
...but I am standing up again...
Sampai ku sadari hidup ini belum
berarti. Aku melakukan kesalahan
tanpa memperbaiki, sama saja seperti
ingin berlari tapi tidak memulai
melangkah. Aku masih punya satu hal
yang belum ku tempuh. Harapan. Ya
dengan harapan aku ingin bertahan.
Belum bisa tapi aku akan berusaha.
Memang sulit akan tetapi bukan
berarti tidak mungkin.
...Even today step by step...
Aku hancur, tentu saja. Tetapi
serpihannya masih bisa ku himpun
dalam puing. Aku akan mencoba. Aku
akan berserah setelah segala hal akan