Makin hari kehamilan Ve semakin membuat Deva pusing, seperti pagi ini Deva baru saja selesai mandi dan segera mendekati Ve yang sedang membaca majalah di sofa, melihat Deva yang baru keluar kamar saja rasa mual Veranda kembali datang, dan saat suaminya mendekat ia justru makin merasa mual.
"Jangan deket deket!." Ujarnya menunjuk Deva. "Diam di situ, jangan maju lagi." Deva mengerutkan keningnya heran.
"Hey baby, ada apa? Apa ada yang salah denganku?." Tanya Deva
"Aku gasuka sama bau kamu, ihh sana sana."
"Apa? Aku barusan selesai mandi Ve, masa bau sih?." Tanya Deva mengendus bau tubuhya. ".. Wangi gini, bau dari mana?."
"Mandi lagi sanaa!." Deva menghela nafasnya, ia akhirnya memilih untuk pergi ke halaman belakang rumah dan menyirami tanaman yang ia tanam beberapa hari yang lalu.
Deva masuk kedalam rumah lagi, terlihat Ve yang sedang menangis di sofa. Ia mengerut heran kemudian mendekati Veranda
"Kamu kenapa nangis?." Tanyanya memegang puncak kepala Veranda
"Kamu jahat, aku lagi hamil kamu malah nyuekin aku. Gamau deket deket aku! Ini kan anak kamu Va." Ucapnya, Deva makin heran. Makin kesini Veranda makin aneh saja, pikirnya.
"Aa- apa? Kamu bilang aku nyuekin kamu?." Veranda mengangguk dan kembali menangis. "Ve, kamu kan tadi bilanh gamau deket deket aku, yaudah aku ke halaman belakang. Ini, sekarang kamu bilang aku nyuekin kamu? Astaga, anak anak ini benar benar makin membuatku pusing." Oceh Deva menggeram kesal.
"Oh, jadi kamu nyalahin anak anak kita? Ingat ini ulah kamu!."
"Ini bukan ulah aku doang, kita sepakat punya anak, dan.. Ya kamu tau kan. Ehm, maksudku ini bukan salahku atau kamu. Ini kesepakatan kita." Jelas Deva
"Ok, gini aja. Hari ini kita ke rumah mama sama papa aja yuk, aku kangen mama." Ujar Ve memelas.
"Okay, tunggu bentar ya aku gantu baju." Ve mengangguk patuh pada Deva dan memeluk lengannya erat. "Kalo gini aku ganti gimana? Kamu mau gantiin baju aku? Eh kalau kamu yang gantiin yang ada gajadi ke rumah mama." Ucapnya yang dihadiahi cubitan pada perutnya oleh Veranda
"Kok di cubit!." Protes Deva. "Bawahan dikit gapapa deh kalau mau nyubit." Ucapnya makin ngelantur.
"Devaa! Ih mesum banget sih kamu! Jangan sampe kalian seperti daddy kalian ya babies." Ve mengelus perutnya dengan berdoa
"Eh enak aja, harus kaya daddynya dong! Ganteng gini." Ujarnya membanggakan diri
"Iya, sifat sama pikirannya jangan tapi." Potong Veranda. "Ah kamu juga mau aku mesumin." Ucapnya
"Ish! Sana ganti baju!." Ve mendorong tubuh Deva hingga ia terjatuh ke lantai. "Sakit! Ih bidadari mah jahat ya." Omeljya memegangi pinggangnya. Ve terkikik geli melihat punggung Deva yang tertelan oleh pintu kamar.
***
Veranda, dia masih sibuk bermanja manjaan dengan mama, dan aku hanya memperhatikannya bawaan bayi kah? Makanya dia semanja ini dengan mama. Oh iya, karna anak kita ehm, maksudku anak anakk kita dia jadi semakin manja dan sangat sensitive hal sepele bisajadi besar sekarang, bahkan dia bilang bau tubuhku tidak enak, ayolah aku memakai parfum yang dia pilihkan untukku beberapa hari yang lalu, dan sekarang apa? Dia bilang baunya tidak enak? Ayolah anak anak daddy kalian bisa membuat ayahmu ini gila.
"Manja banget sih kamu, ada apa?." Tanya mama pada Veranda yang tidur di pangkuannya dan meminta mama memainkan rambutnya seperti ia saat kecil. Ada ada saja.
"Emm, kenapa yaa." Kali ini ia bangun dari duduknya dan menatapku. "... Ma, mama suka nggak kalau jadi oma?."
"Ya suka dong sayang." Jaawab Vania.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Hate Love but I Love You
FanfictionAku percaya jika tuhan pasti akan memberi kita teman hidup. Hanya tinggal menunggu kapan waktu itu akan datang dan berpihak pada kita. -Deva- Deva Keenan Putra Dirgantara, di usianya yang bisa dibilang masih muda ia sudah sangat sukses, semua keingi...