Part 1

2.5K 117 5
                                    

Rumah sebesar ini seakan terasa sepi walaupun banyak penghuninya. Sisi sadar, hidupnya tak seindah apa yang sering ia bayangkan. Sosok yang kerap dipanggil gadis gila, tak waras, dan sebagainya ini nampak duduk bertengger di tepi kasurnya. Mata cokelat mengkilapnya menatap kosong ke arah jendela yang terbuka. Bau tanah sangat menusuk hidung, awan kelabu tengah menumpahkan bebannya di bumi sebelah sini.

"Sisi...." Sayup-sayup suara terdengar jelas, namun tak memekak telinga Sisi. Ia menoleh mencari asal suara itu, lalu ia memberikan senyuman palsunya kepada sosok yang tengah menatapinya heran.

"Lo kenapa ?" Tanya sosok gadis yang sudah berada di samping Sisi, ralat! bukan sekedar gadis, lebih tepatnya hantu yang selama ini menjadi sahabat dekat Sisi. Hantu itu juga tinggal di rumah ini bersama Sisi, dan hanya Sisilah yang mengetahui keberadaannya dari dulu. Bahkan orang rumah terkadang menganggap Sisi gila, terkecuali dengan Ibunya yang kini sudah tiada.

"Gak papah Lala... udah ah gue mau ngampus dulu," Sangkalnya, Sisi bergegas bangkit dan berlalu menembus tubuh Lala yang terbilang transparan itu.

Melangkahkan kaki keluar kamar saja rasanya berat sekali. Sisi masih belum bisa menerima jika ayahnya menikah lagi dengan wanita yang belum lama ini Sisi kenal. Gadis bertubuh mungil itu hanya bisa mencoba menerima takdir yang sebegini tak enaknya. Benar yang ia duga, pasti wanita itu sedang mencari perhatian kepada ayahnya, Sisi menghela napas jengah melihat wanita yang sekarang menjadi ibu tirinya. Terkadang wanita itu meminta hal-hal yang aneh kepada ayahnya.
Tak peduli dengan itu, Sisi segera mengambil kunci mobilnya di atas meja pajang tersebut. Namun, tak ia temukan barang tersebut.

"Pah... kunci mobil Sisi mana?" Tanyanya. Terpaksa mata cokelat miliknya harus menatap ibu tiri yang tengah bergelayut manja di lengan ayahnya, menjijikan! Sisi memutar bola matanya melihat adegan menyebalkan itu, ia tak habis pikir, bisa-bisanya ayahnya itu menikahi nenek sihir seperti wanita itu.

"Sementara ini mobilnya dipinjam Mamamu dulu, nanti kalau Papa udah beli--" belum sempat pria itu melanjutkan ucapannya, buru-buru Sisi langsung mencelos pergi dari rumah ini.

Gadis mungil itu tau, jika di luar hujan sangat deras mengguyur, tak memungkinkan baginya untuk berangkat ke kampus dengan berjalan kaki saja. Payung pun tak cukup untuk menutupi seluruh tubuhnya, bisa saja mobil lewat dengan kecepatan penuh memercikan air ke pakaiannya. Sekarang ia hanya bisa memagar di teras rumah, bingung harus bagaimana?

"Sisi... lo lupa, bukannya hari ini lo praktek di Rumah Sakit samping." Celetuk seorang gadis hantu yang tiba-tiba saja muncul di samping Sisi, siapa lagi jika bukan Lala sahabat hantunya.

Sisi menepuk dahinya pelan, saat ini ia merasakan amnesia sesaat untuk mengingat jadwal kuliahnya.

"Gue lupa!!! Oke makasih La." ujarnya kemudian membuka payung lipatnya dan menembus sambaran air yang turun beruntutan. Lala terlihat menggelengkan kepala melihat Sisi yang agak lemot. Lala pernah berpikir, terkadang ia iri melihat Sisi yang dapat bebas bersekolah dan melakukan aktivitas lainnya yang menyenangkan. Namun Lala sadar, ia hanya seorang hantu dan hantu, tetaplah hantu. Toh, Sisi sangat baik dengannya, bahkan terkadang Lala merasakan kebahagiaan sebagai manusia karena Sisi selalu menceritakan kisah-kisah aktivitas serunya, itu sudah lebih dari segala kata cukup bagi Lala.

"Nona Sisi... Nona Sisi... dari dulu, selalu berbicara sendiri." Gumam suara berat yang ta asing lagi.

Lala mendengar tajam ucapan satpam rumah Sisi. Dari dulu satpam itu menganggap Sisi sudah tak waras. Tak hanya satpam itu saja, seisi rumah pun menganggap Sisi demikian, tapi mereka salah karena telah menganggap Sisi seperti itu. Hanya saja mereka tak tau apa yang dapat dilihat dan didengar oleh Sisi.

Behind The Soul [mate]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang